Mohon tunggu...
Reza aka Fadli Zontor
Reza aka Fadli Zontor Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa-siapa, Hanya seorang Pemerhati Masalah Politik dan Sosial Zonk.Fadli@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Terima Kasih Pepih Nugraha

26 September 2015   06:05 Diperbarui: 26 September 2015   06:05 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sejam yang lalu Gw baca puisi yang dibuat K-er Muhammad Armand yang sepertinya meminta pak Pepih untuk bersabar dengan keadaan yang terjadi saat ini di Kompasiana. Itu puisi yang indah meskipun gw separoh ngerti atau nggak begitu ngerti makna sebenarnya. (kagak pernah main puisi-puisian sih) :D

Dari situ Gw baru tau ada K-er selevel Muhammad Armand di K, begitu juga seminggu yang lalu gw baru tau bahwa ada K-er bernama Nararya dan akhirnya gw bisa pastikan ternyata di K ini memang banyak orang hebat.

Dan Puisi dari MA itu berikut pembicaraan antar kompasianer sebelumnya yang menyebut namanya, kemudian membuat gw jadi tau bahwa pendiri Kompasiana ini ternyata bernama Pepih Nugraha yang hobi main catur. Di foto yang ada di Puisi MA, keliatannya pak Pepih masih muda, berumur sekitar 35-40 tahunan.

Tak lama setelah itu gw browsing-browsing, ternyata gw dapat informasi perjuangan Pepih Nugraha mendirikan Kompasiana ini begitu berat. Penuh badai dan rintangan hingga sampai di posisi saat ini. Gw yakin orang ini cukup hebat dan punya sesuatu yang besar yang sedang diperjuangkannya.

Akhirnya kembali gw merenung sebentar dan ingat dengan tulisan-tulisan yang gw buat seminggu terakhir. Gw jadi merasa nggak enak sudah menyerang habis-habisan Admin Kompasiana gara-gara masalah Pakde Kartono.

Selama ini gw menulis di Kompasiana dengan gaya suka-suka gw. Kompasiana menjadi tempat curhat gw. Gw suka politik dan rasa nasionalisme gw kuat, jadi gw sering merasa kesal dengan ulah para politisi busuk yang menyengsarakan rakyat.

Kompasiana menyediakan sarana untuk gw mengeluarkan pendapat gw. Kompasiana menjadi tempat buat gw menyalurkan uneg-uneg gw maupun kemarahan gw pada pemimpin-pemimpin yang egois dan tidak bertanggungjawab.

Ratusan tulisan gw di Kompasiana adalah artikel-artikel yang berisi serangan-serangan dasyat ke para pejabat yang tidak memperdulikan rakyat dan mementingkan kelompoknya saja.

Dibalik semua itu, mungkin gw nggak butuh popularitas makanya gw nggak merasa perlu untuk mencantumkan identitas gw ataupun memverifikasi akun Kompasiana gw. Gw nulis untuk sekedar bersuara tentang ketidak-adilan di negeri ini. Dan karena itulah gw belum begitu perduli dengan kompasianer lain. Harus gw akui gw belum atau nggak pernah bersosialisasi di Kompasiana.

Tapi akhirnya pada poinnya kemudian gw baru sadar bahwa selama ini gw sudah memanfaatkan fasilitas yang disediakan Kompasiana untuk menjadi wadah gw menyalurkan aspirasi gw. Gw seharusnya berterima kasih kepada mereka yang mendirikan Kompasiana dan membuat orang-orang seperti gw bisa punya wadah untuk memuntahkan kemarahan pada pemimpin-pemimpin yang tidak becus.

Jadi dengan tulisan ini gw ingin mengucapkan terima kasih pada Pak/Bang/Om Pepih Nugraha yang telah mendirikan Kompasiana yang sangat bermanfaat buat gw, membuat gw sering merasa lega dalam kesehariannya karena telah menumpahkan uneg-uneg soal nasionalisme gw dan memfasilitasi gw untuk mencaci-maki pada mereka pemimpin yang tidak becus.

Berikutnya lagi gw mau minta maaf karena telah memperburuk nama Admin Kompasiana dalam kasus Pakde Kartono. Kemarin gw lupa bahwa semua tempat dimanapun di dunia ini selalu memiliki kekurangan. Gw seharusnya memaklumi dari awal dan tidak menuntut kesempurnaan.

Ratusan kali dalam artikel-artikel gw, begitu sering gw memuntahkan kemarahan-kemarahan amat sangat kepada para politisi. Gw memang paling benci dengan ketidak-adilan.

Tetapi kemarin, masalah Pakde Kartono entah aka GT atau aka siapa yang gw nilai telah merusak keadilan memang membuat gw juga sangat marah. Baru kali ini gw menyerang orang yang bukan politisi.

Dan kemarahan gw pada Pakde Kartono akhirnya membuat gw ikut menjelek-jelekkan Admin Kompasiana. Gw berlebihan. Dan untuk itu gw minta maaf.

Mungkin kemarahan gw nggak seberapa karena gw tidak pernah dirugikan oleh PK secara langsung atau tidak langsung. Tetapi untuk Kompasianer lain gw bisa merasakan kemarahan yang amat sangat. Bahkan seorang Tjiptadinata Efendi yang selama ini merupakan sosok yang paling mampu mengontrol perasaan dan pikirannya juga terpengaruh.

Gw merasakan gejolak emosial (entah kemarahan atau kegeraman) dalam 1-2 tulisannya tentang Pakde Kartono. Apalagi untuk para K-er yang masih muda. Apalagi untuk K-er yang pernah tertipu dengan eksistensi PK di Kompasiana.

Mereka sudah pasti marah besar. Lebih besar dari gw. Dan gw juga akhirnya (gara-gara tulisan gw) membuat mereka ikut memaki Admin Kompasiana. Ckckck.. gw jadi merasa nggak enak. (garuk-garuk kepala yang nggak gatel) hehehee.

Sekali lagi dalam tulisan ini gw mau ucapkan terima kasih pada Kang Pepih dan Kompasiana yang sudah memfasilitasi gw untuk menunjukkan Eksistensi gw menyalurkan aspirasi politik gw.

Gw minta maaf kalau gw sudah menyerang Admin Kompasiana dan memprovokasi kompasianer lainnya untuk memaki Admin.

Masalah Pakde Kartono sudah pasti akan membuat kita semua menarik manfaatnya dari setiap fase ke fase lainnya. sejelek-jeleknya dia tetap dia merupakan bagian perjalanan Kompasiana dan kita semua.

Dan akhirnya, gw ingin mengajak rekan-rekan Kompasianer untuk melupakan yang sudah terjadi. Mari kita bersama-sama menciptakan Kompasiana sebagai Rumah Sehat (kalau nggak salah itu mottonya ya?). Soalnya kalau Rumah Sakit mah depan kompleks rumah gw juga ada kok hehehee..

Udah segitu aja, mas bro.

Catatan :

Gw pengen tau Caturnya kang Pepih kayak apa. Begitu juga Mbah Neinjenloh atau Mbahmupeyang kayak apa sih main caturnya. Kapan-kapan Sparing partner boleh juga kayaknya. Hahahaaaa

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun