Sebenarnya sih gw nggak ada urusan dengan Pilgub DKI 2017 karena gw bukan lagi warga Jekardah. Gw udah kegusur ke pinggiran Jekardah, masbro. Hehehehe. Tapi karena di Kompasiana rame melulu urusan Ahok ya jadi gw kepengaruh. Apalagi panggilan jiwa gw alias passion gw memang ngomongin politik dan gw udah dikenal digunung-gunung dan lembah-lembah sebagai Pengamat Politik dari gunung ya udah gw ikut-ikutan aja deh. Hohohoho.
Jadi begini masbro. Gw sih bukannya mau ngasih harapan sama pendukung Ahok ataupun ingin mengecilkan semangat pendukung pesaing ahok tetapi gw ini hanya ingin membuat opini berdasarkan apa yang gw amati sesuai kondisi terakhir.
Sebagai Pengamat Politik dari Gunung, Nenek gw sudah berpesan dan mewanti-wanti agar gw harus menjaga kenetralan gw dalam beropini. Setiap orang punya aspirasi politik. Itu yang sering membuat mereka beropini dengan tujuan mengajak orang lain agar memiliki opini yang sama. Gw pernah melakukan seperti itu pada Pilpres 2014 tapi untuk kedepan gw nggak tertarik lagi membuat opini dengan tujuan khusus. Kalau gw masih seperti itu maka gw bukan pengamat politik dari gunung lagi dong, alias tukang bikin opini. Ahahahahaa.
JANGAN PERNAH AMBIL KESIMPULAN DARI UCAPAN ELIT PARPOL KELAS DUA
Seperti yang sudah gw bilang pada artikel sebelumnya. Jangan pernah mengambil kesimpulan dari omongan elit parpol yang nggak penting. Ntar bingung melulu jadinya. Loh kemarin Marsinton bilang begini, loh kemarin Eva Sundari bilang begitu, terus Bambang DH bilang begonoh dan lain-lainnya.
Jangan dimasukin hati, bro n sis. Mereka memang elit parpol tapi tidak dalam posisi pemegang peran. Itu harusnya dianggap sebagai aspirasi pribadi mereka. Sama hal nya dengan Ruhut Sitompul. Ruhut mah mana bisa dipegang ucapan-ucapannya. Ruhut itu lebay karena sering mengatasnamakan partainya untuk melakukan sebuah penilaian pada suatu peristiwa. Dan Ruhut sudah kena batunya dipecat oleh SBY sebagai Koordinator Juru Bicara Partai.
Di Golkar dulu juga ada yang beginian namanya Nurul Arifin. Kalau sekarang penggantinya ya seperti Nusron Wahid. Pokoknya di semua partai pasti ada tuh politisi yang lebay-lebay dan ingin ngetop dengan menciptakan aspirasi pribadinya sebagai aspirasi partainya.
Jadi siapa dong yang bisa dipegang omongannya? Ya nggak sulit kok, bro. Yang paling bisa dipegang omongannya biasanya adalah kelas Sekjen, Ketua Fraksi , Waketum dan Ketum. Atau kalau mau ditambahin lagi ya kelasnya Bendahara dan Wasekjen. Yang penting jangan Ketua DPP atau Ketua DPW/DPD sajalah. Bukan apa-apa yang namanya Ketua DPP itu biasanya juga banyak orangnya sih. Jadi masing-masing punya aspirasi sendiri. Hehehehe.
Lalu siapa dari PDIP yang bisa dijadikan acuan omongannya? Ya yang saat ini terlihat dekat dengan Megawatilah. Pramono Anung bagaimana? Ya nggak lah. Dulu memang Pramono dekat sekali dengan Megawati. Tapi saat ini nggak. Begitu juga dengan Tjahyo Kumolo. Elit yang satu ini elit kelas satu tetapi komunikasinya dengan Megawati tidak seintens Hasto Kristianto maupun Hendrawan Supratikno.
Jadi dalam pengamatan gw, yang bisa dipegang ucapannya dari PDIP selain Megawati atau Puan adalah Hasto Kristanto (sekjen), Hendrawan Supratikno (Ketua Fraksi di DPR) dan (tadinya) Marsinton Pasaribu. (Komisi III) tapi Marsinton akhirnya nggak kepake lagi oleh Megawati gara-gara nabokin cewek. Mega ngamuk soal itu. Wakakakakaaa.
SINYAL HARI INI DARI PDIP MEMANG MENGUAT UNTUK DUKUNGAN PADA AHOK-DJAROT
Ya karena gw lihat si masbro uring-uringan dalam seminggu terakhir dan bertanya-tanya pada rumput yang bergoyang, sebenarnya jadi tidak sih Megawati dukung Ahok?
Gw kasihan jadi gw kasih gambarannya sejak minggu lalu. Pesan gw hanya satu. Ini hanya prediksi gw. Atau terawangan gw dah. Jangan terlalu dimasukin hati. Tapi kalau nggak ada pegangan informasi lain ya pegang aja ini untuk sementara. Hahahahaa.
Dan sejak minggu lalu juga gw jelaskan bagaimana peluangnya dan apa hambatannya. Poinnya gw udah bilang berpegang dari hubungan awal Megawati dengan Ahok, Kedekatan Jokowi dengan Ahok dan Manuver cantik setya Novanto maka kemungkinan besarnya memang Mega dukung Ahok. Gw malah udah bilang 95% kemungkinannya, waktu minggu lalu.
Tapi disisi lain kan masbro tahu sendiri bahwa Ahok itu suka sembarangan mengeluarkan pernyataan. Itulah yang membuat banyak Elit PDIP tidak suka sama Ahok. Ahok pernah ribut sama Junimart Ginsang. Pernah ribut sama Adian Napitupulu. Pernah beda pendapat dengan Tjahyo Kumolo soal Cuti Kampanye. Pernah “mengejek” Risma dan terakhir ribut sama Marsinton.
Malah yang terakhir malah terkesan melecehkan PDIP dengan mengatakan dirinya tidak meminta dukungan PDIP tetapi hanya meminta agar Djarot diizinkan menjadi Cawagubnya. Ini blunder besar yang dibuat Ahok. Djarot itu milik PDIP dan jabatan Wagub itu jabatan Politis jadi Djarot yang menjadi Wagub itu adalah Perjuangan Partai. Ahok salah besar memisahkan Djarot sebagai pribadi dengan Djarot sebagai Wagub yang diperjuangkan PDIP. Makanya banyak kader PDIP yang mengamuk pada Ahok. Ada lagunya lagi. Ahahahaha.
Jadi kalau gw bilang sih memang sekitar 80% internal PDIP di tingkat elit tidak menginginkan Ahok yang diusung sebagai Cagub dari PDIP. Mereka lebih ingin kader PDIP sendiri yang diusung PDIP. Tapi ingat masbro, Megawati punya Hak Prerogatif untuk menentukan apa-saja di PDIP loh. Itu tercantum di AD/ART dan itu sudah berlaku belasan tahun.
Dan sebenarnya saat ini banyak orang yang bertanya-tanya dan bernafsu untuk menerawang apa sih isi kepala dari Megawati. Wkwkwkwkwk. Kl gw sih nggak. Ngapain kek gitu. Kepo bingit. Nggak penting bingit. Wkwkwkwk.
Untuk menebak apa isi kepala Megawati ya tinggal lihat apa pernyataan Tangan Kanan Megawati. Siapa saat ini yang menjadi Tangan Kanan Megawati : Hanya dua orang yaitu Hasto Kristanto dan Hendrawan Supratikno.
Lalu apa kata mereka tentang Pilgub DKI dan Ahok untuk hari ini? Cekidot, masbro.
Sekjen PDIP Hasto Kristanto hari ini di kantor DPP PDIP Jakarta sempat mengatakan ke media bahwa Partainya memang memiliki kebiasaan dan Prioritas untuk mengusung Petahana yang berprestasi. Petahana dimaksud bukan saja yang berasal dari Kader PDIP tetapi bisa juga dari kader partai lain. Dengan demikian menurut Hasto, Ahok dan Djarot (kader PDIP) mendapatkan Kesempatan Kedua untuk melanjutkan Program mereka di daerah yang mereka pimpin.
Petahana yang pernah diusung/didukung oleh PDIP itu mempunyai kewajiban untuk menjalankan ruh partai yaitu Tri Sakti. Dan untuk itu biasanya membutuhkan 2 periode agar Program Tri Sakti itu dapat membumi. Begitulah menurut Hasto Kristanto. Ucapan-ucapan ini kental warnanya dengan ucapan-ucapan Megawati kalau berpidato. Jadi gw piker memang bahasa Hasto adalah bahasa Megawati.
Sebelumnya juga Hasto mengatakan memang benar sudah ada kesepahaman antara Megawati dan Ahok. Hanya saja PDIP masih membutuhkan waktu untuk memutuskan dan mengumumkan apa langkah yang akan diambil partainya nanti.
Dan tidak jauh dari ucapan Hasto Kristanto, Hendrawan Supratikno juga membuat pernyataan yang pro Ahok. Menurut Hendrawan dirinya paham dan mengakui bahwa begitu banyak aspirasi masyarakat yang menginginkan Tri Rismaharini diusung PDIP sebagai Cagub DKI 2017. Tetapi menurut Hendrawan, aspirasi itu tidak sebesar aspirasi masyarakat yang menginginkan PDIP mendukung pasangan Ahok-Djarot. Nah ini dia yang mungkin bisa dijadikan sinyal positif untuk Ahok. (kayak HP aja pake istilah Sinyal. Wkwkwkwkwk).
Jadi gimana nih sebaiknya sikap gw sebagai pendukung Ahok? Tanya si masbro. Gw jawab, ya yang sabar aja dan berdoa. Mudah-mudahan Ahok nggak keseleo lidah lagi. Ahahahaha.
Terus bagaiman dengan pendukung pesaing Ahok? Ya menurut gw untuk sementara lupakan aja dulu PDIP. Jangan tergantung PDIP. Cari calon yang hebat yang mampu mengalahkan Ahok-DJarot.
Dan rekomendasi gw adalah : Anies Baswedan berpasangan dengan titik-titik. Titik-titik ini belum bisa gw isi. Masih Rahasia masbro. Wakakakaka.
Kembali lagi pada prinsip bahwa Politik itu tidak bisa diramal ya kita nikmati saja yang sedang terjadi dan apa yang terjadi nanti. Woles bro, belanda masih jauh. Wakakakaka.
Udahan dulu yak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H