Mungkin juga gara-gara Kompasiana dan banyak Media Sosial lainnya yang menyediakan ruang untuk para netizen maupun masyarakat luas bersuara/ melontarkan aspirasinya tentang Kasus Penangkapan Novel Baswedan.
Yang jelas gw liat dalam 2 hari terakhir Buwas dijadikan bulan-bulanan para Netizen dan para Blogger. Khususnya untuk Kompasiana gw liat ada beberapa tulisan yang “menggugat” Budi Waseso dan Penyidik Bareskrim yang berkaitan dengan Kasus Novel Baswedan.
Buwas digugat atau tepatnya dipertanyakan karena mempublikasikan pernyataan asal-asalan sementara Penyidik Bareskrim “digugat” karena menyita barang-barang yang kagak ada hubungannya dengan kasus Penembakan Novel.
Buwas bilang di Media bahwa Novel Baswedan punya 4 Rumah Mewah tetapi ternyata tidak terbukti. Penyidik Bareskrim juga menyita sejumlah barang-barang dari rumah Novel tetapi barang-barang yang disita sebagian besar tidak berhubungan dengan Kasus Penembakan.Ada modem, CD Antivirus, Sertikat Rumah, Sertifikat Tanah, IMB dan lain-lainnya disita padahal barang-barang itu tidak masuk akal bila dihubungkan dengan Kasus Penembakan.
Gw nggak tau itu Buwas baca Kompasiana atau baca media social yang lain tetapi akhirnya Buwas bersedia meralat 2 hal tersebut. Gw nggak bisa menilai itu terpaksa atau memang Buwas berniat menjelaskannya. Dan dari berita Detiknews, Buwas meralat hal tersebut.
Wartawan Detik bertanya apakah Buwas yakin Novel Baswedan punya 4 rumah mewah? Dan dijawab :
"Kita kerja atas dasar informasi yang kita terima. Ada empat tempat yang suka disinggahi Novel, Kita awasi empat tempat itu. Tempat itulah yang diikuti. Jika akhirnya satu maka ya sudah," kata Buwas di Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/5/2015).
Jadi terbukti bahwa ucapan Buwas tentang 4 Rumah Mewah Novel itu ucapan nggak sengaja (Keceplosan) karena faktanya Rumah Novel memang cuman satu dan tidak mewah.
Terkait barang bukti hasil penggeledahan yang tidak sesuai dengan pokok perkara yang disangkakan pada Novel, Buwas mengatakan pihaknya masih melakukan penelitian.
"Kalau tidak ada hubungan akan kita kembalikan ya," ujar Buwas.
Nah begitulah pembelaan Buwas atas beberapa opini-opini Netizen yang menyudutkan dirinya.
Tetapi ternyata selain serangan-serangan diatas Buwas juga harus menghadapi serangan-serangan lain atau lebih tepatnya Tantangan dari LSM-LSM di Makassar. Ini memang berhubungan dengan sikap Buwas sendiri yang ngotot agar Penegakan Hukum atas Kasus Novel harus segera diproses. Buwas sempat menyatakan Kasus Novel ini berkaitan dengan Nyawa dan profesionalitas Polri. Buwas bilang kasus Penembakan Polri kepada masyarakat harus diusut hingga tuntas. Tidak boleh ada yang Lebay untuk mengintervensinya.
Buwas Harus Buktikan Dirinya Bukan Pejabat Titipan.
Dari sikap Buwas yang sangat keras seperti itu akhirnya memicu sejumlah LSM di Makassar untuk menantang Buwas. Kalau memang benar Buwas ingin menegakkan Hukum atas Kasus Penembakan Petugas Polri terhadap masyarakat maka Buwas juga harus menyelesaikan semua kasus-kasus yang serupa yang terjadi di Sulawesi Selatan.
Kabar dari Kompas.com, sejumlah LSM itu sudah bersatu dan membuka sejumlah sekretariat Posko-posko yang akan menampung laporan-laporan masyarakat yang menjadi Korban Tembak dari Petugas Polri. LSM yang terdiri dari ACC, LBH Makassar, Fik Ornop, YLBHM, KontraS, Walhi, dan lainnya membuka posko pengaduan penganiayaan dan penembakan yang dilakukan polisi di Makassar.
"Ini tantangan bagi Budi Waseso mengungkap semua kasus anggotanya. Jika dia tidak bisa mengungkap semua kasus di Makassar, berarti Budi Waseso adalah pejabat titipan untuk menghancurkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)," papar pekerja Anti Corruption Committee (ACC), Wiwin Suwandi, Senin (4/5/2015).
Wiwin mengungkapkan, LBH Makassar sudah menerima banyak laporan yang siap untuk ditindaklanjuti. Sebelumnya, kasus penganiayaan dan penembakan yang dilakukan polisi sudah banyak dilaporkan sebelum kasus Novel Baswedan mencuat.
Ya gitu deh, mau bagaimana lagi. Seorang Pejabat memang harus berhati-hati dalam tindakannya. Buwas sepertinya memang sering ngawur dalam bertindak sehingga Buwas harus menerima “Hadiah-hadiahnya”. Hehehee
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H