Mohon tunggu...
Fadlir Rahman
Fadlir Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Pemuda dalam krisis yang suka membaca, sedikit menulis, banyak ngegamenya

Menulis opini tentang apapun, terutama peristiwa sosial, media, dan sedikit politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Wadah Kemerdekaan Kering dari Ideologi

27 Agustus 2020   04:47 Diperbarui: 27 Agustus 2020   04:55 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semakin dewasa umur kemerdekaan, ia hanya sekadar perayaan kosong di setiap bulan agustus. Karnaval-karnaval lebih ramai dan meriah daripada kursus-kursus atau forum diskusi. Kostum dan slogan lebih laku dan dipakai daripada ideologi. Lomba-lomba yang tak berarti lebih sering diadakan daripada lomba yang menggunakan potensi utama manusia yaitu akal.

Rasa-rasanya lebih penting siapa lebih cepat menghabiskan kerupuk yang tergantung atau memasukkan pensil ke dalam botol daripada siapa yang bisa menyumbangkan isi kepalanya untuk mengisi wadah kemerdekaan.

Pernah suatu ketika, di kampung saya ada kegiatan KKN dengaan tema kepustakaan dari salah satu universitas di Purwokerto. Kebetulan saat itu bulan agustus, dimana gegap gempita kemerdekaan sedang terjadi.

Jika dinilai dari tema kegiatan mereka, seharusnya mereka lebih fokus melakukan kegiatan di bidang kepustakaan. Seperti melakukan edukasi tentang budaya literasi, pengadaan buku-buku untuk bacaan warga, atau melakukan lomba di bidang itu.

Bukan hanya membantu tenaga warga di sini melakukan kegiatan yang sudah kami rancang. Karena kami sudah cukup, tanpa mengurangi rasa terima kasih untuk mereka atas bantuannya. Tapi, katanya agent of change?

Semua itu memanglah tidak salah. Namun hal itulah yang membuat saya semakin bertanya-tanya, sudahkah kita merdeka sejak dalam pikiran? Sudahkah pembaruan sama sekali pada setiap nilai diusahakan?

Cita-cita kemerdekaan yang berdikari seperti impian Bung Karno, atau nasib rakyat yang lebih baik seperti diinginkan Sjahrir, atau pembaruan atas segala nilai kehidupan seperti harapan para pemuda dulu, rasa-rasanya masih jauh dari kata “tercapai”.

Tapi dengan optimis, saya yakin bahwa keadaan ini akan lebih baik nantinya ketika seluruh pihak yang berkuasa dan memiliki pengaruh, benar-benar berganti ke generasi yang sama sekali baru. Sebab kemerdekaan berasal dari kepala yang berisi konsep baru yang, belajar dari sejarah dan bukan meneruskan sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun