Â
Mengapa saat ini banyak lulusan dari perguruan tinggi sulit mencari pekerjaan? Pertanyaan semacam ini pasti sering kali terlintas dalam benak para mahasiswa, yang mana kondisi saat ini masih ditemukan banyak lulusan baru bahkan yang sudah lama mendapat gelar S1 masih menganggur.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2022, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 6,26% atau sekitar 8,8 juta orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 3,5 juta orang adalah lulusan perguruan tinggi(sarjana dan diploma). Jumlah ini persentasenya menurun setidaknya hingga awal 2023. Meski mengalami penurunan, namun angka pengangguran yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi ini tetap menjadi persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Mau tidak mau penulis tidak boleh menutup mata terhadap perubahan zaman terus terjadi dan selera pasar pasti akan berkembang. Apabila tidak dapat beradaptasi dengan kondisi tersebut maka siapa pun akan tersingkirkan, apalagi beberapa tahun ke depan ada kemungkinan jika  tenaga manusia akan digantikan oleh robot. Oleh sebab itu, inilah saat yang tepat bagi Mahasiswa untuk membuka bisnis sehingga resiko kehilangan pekerjaan semakin kecil, mendapat  penghasilan, dengan berbisnis sendiri juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Menurut Sudaryanto (2011) UMKM adalah salah satu sektor yang penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara dengan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja terbesar di Indonesia. Lebih jauh dari itu UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data kementerian koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07 persen atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. Bisnis bagi mahasiswa bukan hanya menambah uang saku, tetapi sebagai modal dan pengalaman yang dapat dijadikan pilihan setelah lulus kuliah. Dengan berbisnis, mahasiswa tak lagi dipusingkan dengan urusan keuangan sebelum lulus dan tidak akan pusing mencari-cari pekerjaan setelah lulus.
Salah satu program yang dapat membuka peluang usaha bagi mahasiswa adalah program magang kampus merdeka mitra PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah. Penulis merasa bersyukur dan bangga di bangku kuliah bisa menjadi bagian dari PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah  sebagai fasilitator pendamping yang mendapatkan kesempatan mendampingi secara langsung UMKM yakni nasabah BTPN Syariah khususnya masyarakat prasejahtera produktif/ pelaku UMKM(Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), dalam melakukan pemberdayaan dan meningkatkan kapasitas maupun skill wirausaha nasabah dalam menjalankan usahanya secara terukur, berkelanjutan, akses pasar terbuka luas baik offline maupun online. Program ini membuka wawasan pemagang terhadap berbagai aspek dalam dunia bisnis diantaranya mengembangkan keterampilan kewirausahaan, mengidentifikasi peluang bisnis, beradaptasi dengan perubahan pasar, mengelola resiko bisnis, dan dapat membangun koneksi dan jaringan dalam dunia bisnis.
Program tersebut memberikan kesempatan penulis sebagai mahasiswa yang mendapatkan kesempatan mendampingi usaha nasabah BTPN dengan bermacam- macam jenis usaha diantaranya produksi tempe, produksi rengginang, dapros, tambak ikan, ternak kerbau, pemborong kelapa.
Salah satu pengalaman penulis dapat melihat peluang bisnis ketika magang di BTPN syariah yaitu berangkat dari keluhan nasabah yang terkendala modal belanja bahan baku untuk produksi tempe.
"dalam menjalankan usaha produksi tempe, kendala apa yang sering kali menghambat perkembangan usaha?" Tanya Penulis kepada nasabah
"kendala yang sering Saya alami adalah kenaikan harga kacang kedelai yang seiring berjalannya waktu terus melonjak, sehingga terkadang dalam beberapa hari Saya tidak bisa membeli kacang kedelai yang cukup untuk produksi tempe" jawab nasabah,
Penulis Pada saat itu berpikir bahwa ini menjadi peluang bisnis dengan berinvestasi kepada usaha nasabah tersebut dengan cara  mengalokasikan uang saku magang untuk belanja kacang kedelai. Karena penulis sendiri sebelumnya menjalin relasi dengan kerabat yang mendirikan pabrik suplai kacang kedelai di sukabumi. Artinya ada momentum yang tepat antara peluang dengan privilege(relasi). Karena apabila dari sudut pandang berbisnis bagaimana cara pengusaha dapat peka terhadap peluang bisnis yang ada di sekitar, lalu dapat dikolaborasikan dengan kesempatan seperti momentum, trend, privilege, relasi.
"apabila Saya membantu bapak dengan berinvestasi kacang kedelai bagaimana Pak? Karena Saya memiliki kenalan dengan pemilik pabrik suplai kedelai di sukabumi" Tanya Penulis
"Itu lebih baik kang, nanti akang bisa ngobrol lebih lanjut terkait produksi, pendapatan dan yang lainnya dengan Saya" jawab Nasabah
"Baik, Pak" jawab Penulis
Tidak hanya itu, seiring berjalannya waktu magang yang cukup panjang penulis sadar bahwa lokasi nasabah BTPN Syariah banyak komoditas yang dapat menjadi peluang bisnis. karena jenis usaha nasabah merupakan produk dan olahan dari tangan pertama contohnya pada usaha nasabah produksi, rengginang, dapros, yang mana nasabah memproduksi produk kemudian dijual kepada pemborong tanpa identitas usaha dengan keuntungan yang tidak begitu besar.
Hal ini disebabkan oleh tingkat kemampuan nasabah dalam menentukan merek, pemasaran, pemanfaatan teknologi untuk menunjang perkembangan usahanya. Sebagai mahasiswa tentunya memiliki kapasitas untuk melengkapi sisi kekurangan tersebut. Penulis berpikir bahwa ini dapat membuka peluang bisnis dengan cara kerjasama dengan nasabah dalam pembagian tugas. Dalam hal ini nasabah di bagian produksi mulai dari bahan yang belum diolah menjadi produk yang siap dipasarkan, sedangkan mahasiswa di bagian desain pembuatan logo, merek, media sosial, pemasaran.
Secara keseluruhan pengalaman magang di BTPN, dapat membuka peluang usaha dari komoditas-komoditas yang berpotensi untuk menjalin kerjasama dengan penulis, baik berinvestasi maupun kerjasama lainnya. Selain itu Saya dapat belajar mengenai soft skill dan hard skill yang tidak dapatkan pada kegiatan magang di mitra lain. Seperti keterampilan berkomunikasi dengan nasabah, People Management, yang mana saya perlu memperhitungkan gaya manajemen yang alami dikombinasikan dengan metode-metode yang lebih terstruktur untuk mencapai tujuan Saya sebagai fasilitator pendamping, Nasabah yang Saya damping, maupun BTPN Syariah, selain itu saya belajar Problem solving dan Critical Thinking yang mengkombinasikan kemampuan analisis, identifikasi masalah, dengan output dapat memberikan Solusi kepada nasabah, dan Saya juga dapat mempelajari Aplikasi atau teknologi yang menunjang usaha nasabah.
Â