Sebulan terakhir sebenarnya posisi Ical (kubu Munas Bali) dalam keadaan terjepit. Keukeuhnya Ical mempertahankan Kursi Ketua Umum Golkar mendapatkan perlawanan / tekanan keras dari Agung Laksono yang sejak awal didukung JK dan pada saat belakangan didukung juga oleh Akbar Tanjung, Muladi, Habibie dan beberapa tokoh senior Golkar lainnya.
Di sisi lain Kekuatan KMP yang selama ini berkontribusi banyak terhadap kekuatan Ical di Golkar dan mampu membuat Golkar mendominasi Parlemen, saat ini KMP sedang melemah paska berubahnya peta politik PAN. Bisa dikatakan apa yang terjadi pada Ical belakangan ini sudah tidak bisa mengharapkan dukungan manuver dari KMP lagi.
Kubu Munas Bali juga sebenarnya sudah dalam posisi antagonis di mata mayoritas masyarakat. Salah satu yang membuat kubu Munas Bali semakin jatuh di mata masyarakat adalah Kasus Papa Minta Saham yang melibatkan Setya Novanto, sebagai orang terkuat kedua setelah Ical di kubu Munas Bali. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan rotasi yang dilakukan Setya Novanto di Fraksi DPR.
Diatas kertas secara umum dapat diprediksi tidak lama lagi Ical akan mampu dijungkalkan oleh Agung Laksono yang didukung JK, Akbar Tanjung, Muladi dan tokoh senior Golkar lainnya. Apalagi selanjutnya Mahkamah Partai yang diketuai Muladi sudah membentuk Tim Transisi yang diketuai JK dengan anggota-anggotanya antara lain Akbar Tanjung, Habibie, Agung Laksono dan para senior Golkar.
Pembentukan Tim Transisi yang mengarah akan melaksanakan Munas Bersama mengalami penolakan dari kubu Ical. Kubu Ical menyatakan Tim Transisi itu tidak sah karena Mahkamah Partai yang lama sudah diganti dengan Mahkamah Partai versi Ical. Ical pun menyatakan akan menggelar Rapimnas terlebih dahulu untuk menentukan sikapnya.
Secara hokum sebenarnya kubu Ical tidak bisa melaksanakan Rapimnas karena Kepengurusan Munas Bali belum disahkan Menkumham. Agung dan Akbar serta lainnya menyatakan Rapimnas yang akan digelar Ical Tidak Sah.
RAPIMNAS KUBU MUNAS BALI MEMANG MEMBERI KEJUTAN BESAR
Tetapi kemudian ternyata Rapimnas yang diselenggarakan kubu Ical terlihat Sukses dan sangat meyakinkan penyelenggaraannya. Kejuta terbesar ada pada Undangan yang datang menghadiri pembukaan Rapimnas yang sebenarnya illegal tersebut.
Kejutan pertama datang dari kehadiran Habibie. Padahal Habibie bersama Tim Transisi sudah mrencanakan progam lain di luar dari Rapimnas versi Ical tersebut. Dan Kejutan yang paling hebat ditandai dengan kehadiran Luhut Panjaitan dan Menkumham Yasona laoly. Ini benar-benar surprise. Ini merupakan sinyal bahwa Rapimnas Ical kali ini direstui oleh Pemerintah dengan mengutus Menko Polhukam dan Menkumham.
Rapimnas ini juga dihadiri oleh Prabowo dan tokoh-tokoh KMP lainnya termasuk dari PAN. Dengan kondisi yang demikian menunjukkan betapa kuatnya posisi Ical saat ini. Rapimnasnya yang disebut illegal oleh Agung Laksono dan Akbar Tanjung menjadi bias. Semua orang menganggap saat ini posisi Ical sedang diatas angina. Jelas Golkar saat ini dalam kendali Ical dan sepertinya sudah direstui oleh Pemerintah. Kubu Agung Laksono sepertinya sudah tidak ada harapan lagi. Begitu juga dengan Tim Transisi yang terlihat menjadi kurang pengaruhnya terhadap partai Golkar secara umum.
Meskipun sungguh mengejutkan sebenarnya Rapimnas kubu Ical saat ini sudah ada tanda-tandanya atau sudah ada prediksinya sebelumnya.
PREDIKSI SEBELUMNYA
Pada tulisan-tulisan sebelumnya gw udah prediksi bahwa Ical akan dibantu JK. JK sudah gw prediksi akan bermain dua kaki di konflik Golkar. (silahkan baca tulisan terkait di bawah). JK yang jauh hari sebelumnya sudah berusaha menarik Golkar lewat tangan Agung Laksono ternyata mengalami perlawanan keras dari Ical. JK pun sudah melakukan berbagai cara seperti salah satunya mencoba melengserkan posisi Setya Novanto (orang terkuat Ical) melalui kaki tangannya Sudirman Said dengan isu Papa Minta Saham. Tetapi faktanya Setya Novanto mampu bertahan dan eksis di DPR.
JK sendiri dalam posisi tidak nyaman saat ini sebagai Wakil Presiden. Keberadaan Luhut Panjaitan dan Rizal Ramli membuat posisi JK tidak strategis lagi. Apalagi Kasus Pelindo II sudah membuat elit PDIP menjauh dari JK. Begitu juga dengan Polemik PSSI dimana JK membela PSSI membuat kubu PKB ikut menjauh dari JK. Satu lagi yang akan membuat posisi JK tidak nyaman adalah akan datangnya kekuatan baru di Ring 1 Jokowi yang berasal dari PAN.
Kondisi ini membuat JK membutuhkan kekuatan pendukung baru. Dan itu ada pada Golkar yang saat ini memang dikuasai oleh ARB. Apa boleh buat, saat ini buat JK tidak penting siapa yang berkuasa di Golkar. Target JK kemudian adalah bagaimana caranya agar Ical mendukung posisinya sebagai Wapres saat ini. Ical pun setuju. Yang pertama posisi Ical dalam keadaan terjepit dan yang kedua mereka berdua sama-sama berasal dari Faksi Sulsel. Tinggal mengkondisikan saja bagaimana baiknya. Apalagi Habibie juga berasal dari Sulsel. Sudah pas semuanya. Tinggal bagaimana JK bermain di posisi Agung laksono saja.
Kemudian yang terbaca pada Rapat Tim Transisi di rumah JK kemarin adalah, Agung dan Akbar berbicara keras tentang ketidak bersediaan Ical menghadiri Rapat Tim Transisi tersebut. Sebaliknya JK terkesan “sangat memahami” ketidak-hadiran Ical. Malah secara tersirat JK sudah merestui kesibukan Ical mempersiapkan Rapimnas keesokan harinya (hari ini).
Dan akhirnya hari ini kita lihat bersama-sama Rapimnas Ical berjalan dengan megah dan dihadiri mayoritas DPD-DPD Tingkat 1 dan Tingkat II. Tidak cukup itu, perwakilan Pemerintahpun menghadiri Rapimnas yang “Ilegal” ini.
SEBENARNYA ANTARA ARB DENGAN PDIP SAAT INI SEDANG AKRAB
Sebenarnya bisa dikatakan posisi Ical saat ini sedang beruntung meskipun mendapat tekanan keras dari kubu Agung dan Akbar. Sebabnya karena bisa dikatakan dalam beberapa bulan terakhir ini posisi Golkar kubu Munas sedang dekat dengan PDIP. Yang sangat terbaca adalah PDIP sangat membantu Setya Novanto dalam Sidang MKD sehingga Setya Novanto menjadi aman posisinya di DPR. Bantuan itu tidak gratis karena Golkar pun sangat membantu PDIP dalam meloloskan RUU KPK di Baleg yang dikuasai golkar dan membantu mengganjal Johan Budi dan Busiro Muqqidas untuk menjadi Pimpiinan KPK melalui tangan Komisi III yang dikuasai Golkar. Bahasa gunungnya sudah terjadlin Simbiosis Mutalisme. Hehee.
Dari pihak PDIP tentu sudah berpikir panjang. Belakangan ini KMP sudah tidak galak lagi pada Pemerintahan Jokowi. Golkar kubu Ical pun sangat mudah untuk diajak kerja-sama. Jadi untuk apa mendukung Agung Laksono lagi yang belum jelas nantinya posisinya seperti apa. Ical sudah membuktikan Golkar ditangannya bisa bekerja sama dengan PDIP. Makanya kehadiran Menkumham Yasona Laoly di Rapimnas Ical ini tidaklah terlalu mengejutkan.
LALU DIMANA POSISI LUHUT DAN JOKOWI?
Jokowi adalah negarawan. Jokowi tidak menyukai adanya konflik di Golkar yang tidak selesai-selesai. Buat Jokowi tidak penting siapa yang menguasai Golkar. Meskipun masih Ical yang menguasai tetapi saat ini KMP sudah tidak ganas lagi. Faktanya PAN saat ini sudah dekat dengan Jokowi sehingga bagi Jokowi saat ini KMP bukanlah “musuhnya” lagi. Jokowi akan merestui siapapun yang menjadi penguasa Golkar. Inilah sikap Jokowi sebenarnya. Tidak ada sama sekali kepentingan Jokowi terhadap siapapun penguasa Golkar.
Berikutnya tentang Luhut Panjaitan. Luhut saat ini adalah Menko Polhukam yang sangat dekat dan sangat kompak dengan Jokowi. Luhut bisa dikatakan saat ini menjadi orang kepercayaan Jokowi. Hal itu membuat Luhut paham dengan apa yang diinginkan dari Jokowi terhadap Konflik Golkar.
Kehadiran Luhut Panjaitan di Rapimnas Golkar tentu saja dengan restu Jokowi. Luhut punya alasan bahwa dirinya masih kader Golkar sehingga ada baiknya menghadiri acara Golkar. Luhut juga punya alasan sebagai Menko Polhukam yang berkepentingan menjaga stablittas politik nasional. Dengan sedikit berpihak pada ical maka kekuatan satunya akan melemah dan konflik akan segera mereda.
Jadi memang beruntunglah Ical saat ini dengan dukungan-dukungan yang tidak sengaja ada dipihaknya.
ICAL HARUS BERMAIN HALUS
Dengan dukungan tersembunyi dari JK, ditambah dukungan moril dari PDIP dan Jokowi selaku Presiden maka Ical akan sangat leluasa mengatur kendalinya pada Golkar. Akhirnya kita lihat mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang sangat kondusif. Ical mengatakan setuju bila diadakan Munaslub. Ical juga mengatakan akan lengser dari jabatannya. Kondisi yang demikian sangat adem buat stabilitas politik tanah air.
Tetapi sebenarnya itu adalah cara halus Ical mengendalikan Golkar. Dengan pernyataan-pernyataannya itu maka yang terlihat Ical sangat mendukung Tim Transisi. Di sisi sebaliknya Ical tidak akan takut dengan Munas ataupun Munaslub selama ia masih bisa mengendalikan DPD-DPD Tingkat 1. Katakana bila terjadi Munaslub tahun depan maka bila mayoritas DPD Tingkat 1 berkehendak mempertahankan Ical sebagai ketua Umum maka Ical akan berdalih demi partai maka dia tidak jadi lengser.
Disisi lain ada wacana Rapimnas merubah AD/ART Golkar yang akan memperkuat Dewan Pertimbangan Partai. Wewenang Wantim akan diperkuat. Ini tentu saja sesuai dengan keinginan Ical sebagai pemegang kendali Golkar saat ini. Bila Ical tidak mau menjadi Ketua Umum paska Munas nanti maka ical akan duduk sebaga Ketua Wantim (Dewan Pertimbangan) tetapi dengan kekuasaan seperti Majelis Syuro yang ada di PKS. Dengan demikian kendali Golkar masih akan tetap di tangan Ical meskipun bukan dia yang menjadi Ketua Umum. Hehehee..
Selamat buat Ical. Anda memang beruntung saat ini.
Tulisan sebelumnya :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H