[caption caption="Berlatar batu-batu karst dengan berbagai kapal kecil di sekitarnya yang disewa oleh para wisatawan"][/caption]
Telepon di kamar hotel berdering. Suara dari seorang resepsionis yang mengabarkan bahwa bus yang akan membawa kami ke Halong Bay telah tiba. Seorang pemandu wisata datang ke hotel menjemput kami. Tepat sekali dengan waktu yang telah dijanjikan, pukul 8 pagi. Ya, di hari keduabelas, 2 Februari 2016, perjalanan menjejaki daratan Asia Tenggara ini kami akan pelesir ke teluk cantik yang ditetapkan sebagai satu dari tujuh keajaiban alam dunia selain Taman Nasional Komodo di Indonesia. Selama seharian kami akan mengeksplorasi Halong Bay.
Bus wisata yang akan membawa ke Halong ini tidak besar sebagaimana umumnya. Bentuknya sedang memanjang, kapasitas 25 orang. Tiket kami dapatkan seharga USD 20. Di Negeri Paman Ho ini transaksi menggunakan Dolar Amerika sudah menjadi kebiasaan, tidak dipermasalahkan. Jika membayar dengan mata uang negara setempat jumlahnya sebesar 450 ribu Dong. Satu per satu wisatawan dijemput di tempat yang berbeda. Perjalanan dari Hanoi ke Halong memakan waktu sekitar 3 jam perjalanan.
Di tengah perjalanan bus akan mampir di sebuah pusat souvenir dan oleh – oleh. Tempat ini luas dan terlihat cukup elegan. Barang – barang dengan nilai seni tinggi seharga puluhan juta rupiah seperti lukisan dan patung pun tampak dipajang di sini. Kami memesan segelas teh manis panas untuk menghangatkan tubuh. Harganya 25 ribu Dong. Musim dingin masih belum beranjak pergi.
[caption caption="Bus wisata menuju Halong Bay"]
[caption caption="Pelabuhan Halong Bay yang telah berubah menjadi elegan"]
[caption caption="Peserta tur hendak menaiki kapal wisata di pelabuhan Halong Bay"]
[caption caption="Suasana di dalam kapal wisata"]
[caption caption="Bersantai di dek atas kapal, tampak pasutri asal Hongkong yang akhirnya menjadi sahabat kami"]
Menjelang siang bus tiba di pelabuhan Halong Bay. Mewah sekali. Lima tahun lalu saat saya ke sini seorang diri pelabuhan ini masih sederhana. Mungkin karena saat itu baru beberapa bulan dinobatkan sebagai The Seven Wonder. Tampaknya pemerintah setempat tidak ingin menyia – nyiakan penghargaan dunia yang diberikan kepada teluk yang menyimpan legenda dengan Naga ini. Di dalamnya bagaikan ruang tunggu bandara internasional saja. Sang pemandu membawa kami menuju kapal yang akan membawa mengelilingi teluk Halong. Kapal ini terkesan tradisional jika dilihat dari luar. Namun terlihat elegan begitu memasuki dalamnya. Terdapat beberapa meja dan kursi berbahan kayu berkualitas, suasananya seperti di restoran.
Di bagian dek atas kapal dikonsep terbuka. Hanya dipagari kayu setinggi setengah meter. Tersedia bangku – bangku tempat bersantai. Bisa juga sambil duduk lesehan menikmati pemandangan Halong Bay nan eksotis.
Teluk Halong ditumbuhi sekitar dua ribu batu karst. Satu batu karst saja besarnya seperti bangunan empat lantai. Batu karst atau batu kapur ini masing – masing memiliki nama. Kejaiban bebatuan raksasa ini menjadi daya tarik tersendiri. Jika dilihat dari kejauhan panorama di teluk nan eksotis ini terlihat seperti gugusan pulau yang saling menyambung. Pemandangan semakin elok ketika sinar mentari jatuh ke permukaan teluk.
Kapal merapat di sebuah pelabuhan terapung di antara bebatuan karst. Pelabuhan ini diganjal oleh drum – drum besar yang mengapung di bawahnya. Suasananya tampak teratur dan bersih meski berlantai papan. Semakin mendekati batu – batu karst tersebut penampakannya bagai monster yang sedang mengepung kami. Besar sekali.
Ada lima kapal wisata yang berlabuh di pelabuhan seluas 1,5 kali lapangan tenis ini. Di dalamnya terdapat sebuah loket yang menjual tiket untuk menaiki sampan yang berkapasitas enam orang atau kayaking yang hanya bisa dinaiki oleh dua orang. Nantinya wisatawan akan diajak untuk melihat batu –batu karst itu lebih dekat lagi. Tarifnya USD 5 per orang.
Di pelabuhan ini juga terdapat pedagang makanan ringan dan buah – buahan serta jagung rebus. Selain itu tampak sebuah rumah mungil yang ditempati oleh sebuah keluarga di atasnya. Ada pertambakan ikan juga di sini. Mereka menjual ikan bakar. Selain itu ada sekitar 2 hingga 3 sampan yang merapat ke pelabuhan. Mereka juga menjual makanan ringan dan buah – buahan. Mirip seperti sebuah pasar terapung.
[caption caption="Batu-batu karst dari kejauhan yang terlihat seperti saling menyambung"]
[caption caption="Memasuki celah bebatuan karst"]
[caption caption="Batu karst yang berukuran raksasa"]
[caption caption="Menuju pelabuhan terapung"]
[caption caption="Suasana di pelabuhan terapung"]
[caption caption="Pemandu wisata sedang memberikan pengarahan kepada peserta tur"]
Goa Penuh Warna
Usai menikmati pesona batu karst dari pelabuhan terapung, kapal kembali melanjutkan perjalanan menuju spot berikutnya yaitu memasuki sebuah gua. Gua ini berada di dalam bodi salah satu batu karst. Di dalamnya terdapat stalagmit (berbentuk runcing dari atas ke bawah seperti cairan yang membeku) dan stalaktit (sebaliknya, bentukan runcing dari bawah ke atas). Dermaga di dekat gua ini sudah berubah menjadi lebih elegan dibandingkan sebelum ditetapkan sebagai The Seven Wonder. Kami menuju ke atas melalui tangga penghubung yang berbelok – belok, cukup mudah untuk didaki. Begitu memasuki gua, sinar semakin redup. Cahaya berwarna – warni menempel pada stalagmit dan stalaktit. Seolah celah-celah di dinding gua dipoles dengan cat berwarna-warni. Cantik sekali. Kami terus berjalan melewati jalanan selebar satu meter. Hingga tiba pada dasar gua yang terlihat lebih lapang.
Jalanan di sini menanjak dan berliku. Tenang saja, jalurnya tidak terlalu ekstrim. Kami menuju jalur keluar. Pancaran cahaya mentari terlihat menembus lubang gua. Suasana remang berganti benderang. Kami turun melalui tangga yang sedikit berbelok-belok. Pada jalur keluar ini terdapat beberapa pos-pos tempat berkumpul seluas 5 x 5 meter. Dari sini bisa terlihat jelas panorama teluk Halong dari ketinggian. Banyak wisatawan yang berfoto di sini.
[caption caption="Berlabuh di dermaga menuju gua di dalam perut batu karst"]
[caption caption="Menaiki tangga berliku menuju gua"]
[caption caption="Stalagtit dan stalagmit yang dipancari sinar berwarna-warni"]
[caption caption="Indahnya Stalagmit dan Stalagit di dalam perut batu karst"]
[caption caption="Menyusuri jalan berliku di dalam gua"]
[caption caption="Stalagmit, lelehan membeku yang jatuh dari atas goa"]
[caption caption="pos-pos di atas batu karst, tempat terbaik untuk berfoto"]
[caption caption="Penjual souvenir di bawah batu karst"]
[caption caption="Jalan keluar dari gua karst"]
Kapal telah menanti di bibir dermaga. Semua peserta tur dari grup kami telah naik ke atas kapal. Ternyata mereka menunggu kami yang datang terakhir. Kapal melepas sauh. Berjalan  meninggalkan teluk yang menyimpan pesona nan eksotis. Menuju pelabuhan utama, kembali pulang. Teluk Halong menjadi persinggahan terakhir kami dalam lawatan bulan madu menjejaki daratan Asia Tenggara ini. Namun kami akan menginap satu malam lagi di Hanoi.
Oh iya, ada satu lagi kota yang akan kami kunjungi. Kisah ini belum berakhir. Tunggu cerita selanjutnya ya :)
Â
*dokumnetasi foto pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H