Sepertinya prediksi gw kemarin tentang kisruh Golkar tidak meleset. Kubu ARB yang tidak menerima keberadaan Tim Transisi bentukan Mahkamah Partai yang diketuai Muladi akhirnya melakukan manuvernya sendiri dengan menyelenggarakan Rapimnas.
Prediksi gw dua hari yang lalu menyebut JK bermain dua kaki dalam menengahi konflik Golkar ini. JK yang diangkat menjadi Ketua Tim Transisi sudah mulai terlihat tidak netral dan condong ke kubu Ical. Penyebabnya kemungkinan besar JK yang saat ini berposisi lemah di Ring 1 Jokowi membutuhkan dukungan politik baru. Dari beberapa Kasus seperti Kasus RJ Lino dan lainnya, beberapa elit PDIP sudah ogah dekat-dekat JK begitu juga dengan elit PKB.karena JK mencampuri urusan Menpora dan lainnya. Belum lagi “perseteruannya” dengan Rizal Ramli maupun rivalitasnya dengan Luhut Panjaitan yang membuat JK saat ini kehilangan power. Untuk itu JK mungkin butuh tambahan vitamin (pendukung baru). Hehehe.
Tadinya niat JK menarik Golkar ke pemerintahan adalah melalui tangan Agung Laksono tetapi perlawanan ARB sangat keras dan posisi ARB di Golkar memang sangat kuat. Sia-sia setahun lebih upaya JK untuk mengakuisisi Golkar bila hanya lewat tangan Agung Laksono. ARB memang sangat menguasai DPD-DPD Tingkat 1 Golkar. Begitu juga dengan dukungan yang sangat kuat dari Setya Novanto dan Ade Komarudin yang menguasai DPR.
JK juga sudah mencoba mendongkel Ical dari jabatannya sebagai Ketua Umum dengan cara melengserkan orang terkuatnya Setya Novanto lewat kaki tangannya Sudirman Said. Tetapi faktanya Setya Novanto masih kokoh di DPR. Tidak jadi Ketua DPR tetapi tetap menguasai Fraksi Golkar di DPR.
Intinya sebenarnya saat ini JK hanya butuh dukungan politik dari Golkar. Buat dirinya yang penting mayoritas kekuatan Golkar bisa mendukung dirinya di posisinya saat ini. Jadi siapapun yang menjadi Ketua Umum Golkar tidak penting bagi JK. Yang penting pemegang kendali Golkar bersedia mendukung posisi politiknya di Ring 1.
Bagaimanapun juga dengan kondisi elit PDIP dan elit PKB yang menjauh ditambah rivalitasnya dengan Luhut Panjaitan dan Rizal Ramli sudah sangat merepotkan JK yang memiliki karakter ingin mendominasi Presiden. Belum lagi nanti ada PAN yang masuk dalam Ring 1 yang sudah pasti akan mengurangi aksebilitas JK. JK sangat-sangat membutuhkan dukungan politik yang baru. Dan tawaran termudah tentu saja ke ARB yang saat ini menjadi pemegang kendali Golkar.
ARB sebenarnya saat ini tidak sekuat setahun sebelumnya. Setahun yang lalu KMP masih sulit dimana Ical punya dukungan politik yang sangat kuat diluar Golkar. Setahun lalu juga Muladi, Akbar Tanjung dan lainnya masih mendukung Ical. Tetapi saat ini KMP sudah melemah sementara Muladi, Akbar Tanjung dan lainnya memang menghendaki Ical Lengser.
Dalam posisi kekuatan yang tinggal ¾, Menerima tawaran JK adalah langkah yang terbaik bagi Ical. Cukup mengatakan pada publik bahwa Golkar mendukung pemerintah. Setelah itu siapa tahu Jokowi berbaik hati memberi 1 kursi menteri. Padahal yang diinginkan Ical sebenarnya adalah bertahan dengan kendali dirinya terhadap Golkar. Dalam hal ini ARB bukan mendukung pemerintah sebenarnya tetapi mendukung JK sebagai Wakil Presiden. Heheheee.. keren kan?
Dan kembali kepada manuver JK yang sebenarnya diserahi tanggung-jawab untuk menyelesaikan konflik Golkar dimana seharusnya Tim Transisi direkomendasikan secepat mungkin menyelenggarakan Munas untuk memilih Kepengurusan yang baru dari Golkar. JK seharusnya berupaya untuk ini.
Tadi malam seharusnya ada Rapat Pertama Tim Transisi di kediaman JK untuk mulai mempersiapkan apa yang akan menjadi kebutuhan Munas Bersama. Yang menarik kemudian ternyata Ical dan Theo Sambuaga tidak hadir. Agung Laksono dan Akbar Tanjung bersuara keras dan menyesali ketidak-hadiran ARB dan Theo Sambuaga (kubu Ical). Akbar bahkan menyatakan kalau ARB tidak mau ikutan Tim Transisi maka Tim Transisi akan melaksanakan Munas tanpa ARB. Begitu juga dengan Agung Laksono yang sudah berkali-kali menyatakan ARB tidak punya Legal Standing untuk melaksanakan Rapimnas hari ini.
Tetapi berbeda dengan sikap Akbar dan Agung, JK cenderung “ sangat memahami” ARB. JK mengatakan ARB lagi sibuk mempersiapkan acara Munas jadi tidak bisa datang ke pertemuan Tim Transisi tersebut. JK malah menambahkan bahwa sebenarnya ARB juga menginginkan Islah Golkar seperti yang diinginkan para senior Golkar. Bedanya para senior Golkar menginginkan lewat Munas Bersama sementara ARB menginginkannya lewat suara bulat dari DPD-DPD Tingkat 1. Hahahaha.. gw geli aja mendengar penjelasan JK ini. Ya jelas beda bingit. Ya jelas-jelas Ical memang tidak menginginkan Munas kok. Soal bahasa Ical menunggu suara bulat dari DPD-DPD Tingkat 1 ya itu akal-akalan Ical aja. JK kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu bahwa mayoritas DPD tingkat 1 adalah orang-orang Ical.