[caption id="attachment_380220" align="aligncenter" width="576" caption="Kawasan wisata Batu Sindu"][/caption]
Setelah berleha-leha menikmati pesona alam di Air Terjun Gunung Hiu Ceruk, selanjutnya beralih ke objek wisata lain yang terletak tak jauh. Masih berada di kawasan jalan sepanjang garis pantai timur laut. Berupa gugusan bebatuan granit besar yang tumbuh di pinggir laut. Kawasan wisata ini dinamakan Batu Sindu. Pemandangan ini akan terlihat dengan jelas karena untuk melihatnya terlebih dahulu harus mendaki sebuah bukit yang bisa dilewati dengan kendaraan bermotor. Saat tiba di puncak maka pesona bebatuan tersebut akan tampak terlihat di bawahnya.
Bergerak keluar sedikit dari wilayah Bunguran menuju pulau seberang, yaitu Pulau Sedanau. Pulau ini walau terpisah dari Bunguran namun secara administratif penamaannya masih menyematkan nama pulau utama, yaitu Kecamatan Bunguran Barat.
Dari Bunguran menuju Sedanau ditempuh menggunakan feri cepat dengan lama 25 menit perjalanan. Jika ditempuh dari Ranai maka waktu perjalanan ditambah 20 menit lagi. Karena dari Ranai harus menuju pelabuhan terlebih dahulu yang jaraknya cukup jauh untuk kemudian dilanjut ke Sedanau.
[caption id="attachment_380238" align="aligncenter" width="639" caption="Jembatan besar penghubung Pulau Sedanau dengan Pulau Bunguran."]
[caption id="attachment_380239" align="aligncenter" width="576" caption="Deretan rumah keramba ikan dilihat dari dermaga Pulau Sedanau"]
[caption id="attachment_380240" align="aligncenter" width="576" caption="Penampakan Desa Binjai, Bunguran, Natuna, tak jauh dari pelabuhan feri tujuan Sedanau."]
Sedanau walau berbentuk pulau kecil namun terkesan modern. Jalanannya sudah beraspal cantik meski berada di atas permukaan laut sekalipun. Pada sisi tengah jalan diberi pembatas yang dipasang beberapa deretan tiang lampu penerang jalan sebagaimana di kota besar. Pantas disebut kota modern di atas laut.
Jarak tempuh jalan di sini memang tidak terlalu jauh. Namun tata kotanya sungguh memikat. Bangunan rumah-rumah penduduk walau berbahan kayu namun terlihat sedikit elegan dan tertata rapi satu sama lainnya. Mayoritas penduduknya adalah suku melayu dan beragama Islam. Selain Masjid, juga terlihat gereja dan vihara yang terlihat berdampingan di salah satu sudut pulau.
Pulau Sedanau oleh pemerintah setempat akan dibuat terhubung dengan Pulau Bunguran melalui sebuah jembatan beton selebar jalan raya. Saat ini jembatan yang dibangun dari Sedanau tersebut belum selesai dikerjakan. Masyarakat Sedanau sering memanfaatkan jembatan tanggung nan lebar itu sebagai tempat bersantai sekedar menikmati pemandangan sore hari. Dari sini kita bisa menyaksikan pemandangan laut nan luas berwarna biru kehijauan yang di atasnya banyak berdiri keramba-keramba atau rumah tempat budidaya ikan.
[caption id="attachment_380252" align="aligncenter" width="576" caption="Bebatuan besar di Pantai Cemaga"]
[caption id="attachment_380253" align="aligncenter" width="576" caption="Melintasi di antara bebatuan granit besar di Pantai Ceruk"]
[caption id="attachment_380254" align="aligncenter" width="576" caption="Mendaki bebatuan granit di Pantai Cemaga."]
[caption id="attachment_380255" align="aligncenter" width="576" caption="Pantai Cemaga yang ditumbuhi bebatuan granit"]
[caption id="attachment_380256" align="aligncenter" width="576" caption="Pantai di kawasan Desa Cemaga berpasir putih penuh bebatuan"]
Bergeser ke wilayah selatan Pulau Bunguran. Terdapat sebuah pantai lagi yang tak kalah eksotis dari Pantai Tanjung yang bernama Pantai Cemaga. Seperti namanya, pantai ini terdapat di Desa Cemaga yang ramai namun sepi. Ramai karena wilayah pemukiman ini dipadati penduduk setempat. Dan sepi karena posisi desa ini saling berjauhan dengan desa lainnya seperti desa yang diselimuti hutan.
Dari Ranai menuju Cemaga dapat ditempuh selama 30 menit perjalanan. Sepanjang perjalanan menuju desa ini pemandangan didominasi hutan-hutan kecil berupa semak belukar. Sesekali didapati rumah penduduk setempat.
Pengunjung yang datang ke Pantai Cemaga lebih sepi dari Pantai Tanjung. Akses transportasi yang tidak mudah mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Padahal pesona pantai ini memiliki ciri khas tersendiri. Mampu meninggalkan kesan bagi siapa saja yang berkunjung ke sini.
[caption id="attachment_380247" align="aligncenter" width="576" caption="Pesona laut di Selat Lampa"]
[caption id="attachment_380248" align="aligncenter" width="576" caption="Selat Lampa, tempat berlabuhnya kapal milik PT. Pelni, KM. Bukit Raya"]
[caption id="attachment_380249" align="aligncenter" width="576" caption="Transportasi menuju 3 pulau utama di sekitar Selat Lampa"]
[caption id="attachment_380250" align="aligncenter" width="576" caption="Kilang minyak milik Pertamina di samping pelabuhan Selat Lampa"]
[caption id="attachment_380259" align="aligncenter" width="576" caption="Perairan Selat Lampa"]
Air yang jernih berwarna biru kehijauan. Bebatuan granit besar setinggi rumah 3 lantai yang bisa didaki. Jalur-jalur sempit di antara celah bebatuan besar yang bisa dilalui bagi penyuka tantangan. Lintasan sempit ini tidak bisa dilalui bagi pemilik tubuh besar. Pemandangan pulau kecil berpasir putih yang ditumbuhi secuil pohon kelapa di depannya. Sungguh indah.
Dari Pantai Cemaga bisa dilanjutkan menuju Selat Lampa. Kedua wilayah ini sama-sama berada pada garis pantai bagian selatan. Namun jarak antar keduanya cukup jauh. Selat Lampa merupakan tempat berlabuhnya Kapal Bukit Raya milik PT. Pelni. Jika Anda menggunakan jasa kapal laut ini dari Pelabuhan Kijang di Tanjungpinang maka di sinilah tempat terakhir berlabuh untuk selanjutnya menuju Ranai.
Dari Ranai ke Selat Lampa memiliki jarak yang cukup jauh yaitu sekitar 2 jam perjalanan. Selat Lampa ditutupi oleh perbukitan besar sehingga ada sebuah bukit yang terpaksa dibelah demi kemudahan akses transportasi menuju ke sana. Walau disinggahi kapal besar seperti Bukit Raya namun kejernihan air di sini tak pernah pudar. Bening terlihat hingga ke dasar lautan.
[caption id="attachment_380233" align="aligncenter" width="576" caption="Salah satu sudut di Kecamatan Pulau Tiga"]
[caption id="attachment_380234" align="aligncenter" width="512" caption="Kantor Kecamatan Pulau Tiga atas bukit tengah hutan."]
[caption id="attachment_380235" align="aligncenter" width="576" caption="Jalan utama di Pulau Sembawang, Kec. Pulau Tiga"]
Di seberang Selat Lampa terdapat 3 pulau yang secara administrasi menjadi satu wilayah bernama Kecamatan Pulau Tiga. Pulau-pulau tersebut terlihat jelas dari Selat Lampa. Karena kedekatan jaraknya maka Selat Lampa yang masih dalam tanah Pulau Bunguran disatukan menjadi kecamatan di ketiga pulau di depannya tersebut. Yang unik dari kecamatan di pulau-pulau ini adalah sebuah bangunan kantor kecamatan yang berdiri di atas bukit yang dikelilingi pepohonan besar nan rimbun. Terlihat seperti sebuah rumah di dalam hutan.
Transportasi antar pulau di sini menggunakan pompong yaitu kapal kayu bermuatan 20 penumpang yang menggunakan mesin jenis lama. Jarak tempuh dari Selat Lampa menuju ketiga pulau ini berkisar dari 15 hingga 30 menit perjalanan setiap pulaunya.
Berpetualang secara island hoping atau berkunjung dari satu pulau ke pulau lainnya akan terasa menyenangkan. Mengingat transportasi kapal di sini hanya menuju ke pulau-pulau tertentu saja maka sangat disarankan untuk menyewa kapal pompong karena Anda bisa memilih pulau yang ingin didatangi sesuka hati.
Sebuah pulau kecil nan indah tak berpenghuni yang terletak di antara ketiga pulau tersebut bisa dijadikan salah satu spot menarik. Berpasir putih yang dikelilingi air sebening kaca mampu menenangkan pikiran di pulau sepi tersebut. Tentu saja masih banyak lagi pulau-pulau kecil lainnya yang bisa dijadikan pilihan tujuan. Jika beruntung Anda bisa melihat lumba-lumba sedang bermain melompati air di laut Selat Lampa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H