Mohon tunggu...
Fadli Firas
Fadli Firas Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sang Penjelajah

email: rakhmad.fadli@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Honeymoon Keliling ASEAN ala Backpacker (11): Pengantin Baru Wajib Datang ke Hanoi

7 April 2016   15:33 Diperbarui: 7 April 2016   15:45 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Danau Hoan Kiem nan romantis, terlebih di saat malam menjelang."][/caption]Perjalanan kami menembus negara keempat, Vietnam. Sepanjang perjalanan dari Laos menuju Vietnam kami disuguhi pemandangan nan eksotis. Rumah-rumah warga yang masih bernuansa tradisional. Suasana di perbatasan negara tersebut tepatnya di kantor imigrasi, suasananya seperti di pegunungan. Tampak hamparan perbukitan yang berkabut. Dingin.

[caption caption="Di imigrasi Kota Namkan, Laos."]

[/caption]

[caption caption="Melintasi perbatasan negara Laos - Vietnam dengan berjalan kaki"]

[/caption]

[caption caption="Bus yang kami tumpangi berbentuk sleeper bus, serasa hotel berjalan."]

[/caption]

[caption caption="Perbatasan Laos - Vietnam"]

[/caption]

[caption caption="Suasana di imigrasi Vietnam"]

[/caption]

[caption caption="Para petani tebu melintasi imigrasi Vietnam"]

[/caption]Memasuki hari kesebelas, 1 Februari 2016. Bis memasuki terminal bis Hanoi. Langit masih tampak pekat. Jarum jam baru bertengger di angka satu saat bis yang kami tumpangi tiba di Hanoi. Ya, pukul satu dinihari. Seharusnya bis ini tiba di sini pukul enam sore sebagaimana informasi dari penjual tiket yang mengatakan perjalanan akan ditempuh selama 24 jam. Kami hanya bisa menghela nafas, bersabar. Suasana di terminal ini sepi. Hanya tampak beberapa pengemudi taksi, mereka mengejar – ngejar penumpang yang baru turun dari bis, termasuk kami.

Kami akan menuju Old Quarter. Tempat ini merupakan ‘rumah’ bagi wisatawan yang melancong ke Hanoi, banyak terdapat penginapan di sini. Supir taksi menawarkan tarif 400 ribu Dong (mata uang Vietnam) menuju ke sana. Namun saya menawarnya menjadi 150 ribu Dong. Akhirnya tawaran saya disepakati setelah dengan sedikit perdebatan. Sengaja saya tidak memakai argo taksi karena khawatir dibawa berkeliling yang menyebabkan ongkos menjadi jauh lebih mahal.

Kami tiba di Old Quarter. Sepi sekali. Hanya tampak sesekali motor melintas. Rintik hujan sisa semalam masih membasahi bumi. Musim dingin belum berakhir. Jaket yang kami kenakan tak mempan melawan suhu sebesar 10 derajat celcius ini. Kami menggigil. Untunglah ada minimarket yang buka 24 jam. Kami menemukan mie cup berlabel halal di sini. Alhamdulillah. Label ini disematkan oleh lembaga MUI-nya Negara Tiongkok. Sejenak kami menghangatkan tubuh.

Karyawan di minimarket ini sungguh ramah. Kami dipersilakan beristirahat di sini hingga pagi benderang. Saat menjelang subuh kami memutuskan untuk pergi ke Masjid. Ya, di sini terdapat sebuah Masjid. Jaraknya tak jauh dari minimarket sebagaimana terlihat di peta aplikasi Google Maps. Hanya melewati dua belokan, jaraknya sekitar satu kilometer. Akhirnya kami tiba di Masjid Al Noor, satu – satunya Masjid di Hanoi. Kami menunaikan Sholat Subuh sembari menanti mentari.

Pagi mulai cerah. Aktifitas warga mulai terasa hidup. Toko-toko telah buka, mencari penghidupan. Jalanan semakin dipadati motor. Orang – orang tampak berlalu – lalang. Lajur jalan di negara ini menggunakan sisi kanan, sama seperti di Laos. Membuat kami bingung saat hendak menyeberang jalan, terutama saat berada di persimpangan.

Kami mendapatkan penginapan dengan tarif 300 ribu Dong per malam. Sebenarnya tarif ini dipatok menggunakan mata uang Amerika Serikat sebesar 15 Dolar. Ya, di negara ini diperkenankan untuk bertransaksi dengan mata uang asing, tidak dipermasalahkan. Namun kami memiliki persediaan mata uang Vietnam.

[caption caption="Masjid Al Noor Hanoi, di sebelahnya terdapat pedagang pinggir jalan halal dan kafe Muslim"]

[/caption]

[caption caption="Mie yang dijual pedagang Muslim di samping Masjid Hanoi"]

[/caption]

[caption caption="Toleransi beragama di Hanoi, pohon jeruk Imlek menumpang di Masjid Al Noor"]

[/caption]

[caption caption="Berjalan keliling Old Quarter mencari penginapan"]

[/caption]

[caption caption="Semarak menjelang Imlek"]

[/caption]Hari ini kami akan menjelajahi old quarter. Deretan ruko tua berjejer di sepanjang sisi jalan yang diisi oleh ragam penginapan, agen perjalanan, souvenir dan oleh–oleh, galeri seni, kafe dan restoran, dan tentu saja para pedagang sebagaimana umumnya pusat perbelanjaan. Pepohonan rindang menghiasi bahu jalan. Beberapa pedagang buah dan kue tampak menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda tua ontel. Selain itu, masih ada pedagang yang menjajakan dagangannya dengan cara di panggul pada bahu.

Old Quarter juga dikenal dengan’36 street’. Kawasan yang didirikan pada awal abad ke-13 ini pada mulanya ditempati oleh 36 pedagang yang menjadikan tempat ini sebagai lokasi usaha. Kawasan seluas 100 hektar ini memiliki jalan-jalan yang kecil mirip seperti jalan tikus. Setiap jalan yang ada di sini dinamakan sesuai dengan jenis barang dagangan yang dibawa oleh ke-36 orang tersebut. Jadi, nama-nama jalan yang berbahasa Vietnam tersebut jika diterjemahkan akan bermakna: Sugar Street (Hang Duong), Tinsmith Street (Hang Thiec), atau Silk Street (Hang Gai).

Perayaan Imlek akan tiba beberapa hari lagi. Suasana di kota tua nan romantis ini sudah mulai semarak dengan ornamen – ornamen khas tahun baru etnis tionghoa tersebut. Ditambah dengan musim dingin yang masih menusuk kulit. Dingin-dingin romantis.

Para pedagang dadakan yang menjual perlengkapan Imlek tampak menggelar dagangannya. Seperti pohon – pohon kering beranting banyak. Pohon ini digunakan sebagai hiasan di rumah dan digantungkan atribut – atribut imlek di rantingnya termasuk ang pao. Selain itu, ada pohon – pohon jeruk mini yang berbuah lebat yang ditaruh di dalam pot. Pohon ini juga menjadi incaran warga saat menjelang perayaan tahun baru mereka. Pasar Imlek ini hanya memenuhi salah satu jalur jalan, tepatnya di Jalan Hang Luoc, yang juga terdapat Masjid Al Noor. Suasana didominasi dengan warna merah. Semarak sekali.

Old quarter cukup dijajal dengan berjalan kaki. Udara yang dingin mampu memperlambat munculnya rasa lelah. Ada pemandangan unik di emperan - emperan toko, khususnya yang menjual makanan pinggir jalan. Orang – orang dewasa tampak duduk di kursi – kursi kecil. Kursi ini biasa digunakan untuk seumuran balita sehingga menyebabkan lutut mereka sedikit tertekuk. Aktifitas ini mereka lakukan sembari menyantap makanan dan bercengkerama bersama rekan dan teman. Para penjual makanan pun menyesuaikan dengan rendahnya kursi – kursi mungil tersebut, mereka memasak sambil duduk. Pemandangan seperti ini lumrah ditemukan di negeri ini.

 

Romantisme Danau Hoan Kiem

Perjalanan kami menyusuri old quarter melewati sebuah danau cantik bernama Hoan Kiem. Bunga – bunga beraneka warna tertata dengan sangat rapi. Indah sekali. Di tepian sekeliling danau dijadikan taman nan luas, pada bahu danau selebar tujuh meter. Bangku tempat bersantai tersedia dimana – mana. Penampakan danau ini semakin eksotis dengan adanya pohon – pohon hijau nan rindang yang tumbuh di bibir danau, menjulang ke permukaan air.

Tidak hanya itu, keindahan danau ini semakin terasa dengan keberadaan sebuah jembatan merah yang menghubungkan dengan sebuah pulau kecil di tengahnya. Pulau mungil ini ditempati oleh sebuah kuil. Dirancang untuk pariwisata. Di sebelahnya terdapat ruangan kecil yang menjual aneka souvenir. Di luar terdapat beberapa kursi tempat bersantai.

Penampakan jembatan merah tadi semakin merona ketika malam menjelang. Dari polesan cat berwarna merah berganti dengan lampu – lampu cantik yang juga mengeluarkan cahaya berwarna merah. Sementara di sisi – sisi danau terlihat pancaran cahaya berwarna – warni. Cantik sekali.

[caption caption="Wisatawan berjalan-jalan di tepian danau"]

[/caption]

[caption caption="Lampu hias bergantungan di atas pohon"]

[/caption]

[caption caption="Danau Hoan Kiem dengan jembatan merah-nya yang khas"]

[/caption]

[caption caption="Menyusuri tepian danau berlatar jembatan merah"]

[/caption]

[caption caption="Gerbang menuju jembatan merah"]

[/caption]

[caption caption="Melintasi jembatan merah"]

[/caption]

[caption caption="Danau Hoan Kiem di malam hari"]

[/caption]

[caption caption="Menikmati jajanan khas Vietnam di tepi Danau Hoang Kiem"]

[/caption]

[caption caption="Bertemu kenalan orang Indonesia yang kami kira orang Thailand."]

[/caption]

[caption caption="Persimpangan di seberang Danau Hoan Kiem"]

[/caption]Malam menjelang. Kami kembali sejenak ke penginapan untuk membersihkan diri. Kemudian kembali melihat kehidupan malam di Hanoi. Suasana malam di Old Quarter tidak ada bedanya dengan siang hari, masih disesaki oleh warga Hanoi yang ingin menikmati malam terutama anak muda. Bahkan lebih ramai. Pemandangan sekumpulan anak-anak muda yang duduk di kursi-kursi mungil terlihat dimana-mana. Lalu-lalang kendaraan bermotor semakin menambah riuh.

Kami menuju restoran halal milik warga India. Menu khas dari negara di Asia Selatan itu terasa cocok di lidah kami. Seporsi Roti Naan dan Nasi Biryani, total 70 ribu Dong. Puas mengisi perut kami kembali ke penginapan melalui jalan yang masih dipenuhi para penikmat malam. Tiket menuju ke kota selanjutnya sudah di genggaman yang kami beli siang tadi. Menuju Kota Halong. Esok hari selama sehari penuh kami akan menikmati pesona keajaiban Halong Bay.

 

*foto dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun