[caption caption="Loket penjualan tiket di terminal bis Hatyai"][/caption]Kamis, 21 Januari 2016. Memasuki hari kedua. Jarum jam menunjukkan pukul 5 pagi waktu Malaysia. Pagi ini kami akan meninggalkan Malaka menuju Kualalumpur menggunakan bis dengan tiket seharga MYR 26 yang telah kami beli malam sebelumnya. Perjalanan ini akan memakan waktu selama 2 jam. Lima belas menit sebelum bis ini berangkat, kami sudah tiba di Melaka Sentral dengan menggunakan taksi dari penginapan dengan membayar ongkos sebesar MYR 20.
Tepat pukul 7 pagi kami tiba di Terminal Bersepadu Selatan (TBS), Kualalumpur. Ini adalah terminal bis baru yang berjarak 45 menit dari pusat kota. Terminal lama bernama Puduraya yang terletak di jantung kota kini tidak melayani keberangkatan menuju Thailand. Hanya melayani rute terdekat saja. Semua keberangkatan kini terpusat di TBS.
[caption caption="Terminal bis TBS, Kualalumpur"]
[caption caption="Terminal Bersepadu Selatan (TBS) nan Megah"]
Kualalumpur sengaja tidak kami jelajahi. Hanya sekadar menumpang singgah sesaat. Karena kami sudah pernah menikmati kota ini sebelumnya. Berwisata di kota yang pernah menjadi ibukota negara Malaysia ini tidaklah sulit. Hampir semua objek wisatanya berada di jantung kota dan jaraknya saling berdekatan. Cukup menggunakan jasa bis antar kota atau bahkan dengan berjalan kaki.
[caption caption="Suasana Kota Kualalumpur"]
Pukul 9 pagi, bis berangkat meninggalkan Kualalumpur menuju Hatyai. Seperti yang sudah diduga, bis ini sangat nyaman. Kursinya besar dan empuk seperti sofa. Ruang antar kursi luas, melegakan kaki. Formasi kursi 2 - 1, cocok untuk pasangan, ehm, dan juga tentunya bagi yang masih jomblo. Dekorasinya sedap dipandang dan bersih. Di tiap kursi tersedia colokan untuk mengecas hp. Dan yang terpenting adalah free wifi sepanjang perjalanan. Bikin nggak mati gaya. Bisa eksis terus sepanjang perjalanan. Aih sedap.
[caption caption="Bis Kualalumpur - Hatyai"]
[caption caption="Bis Alisan Grup yang sungguh nyaman"]
[caption caption="Tempat colokan hp di dekat kursi bis"]
Bis berhenti sekali di tempat pengisian bensin. Cukup lama, sekitar 15 menit. Bisa jajan-jajan sejenak di minimarket atau ke toilet. Sebelum memasuki imigrasi, petugas bis mengambil satu- per satu paspor penumpang untuk didata. Menjelang sore bis berhenti kembali di sebuah rumah makan yang berhalaman sangat luas. Bis sudah semakin dekat dengan batas negara. Di sini petugas bis mengisi kartu imigrasi untuk diselipkan di paspor penumpang. Tersedia juga tempat penukaran uang.
Bis kembali berjalan. Lima belas menit kemudian tiba di imigrasi Malaysia. Semua penumpang turun, menuju pos-pos pengecopan paspor yang berada di ruangan terbuka. Suasana di sini sungguh tenang dan bersih. Di kelilingi pepohonan nan rimbun. Angin bertiup sepoi. Daerah ini memang bukan merupakan pusat keramaian kota. Bisa dibilang kawasan hutan yang disulap menjadi kantor imigrasi nan mewah. Cop! Paspor kami akhirnya mendapatkan stempel dari petugas imigrasi. Kami berjalan menuju bis yang sudah menanti. Sampai bertemu lagi, Malaysia!
[caption caption="Antri cop paspor di imigrasi Malaysia"]
Jika di Malaysia semuanya terasa mudah karena masih berasal dari rumpun yang sama dengan Indonesia, maka di Thailand segalanya berubah drastis. Mulai dari bahasa, agama, budaya, hingga tulisan yang tentu saja tidak bisa dieja karena keriting semua. Hanya satu yang serupa, wajah. Itu pun tak bisa membantu. Namun semua itu tidak menyurutkan langkah kami untuk tetap meneruskan perjalanan. Justru semakin menarik untuk dihadapi. Ibarat bumbu penyedap dalam sebuah masakan. Terasa maknyus.
[caption caption="Memasuki imigrasi Thailand di Kota Sadao"]
Bis berhenti persis di depan sebuah ruko yang merupakan agen tempat penjualan tiket. Hatyai merupakan ibukota Provinsi Songkhla. Untuk melanjutkan ke terminal bis bisa menggunakan angkutan umum khas negara ini, tuk-tuk, dengan ongkos THB 30. Kota kecil ini meski terlihat ramai namun tidak sumpek. Terdapat banyak persimpangan.
Saya dan istri memilih berjalan kaki mengelilingi kawasan mungil ini. Toko-toko di sini banyak yang menjual souvenir dan oleh-oleh khas setempat. Kami nongkrong sejenak di tempat makan halal pinggir jalan. Nasi goreng dan Padtai menjadi santapan kami sore ini, ditambah dengan 2 gelas teh tarik. Totalnya THB 140. Kota ini lebih sering dijadikan sebagai tujuan wisatawan dari Malaysia dan Indonesia karena jaraknya yang lebih dekat.
[caption caption="Suasana Kota Hatyai"]
Sehabis makan, kami menuju terminal bis dengan menggunakan tuk-tuk dengan lama perjalanan 10 menit. Tiba di terminal kami mendatangi loket penjualan tiket. Tawar menawar pun terjadi. Semula ia memberikan harga THB 390. Saya menawarnya menjadi THB 350. Ia menolak. Dan kembali mengetik di kalkulator angka THB 335. Lah? Kenapa jadi lebih murah. Baiklah, tentu saja kami sepakat. Hehe. Akhirnya tiket berhasil didapat. Malam ini tepat pukul 8 malam kami akan berangkat menuju kota yang menjadi primadona pariwisata Thailand. Phuket.
[caption caption="Menaiki bis dari Hatyai menuju Phuket"]
Â
*Dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H