[caption caption="Bersama Kompasianer menuju Istana Negara"][/caption]Klik! Aku telah mendaftar secara online untuk menghadiri iven Kompasianival 2015. Sebuah acara peringatan hari ulang tahun (HUT) media warga terpopuler di negeri ini, Kompasiana, yang akan memasuki tahun ke 7. Masih satu bulan lagi menjelang hari H, tepatnya tanggal 12 s/d 13 Desember 2015. Aku masih di Pulau Kundur, salah satu pulau di wilayah Provinsi Kepri, tanah tempat aku dibesarkan.
Dari Pulau Kundur aku tidak langsung ke Jakarta tetapi mampir dulu di Kota Medan karena ada acara yang harus aku hadiri. Perjalanan menuju Jakarta pun bertambah 2 kali lebih jauh. Untuk diketahui, posisi Pulau Kundur berada di antara Medan dan Jakarta dengan jarak yang hampir sama dari Kundur ke dua kota besar itu.
[caption caption="Kota Tanjungbatu, Pulau Kundur, Kepri"]
Aku memutuskan naik bis dari Medan menuju Jakarta dengan jarak tempuh selama 3 hari 2 malam. Demi kenyamanan aku memilih kelas eksekutif agar perjalanan nan panjang ini terasa menyenangkan. Harga tiket sebesar Rp. 530 ribu. Ditambah dengan pengeluaran untuk makan selama di perjalanan. Sekali makan bisa mencapai 25 ribu. Jika ditotal harganya tidak jauh berbeda dengan tiket pesawat Medan - Jakarta. Bahkan bisa lebih mahal. Perjalanan darat ini aku pilih hanya karena ingin menikmati panorama nan eksotis di setiap daerah yang dilintasi dengan ragam budaya dan bahasa yang dimiliki. It's my pleasure!
Perjalanan menggunakan bis ini melewati beberapa propinsi, diantaranya Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, dan Jakarta. Melintasi perbukitan panjang yang saling terhubung bernama Bukit Barisan. Menelusuri lereng bukit yang salah satu sisinya merupakan jurang-jurang nan tinggi. Panorama paling berkesan saat perjalanan terdapat di Muara Sipongi, Sumatera Utara dan Pasaman, Sumatera Barat. Dua wilayah ini merupakan batas provinsi.
Muara Sipongi merupakan bagian dari Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Disini, masyarakatnya hidup di lereng-lereng perbukitan nan tinggi. Tak jauh dari pemukiman terdapat sebuah sungai yang tak pernah berhenti mengucurkan derasnya aliran air. Meski masyarakat disini memiliki marga di belakang namanya, yang merupakan Suku Mandailing (Batak Islam), namun percakapan sehari-hari mereka menggunakan Bahasa Minang. Ya, jarak ranah minang dari Muara Sipongi sungguh dekat.
[caption caption="Duduk di kursi bis paling depan sambil menikmati panorama kota"]
[caption caption="Danau Toba, Parapat, Sumatera Utara"]
Pasaman, sebuah kabupaten di wilayah Sumatera Barat ini pemandangan alamnya sungguh fantastis. Bagaimana tidak, disini gumpalan awan bisa disentuh! Wajar saja, karena wilayah ini merupakan dataran tinggi. Sebagian wilayahnya memiliki jurang-jurang nan curam. Tetapi tidak semua, ada juga wilayah yang bertekstur datar sebagaimana wilayah kota pada umumnya. Hamparan sawah terbentang di sepanjang sisi kanan dan kiri. Amboi indahnya.
Hari kedua, bis memasuki wilayah Sumatera Selatan. Ketika melintas di wilayah Kabupaten Lahat, sebuah panggilan di telepon genggam dengan kode depan 021 menghubungiku. "Selamat siang, kami dari Kompasiana mau mengajak Mas Fadli dan 100 Kompasianer untuk bertemu dengan Presiden," ucap suara di seberang sana. Aku menanggapi biasa. Tidak terlalu excited. Hanya sekadar berjumpa. Nothing special.
"... di Istana Negara," lanjut suara itu lagi. Istana Negara? Serius? Dua kata terakhir membuat perasaanku seketika berubah bahagia. Seperti mendapat durian runtuh. Tawaran yang tidak boleh dilewatkan. Kapan lagi bisa melongok "daleman" rumah Presiden itu. Karena kesempatan memasuki Istana Negara lebih sulit dibandingkan dengan sekadar berjumpa dengan sosok presiden yang bisa ditemui dimana saja saat ada acara-acara tertentu.