Pada pemilu 2024 di Indonesia, muncul dinamika politik yang menarik, termasuk kemenangan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Salah satu strategi yang mencuri perhatian adalah rebranding "Gemoy" yang digunakan oleh tim kampanye mereka. Hal ini terjadi karena Prabowo sering terlihat berjoget dalam berbagai acara yang ditampilkan di media. Perubahan perilakunya yang lebih santai juga membuatnya dikenal sebagai sosok yang menyenangkan, sangat berbeda dari citra sebelumnya sebagai sosok tegas, temperamental, dan berjiwa militer. Baru-baru ini, ilustrasi foto Prabowo menggunakan Artificial Intelligence (AI) yang diunggah di media sosial juga dianggap sangat gemoy. Istilah "Gemoy," yang awalnya digunakan secara informal di media sosial, berhasil diangkat menjadi bagian dari kampanye resmi.Â
Dampak besar media sosial dalam kampanye politik menunjukkan bahwa era saat ini adalah era influencer, atau orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Ini tidak dapat dihindari karena politik pada dasarnya adalah "seni untuk mempengaruhi." Media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter menjadi alat kampanye bagi calon kandidat, terutama TikTok yang telah menjadi fenomena global dengan jutaan pengguna di seluruh dunia, terutama di kalangan anak muda. Kemampuannya untuk menjangkau audiens yang luas, khususnya generasi milenial dan Z, menjadikannya alat kampanye politik yang potensial.
Pada pemilu 2024, TIM Sukses Prabowo-Gibran menggunakan TikTok sebagai alat kampanye dengan menampilkan konten joget-joget gemoy dan lagu viral yang dimodifikasi menjadi lagu kampanye. Hal ini menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda, sehingga membantu memperkuat citra kandidat dan mempengaruhi opini publik. Rebranding "Gemoy" muncul sebagai tanggapan terhadap perubahan demografi pemilih dan tren media sosial di Indonesia. Dengan semakin besarnya populasi pemilih muda dan dominasi media sosial sebagai alat komunikasi utama, pendekatan yang lebih segar dan relevan menjadi penting. Istilah "Gemoy" yang bermakna positif dan menggemaskan berhasil menarik perhatian publik, khususnya generasi muda atau Gen-Z.
BAGAIMANA PENGARUH BRANDING GEMOY TERHADAP PERSEPSI PEMILIH?
"Branding gemoy" yang diterapkan TIM Kampanye Prabowo-Gibran pada kampanye politik, terutama dalam konteks pemilu 2024, dapat memberikan beberapa dampak penting:
1. Peningkatan Popularitas:Â
Branding gemoy, yang umumnya mengacu pada citra yang lucu, menggemaskan, atau menghibur, dapat menarik perhatian lebih banyak pemilih, terutama dari kalangan muda dan pengguna media sosial. Hal ini dapat meningkatkan popularitas Prabowo di kalangan audiens yang mungkin tidak terlalu tertarik pada politik sebelumnya.
2. Menciptakan Citra yang Positif:Â
Menciptakan sebuah citra yang lebih santai dan ramah dapat memberikan kesan bahwa Prabowo lebih terbuka dan dekat dengan masyarakat, membuatnya terlihat lebih mudah didekati dan lebih mudah untuk berinteraksi. Strategi ini berpotensi untuk mengurangi persepsi negatif yang sering kali dihadapi oleh Prabowo terkait dengan isu-isu pelanggaran HAM yang pernah terjadi di masa lalu, yang sering digunakan oleh lawan politiknya untuk menyerangnya.
3. Viral di Media Sosial:Â
Konten yang menggemaskan atau lucu cenderung lebih mudah viral di media sosial. Dengan demikian, branding gemoy dapat meningkatkan eksposur kampanye secara signifikan melalui berbagai platform digital.
4. Pendekatan Emosional:Â
Menggunakan elemen gemoy dapat membangun koneksi emosional yang lebih kuat dengan pemilih. Emosi yang positif dapat mendorong loyalitas dan dukungan yang lebih kuat dari basis pemilih.
Namun, ada juga beberapa risiko yang harus diperhatikan:
1. Potensi Tidak Serius:Â
Branding gemoy mungkin dianggap terlalu tidak serius untuk ranah politik oleh sebagian pemilih, terutama mereka yang menginginkan pemimpin yang serius dan berwibawa dalam menghadapi isu-isu negara.
2. Segmentasi Pemilih:Â
Pendekatan ini mungkin lebih efektif pada kelompok pemilih tertentu saja dan tidak dapat menjangkau semua segmen pemilih. Pemilih yang lebih tua atau tradisional mungkin kurang tertarik pada branding semacam ini.
3. Kontroversi:Â
Ada risiko bahwa penggunaan elemen yang terlalu ringan dalam branding bisa memicu kontroversi atau backlash dari mereka yang merasa bahwa isu-isu politik yang serius tidak seharusnya diperlakukan dengan cara yang ringan.
Secara keseluruhan, pengaruh branding gemoy terhadap kemenangan Prabowo di pemilu 2024 akan bergantung pada bagaimana strategi ini diterapkan dan seberapa baik kampanye ini dapat menyeimbangkan antara citra yang menggemaskan dengan tetap mempertahankan keseriusan dan kredibilitas sebagai calon pemimpin negara.
Kesimpulan:
Kesuksesan rebranding "Gemoy" dalam kampanye Prabowo-Gibran di Pemilu 2024 menyoroti pentingnya pemahaman terhadap tren sosial dan demografi pemilih dalam meraih kemenangan politik. Strategi ini menciptakan citra yang segar dan menarik, terutama di kalangan pemilih muda dan media sosial. Meskipun demikian, terdapat dampak negatif seperti potensi tidak serius, segmentasi pemilih, dan kontroversi yang perlu diperhatikan. Hal ini menegaskan bahwa adaptasi dan inovasi dalam strategi kampanye politik di era digital harus seimbang dengan kebutuhan untuk tetap menjaga keseriusan dan kredibilitas dalam menyampaikan pesan politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H