Mohon tunggu...
Fadli Firas
Fadli Firas Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sang Penjelajah

email: rakhmad.fadli@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jalan Darat Hemat, dari Chiang Mai, Kuala Lumpur, hingga Batam

24 Oktober 2018   12:02 Diperbarui: 24 Oktober 2018   17:50 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan: Bagi yang tidak sempat membaca bisa 'membaca' versi videonya di bagian terakhir tulisan ini.

Berikut catatan perjalanan saya dengan tiga orang teman yang berasal dari Medan, Batam, dan Tanjung Balai Karimun. Perjalanan bermula di titik pertemuan Bandara Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2).

Pada perjalanan pergi kali ini sengaja kami menggunakan pesawat untuk menghemat waktu dan biaya. Dan tentunya untuk mencegah kebosanan. Pada saat perjalanan pulang, sepenuhnya akan ditempuh melalui jalan darat dari Chiang Mai ke Kuala Lumpur, hingga ke Batam dengan menaiki bus secara estafet. Bisa juga sebaliknya.

HARI PERTAMA. 3 Jam sebelum keberangkatan, kami sudah tiba di bandara KLIA2. Pesawat (Rp621.000) ke Chiang Mai, Thailand berangkat pukul 14.50 waktu Malaysia. Konter check in rute Asia Tenggara terdapat di platform V. Perjalanan ditempuh selama 3 jam.

Pukul 5 sore pesawat tiba di Chiang Mai. Waktu Thailand lebih lambat 1 jam dari Malaysia atau setara dengan waktu Indonesia bagian barat. Bandara Chiang Mai berada persis di pinggir jalan. 

Dari bandara ke pusat kota cukup dekat. Naik angkot jenis songthaew (30 baht/orang) perjalanan ditempuh sekitar 10 menit. Tentu akan lebih cepat dengan menggunakan taksi atau tuktuk, keduanya memiliki tarif serupa yaitu 150 baht.

Songthaew menurunkan kami di balik tembok Tha Phae yang merupakan ikon Kota Chiang Mai. Banyak penginapan di sekitar tembok peninggalan Kerajaan Lanna ini. Kami menginap di Lanna House (Rp198.000) yang berjarak 30 meter saja dari sini.

Sore hari, taman sekitar Tha Phae Gate menebarkan suasana romantis. Seorang musisi jalanan duduk di kursi bersenandung sembari memainkan harmonika bersamaan dengan ukulele layaknya konser tunggal di tengah-tengah ratusan burung dara nan jinak.

Malam hari kami habiskan dengan menyusuri tiap sudut Night Market. Dari hotel dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit. Pasar malam nan semarak ini dipenuhi deretan pedagang kaki lima. Aneka souvenir kreatif terpajang ditiap lapak.

Mencari makanan halal cukup mudah di sini. Sebuah masjid besar bernama Hidayatul Islam Banhaw dan perkampungan Muslim yang ditandai dengan kalimat Halal Street Hilal Town di atas gapura berada di tengah-tengahnya. Chiang Mai sangat direkomendasikan bagi penyuka ketenangan.

Dokpri
Dokpri
HARI KEDUA, full day tour. Seharian kami menjelajahi Chiang Rai dengan menggunakan jasa tur (1.250 baht/orang). Destinasi yang dituju adalah White Temple, Karen Long Neck (Suku Karen berleher panjang), dan Golden Triangle (Perbatasan Thailand, Myanmar, dan Laos yang dipisahkan Sungai Mekong).

Paket tur sudah termasuk makan siang yang juga menyediakan menu vegetarian. Ada tur tambahan ke Laos khusus bagi yang berminat saja dan dikenakan biaya tambahan (330 baht/orang).

Di Chiang Rai kami tidak menginap. Malam harinya kembali lagi ke Chiang Mai dan menginap di hotel (Rp198.000) yang sama. Jarak tempuh dari Chiang Mai ke Chiang Rai adalah 3 jam.

Dokpri
Dokpri
Bagi yang hendak singgah ke pusat kota Chiang Rai, khususnya bagi yang Muslim, tidak perlu khawatir soal makanan.

Chiang Mai yang secara geografis berada di ujung utara atau hampir mendekati daratan China, justru memiliki Masjid paling megah dibandingkan wilayah Thailand lainnya. Masjid yang bernama Darul Aman tersebut terletak di pusat kota. Tentu saja tempat makan halal mudah ditemukan di sekitarnya.

Catatan: Bagi yang ingin ke Chiang Rai secara mandiri (tanpa jasa tur) disarankan menginap di Chiang Rai. Karena lokasi wisatanya terletak saling berjauhan. Objek wisata terdekat dari kota adalah White Temple yang berjarak sektiar 6 km. Di Chiang Rai bisa sewa sepeda motor 250 baht per hari.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
HARI KETIGA, perjalanan dilanjutkan dari Chiang Mai ke Bangkok. Pagi hari pukul 06.30 kami langsung check out hotel dan jalan kaki ke tembok Tha Phae. Naik grab dari balik temboknya menuju terminal bus Chiang Mai atau yang dikenal dengan nama Arcade. Ongkos grab 71 baht dengan lama perjalanan sektar 10 menit.

Tiba di terminal langsung bergegas membeli tiket (450 baht/orang) tujuan Bangkok dengan keberangkatan pukul 7.20 pagi. Lama perjalanan sekitar 11 jam.

Bus tiba di Bangkok pukul 6 sore tepatnya di terminal bus Mo Chit (Northern bus terminal). Dari terminal ini naik angkot (15 baht/orang) nomor 509 ke Khaosan Road, pusat turis di Bangkok. Kondisi jalan di Bangkok saat jam-jam pulang kerja dilanda kemacetan yang cukup parah. Kami terjebak sekitar 1 jam.

Turun di traffic light setelah Democracy Monument. Lokasi Khaosan persis di seberang jalan. Hotel dan penginapan bak jamur di musim hujan, mudah ditemukan. Kami menginap di Khaosan Green House (Rp230.000/malam).

Sebagaimana Chiang Mai, di Khaosan pun ada perkampungan Muslim. Masjid Chakkapong dan makanan halal bisa ditemukan dengan mudah di sekitarnya.

Dokpri
Dokpri
HARI KEEMPAT, kami menjelajahi Bangkok. Pagi-pagi sekali kami langsung check out dari hotel namun tas masih kami titipkan di sini. Penitipan barang dikenakan biaya 30 baht per loker dan muat untuk semua (empat) tas kami.

Grand Palace yang merupakan objek wisata tersohor di Bangkok sangat dekat dari Khaosan. Sebelum ke sana, kami sarapan dulu di warung kaki lima yang khusus menjual Cho, nasi bubur Thailand (35 baht/porsi). Lokasinya tak jauh dari Masjid Chakkapong atau Sungai Chao Praya. Dari hotel berjarak 10 menit dengan berjalan kaki.

Usai sarapan, kami mencegat tuktuk yang sedang mangkal di samping lokasi sarapan. Naik tuktuk (60 baht/trip) ke Grand Palace tidak sampai 5 menit. Memasuki kawasan istana raja tersebut gratis sampai area tamannya saja. Jika masuk ke dalam lagi dikenakan biaya 500 baht.

Grup-grup wisatawan asal China yang dipandu seorang guide dengan memegang sebilah bendera berbagai warna membanjiri dari berbagai arah di sekitar Grand Palace. Satu grup diperkirakan ada 50 orang.

Musim hujan sedang melanda Thailand. Awan tampak menggumpal seperti tak sanggup menahan beban di atas sana. Tak lama, hujan pun turun sangat deras. Wisatawan lari berhamburan..

Kami keluar dari Grand Palace dan berteduh di emperan ruko seberangnya. Tidak hanya deras, hujan yang membuyarkan agenda kami untuk menyusuri kanal ini pun turun cukup lama. Adapun rute yang seharusnya kami lalui.

Dari Grand Palace ke pelabuhan Phanfa naik tuktuk (60 baht/trip) sekitar 5 menit. Dari pelabuhan Phanfa ke pelabuhan Hua Chang naik kapal (15 baht/orang) menyusuri kanal. Dari pelabuhan Hua Chang jalan kaki ke MBK (Moh Boon Krong) sekitar 200 meter.

Karena rencana di atas gagal, akhirnya kami ke MBK dengan menggunakan angkot (15 baht/orang). Di MBK sekadar jalan-jalan menumpahkan rasa penasaran. Mal-mal besar yang mengitari persimpangan jalan ini saling terhubung jembatan di atasnya.

Di dekatnya ada dua stasiun BTS Skytrain (sejenis MRT): Siam dan National Stadium. Keberadaan BTS sangat membantu dalam menghemat waktu yang cukup singkat ini. Jembatan selebar jalan di atas jalan raya atau sky bridge sepanjang 1 kilometer bisa diakses menuju Central World dan Pratunam.

Setelah jalan-jalan di MBK dan sekitarnya, kami melanjutkan perjalanan ke Chatuchak Market dengan menggunakan BTS. Naik BTS (44 baht/orang) di stasiun Siam menuju stasiun Mo Chit yang bersebelahan dengan pasar yang juga berdekatan dengan taman Queen Sirikit dan terminal bus Mo Chit tersebut.

Pasar yang diklaim terbesar di Asia Tenggara ini hanya buka pada hari Sabtu dan Minggu. Mulai dari pakaian, souvenir, buku, tanaman, hewan peliharaan, hingga makanan terkelompokkan menjadi beberapa sektor-sektor besar.

Di dalam pasar ada beberapa tempat makan halal. Kami makan siang di Rumah Makan Saman Islam. Memesan seporsi besar Tom Yam dan Pad Thai serta 4 nasi putih dan thai tea yang totalnya 760 baht atau 190 baht/orang. Ini adalah makan termahal selama di Thailand. Biasanya, 40 sd 80 baht saja per orang.

Usai belanja, kami kembali ke stasiun Mo Chit dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan BTS (47 baht/orang) ke stasiun BTS Saphan Taksin yang terhubung 50 meter dengan pelabuhan Sathorn di Sungai Chao Praya.

Dari pelabuhan ini, kami menggunakan kapal (15 baht/orang) menuju pelabuhan Phra Arthit yang terletak di daerah Khaosan. Perjalanan ditempuh selama 20 menit. Jalur ini cukup berkesan karena menyusuri sungai besar di jantung kota Bangkok. Sengaja kami kembali ke Khaosan lagi untuk mengambil tas yang dititipkan di hotel.

Dari Khaosan, kami menuju terminal bis Sai Tai Mai (Southern bus terminal) naik taksi (200 baht/trip) selama 20 menit. Di terminal yang juga merupakan sebuah mal ini kami membeli tiket bus (550 baht/orang) tujuan Phuket dengan keberangkatan pukul 20.30. Malam ini kami 'menginap' di bus selama 12 jam.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
 HARI KELIMA, pukul 7 pagi bus tiba di terminal bis Phuket 2. Dari terminal ini, kami naik songthaew (15 baht/orang) menuju Phuket Town selama 15 menit. Songthaew disediakan platform khusus di dalam terminal sehingga tidak perlu menunggu di pinggir jalan.

Turun di dekat Golden Dragon Monument lalu menuju rumah makan yang berjarak dua ruko dari persimpangan. Kami sarapan roti prata + kari sapi. Kemudian jalan kaki menuju Phuket Central Market, pusat pasar tradisional sekitar 10 menit. Songthaew berbagai tujuan ngetem di sini. Dari sini, kami naik songthaew (30 baht/orang) menuju Patong selama 40 menit.

Patong adalah pusat turis di Thailand layaknya Bali. Tak ada sekat antara pantai dan pusat kotanya. Kami menginap di Hotel Lotus (Rp230.000/malam). Namun, masih menunggu dua jam lagi untuk bisa check in. 

Beristirahat sejenak di lobi sambil memanfaatkan fasilitas yang ada di hotel seperti komputer yang terhubung internet. Waktu check in masih satu jam lagi, kami pergi cari makan di sekitar Masjid Nurul Iman dengan berjalan kaki sekitar 10 menit. Cukup mudah mencari sajian halal di sini. Restoran Timur Tengah pun tersebar di beberapa tempat.

Menjelang malam, hampir semua turis muncul dari persembunyian meramaikan jalan-jalan di Patong terutama di sepanjang jalan Bangla Walking Street yang dikhususkan bagi pejalan kaki saat malam hari. Tidak disarankan membawa anak kecil ke sini.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
HARI KEENAM, kami akan menjelajahi Pulau Phiphi. Pukul 07.00 pagi minivan datang menjemput di hotel membawa kami ke pelabuhan Rassada. Satu per satu turis dijemput di hotel yang berbeda. Lama perjalanan ke pelabuhan sekitar 20 menit. Hari ini kami akan menikmati keindahan Pulau Phiphi.

Kapal berangkat pukul 8.30 pagi. Perjalanan ditempuh selama 1,5 jam. Saat kapal mendekati Pulau Phiphi, panorama terlihat menakjubkan. Bebatuan karst raksasa tumbuh di atas air laut nan jernih berwarna hijau tosca.

Di Phiphi kami tidak menginap, sekadar mengelilingi pulau dengan menyewa perahu motor (1.600 baht/perahu) selama 2 jam sudah termasuk peralatan snorkeling. Pemandu kapal membawa kami keliling pulau dan snorkeling di dua lokasi berbeda.

Puas bermain dengan ribuan nemo, kami kembali ke Pulau Phiphi dan makan siang di dekat Mesjid Al Islah sembari menanti keberangkatan kapal ke Krabi. Aneka menu khas Thailand tersaji di sini.

Pukul 03.00 sore, dengan kapal yang berbeda kami dibawa menuju Krabi selama 1,5 jam. Pukul 04.30 kapal menyender di pelabuhan Noppharat, Krabi. Dari pelabuhan ini kami naik taksi (300 baht/trip) menuju hotel The Dream Garden di Aonang selama 20 menit. Jika Phuket memiliki Patong, maka Krabi dikenal dengan pusat turis di Aonang.

Sepanjang perjalanan dari Patong ke Aonang tiket kapal (Phuket-Phiphi-Krabi) dipatok 600 baht per orang, sudah termasuk jasa antar jemput minivan dari/ke hotel

Seharusnya, perjalanan dari pelabuhan ke Aonang tidak perlu merogoh dompet lagi. Insiden struk tiket yang tertinggal di tangan supir saat di Phuket, membuat kami harus merelakan membayar ongkos taksi.

Kawasan Aonang berada di tepi pantai yang memiliki tekstur pasir kekuningan dan tidak terlalu ramai. Wilayah selatan Thailand memiliki populasi Muslim yang cukup besar sehingga mudah untuk mencari makanan halal.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
HARI KETUJUH, hari ini tujuan kami adalah Hatyai. Tapi masih pukul 11.00 siang nanti. Sebelum matahari terbit, kami menikmati pagi dengan jalan-jalan ke pantai yang berjarak 300 meter dari hotel.

Semakin matahari beranjak naik, semakin bertambah wisatawan yang datang ke pantai. Beberapa warga setempat yang mengais kerang di sepanjang pesisir pantai menjadi pemandangan menarik.

Kami sarapan nasi lemak yang membuka lapak setiap pagi di trotoar depan Mesjid Al Munawarah yang juga berjarak dekat dari hotel, sekitar 100 meter. Nasi lemak plus ayam bakar ukuran besar dengan bumbu yang sangat khas dibanderol 60 baht/porsi.

Menjelang jam sebelas, kami berkemas untuk menanti jemputan minivan. Tiket minivan (300 baht/orang) dibeli di hotel yang sama. Lama perjalanan ke Hatyai adalah 4 jam.

Tiba di Hatyai pukul 15.00, kami menuju agen Davis Tour, sebagaimana rute yang tertera di tiket: 'Davis Tour, Hatyai -- TBS, Kuala Lumpur'. Dari Hatyai, perjalanan akan diteruskan ke Kuala Lumpur pukul 18.30 nanti. Kami memanfaatkan waktu 3 jam yang tersisa dengan jalan-jalan sekitar Lee Gardens Walking Street yang berada satu lokasi dengan Davis Tour.

Pukul 18.00, kami diantar oleh minivan (100 baht/orang) dari Hatyai menuju Sadao, perbatasan Thailand-Malaysia selama 45 menit. Usai melewati imigrasi Thailand, kami bergegas menaiki bus (Rp271.000/orang) yang sudah menanti di perbatasan.

Bus dari Malaysia tidak diperbolehkan lagi memasuki Thailand. Hanya diperbolehkan sampai perbatasan negara.

Tiket bus sudah dibeli sebulan sebelum keberangkatan melalui easybookcom. Kebetulan tanggal keberangkatan ini bersamaan dengan hari libur internasional. Sehingga disarankan untuk membooking tiket terlebih dahulu agar tidak kehabisan.

Tidak sampai semenit bus tiba di imigrasi Malaysia. Turun sejenak untuk proses pengecopan paspor di imigrasi Malaysia. Bus akan berhenti sekali di restoran tak jauh dari perbatasan. Di restoran tersebut boleh menggunakan mata uang Thailand. Perjalanan menuju Kuala Lumpur ditempuh selama 9 jam.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
HARI KEDELAPAN, pukul 5 pagi bus tiba di TBS, Kuala Lumpur. Kami menaiki eskalator menuju pusat penjualan tiket yang terdapat di lantai 3. Satu lantai di atasnya ada foodcourt atau pusat makanan dengan harga yang terjangkau.

Terminal Bersepadu Selatan ini memisahkan kami yang akan kembali ke daerah masing-masing. Yang ke Batam dan Karimun masih menaiki bus (RM 35) tujuan Johor Bahru sekitar 4 jam. Khusus ke Batam, dari terminal bus Larkin Johor ke pelabuhan Stulang Laut naik taksi (RM 20) sekitar 15 menit. 

Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan feri ke pelabuhan internasional Batam Center selama 1,5 jam. Tiket feri sudah dibeli untuk pulang-pergi sehingga tinggal melakukan check in saja.

Khusus ke Tanjung Balai Karimun, dari terminal bus Larkin naik bus (RM 4) lagi ke Pontian. Kemudian dilanjutkan menuju pelabuhan Kukup dengan naik taksi 'bersama' (muat 4 orang) yang dipatok RM 6 per orang. Sedangkan yang ke Medan, menaiki bus (RM 11) tujuan bandara KLIA2 dan melanjutkan perjalanan ke negeri tercinta. Selamat bertualang!

Terminal Bersepadu Selatan/TBS (Dokpri)
Terminal Bersepadu Selatan/TBS (Dokpri)
Tonton Filmnya di Youtube: 



*foto/video dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun