Serem amat yah judulnya masbro? Heheee.. tapi memang begitulah keadaan para politisi kita. Selalu saja ada keributan. Selalu saja ada sensai. Kapan mereka mau konsentrasi kerja kalau yang ada ribut terus. Ckckckck..
Mungkin hari ini hingga beberapa hari ke depan public masih ingin tahu tentang akhir dari cerita atau skandal Pencatutan Nama Presiden yang dilakukan oleh Ketua DPR, Setya Novanto. Apa boleh buat kita harus tunggu langkah-langkah MKD terlebih dahulu karena Bola Panas saat ini memang masih berada di Mahkamah Kehormatan Dewan.
Kehebohan public tanah air dalam 3 hari terakhir ini sudah melahirkan satu opini public yang sangat kuat yaitu Setya Novanto harus mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR. Selain opini dari public di kalangan beberapa politisi dan tokoh-tokoh terkenal juga sudah ada satu suara yaitu Setya Novanto harus mundur atau harus dipecat.
Gw setuju bingit Setya Novanto dilengserkan. Bukan apa-apa, selama setahun DPR dipimpin Setya Novanto toh bisa dikatakan DPR secara nyata tidak ada prestasinya sama sekali. Malahan dalam 6 bulan pertama bekerja DPR dikatakan sama sekali tidak bekerja melainkan hanya berantem memperebutkan kursi pimpinan DPR dan Alat Kelengkapan DPR. Benar-benar nggak produktif.
Apalagi dua bulan yang lalu terjadi skandal memalukan dimana para pimpinan DPR kok mau-maunya sowan ke konglo Amerika Donald Trump? Selain menjatuhkan harga diri bangsa para pimpinan DPR ini ternyata ke AS juga membawa keluarga dan handai taulannya. Jelas-jelas ini pelanggaran berat meskipun akhirnya toh MKD tidak bisa mengambil sanksi apa-apa terhadap Setya Novanto dan kawan-kawan. MKD cuman omong besar saja tanpa bukti. Dan ditengarai telah terjadi bargaining politik antara KMP dan KIH.
Kembali kepada Kasus Pencatutan Nama Presiden oleh Setya Novanto dimana menurut gw sebenarnya dalam kasus ini masih ada hal-hal aneh yang patut dipertanyakan. Bahwa benar sudah diakui Setya Novanto bersama pengusaha Riza Chalid telah melakukan pertemuan dengan Presdir PT.Freeport Indonesia dan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan perpanjangan kontrak karya Freeport.
Pertemuan Novanto dengan pihak Freeport apalagi dengan membawa pengusaha nasional jelas-jelas sangat salah dan benar-benar melanggar etika anggota Dewan. Apalagi sampai membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kontrak karya PT. Freeport dimana hal itu adalah tupoksinya Eksekutif. Wajar sekali kalau Setnov diberi sanksi keras untuk itu.
Tetapi di sisi lain hebohnya kasus setya Novanto hingga menyulut kemarahan banyak pihak karena Isunya Telah terjadi Pencatutan Nama Presiden dan Wapres dimana katanya si Pencatut meminta Saham PT. Freeport sejumlah 11% untuk Presiden dan 9 % untuk Wapres. Judul kasus inilah yang kemudian menghebohkan public selama 3 hari terakhir.
Dan pertanyaan terbesar dari public adalah : Benarkah Setya Novanto telah mencatut nama Presiden dan Wapres? Benarkah Setya Novanto mengatasnamakan Jokowi dan JK untuk meminta saham masing-masing sebesar 11% dan 9%?
Pelapor dari kasus ini adalah Menteri ESDM Sudirman Said. Sudirman mengatakan ke public bahwa dirinya memiliki bukti rekaman pertemuan Setnov dengan petinggi Freeport dimana dalam pembicaraan mereka Setnov mencatut nama Presiden dan meminta saham pada PT. Freeport. Kabar itu mengejutkan dan sepintas ada pertanyaan, mengapa sampai ada rekaman seperti itu yang direkam petinggi Freeport? [Aneh- 1].
Sudirman pada senin lalu 16 November 2015 sudah membuat laporan resmi ke MKD dengan menyertakan Transkrip Percakapan yang dilakukan oleh Setnov dan Petinggi Freeport. Sayangnya Sudirman tidak menyertai laporan tersebut dengan menyerahkan rekaman suara asli dari percakapannya Setnov dan petinggi Freeport. Dua hari kemudian barulah SS menyerahkan rekaman suara percakapan tersebut. [Aneh-2].