Mohon tunggu...
M FADLIN JUMARLAN
M FADLIN JUMARLAN Mohon Tunggu... -

NAMA : M FADLIN JUMARLAN NIM :E1B012025 Prodi : PPKn (pagi) Semester : 6

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan dan Kesuksesan

20 Maret 2015   17:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:21 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orangtua yang menginginkan anaknya menjadi sukses. Para orangtua ini tidak akan segan-segan mengeluarkan biaya yang banyak agar anaknya mendapatkan pendidikan yang tinggi, sebuah sekolah atau universitas dengan akreditas baik dan fasilitas yang memadai. Mereka bekerja keras, banting tulang siang dan malam demi kesuksesan dan masa depan anaknya.

Tapi, kenyataan yang kita saksikan akhir-akhir ini benar-benar sangat miris, melihat banyaknya sarjana yang pengangguran dan masih menggantungkan hidup kepada orangtuanya, sarjana yang bekerja seadanya hanya untuk mendapatkan uang, sarjana yang bekerja tidak pada bidangnya hanya agar bisa makan.

Meski demikian, tidak sedikit orang sukses karena pengalaman yang mereka dapatkan, keadaan susah menjadikan mereka pribadi yang lebih tangguh dan bekerja keras sehingga bisa menghargai arti kesuksesan dalam bentuk fisik (uang). Banyak orang sukses yang bahkan tidak pernah makan bangku sekolahan, orang sukses yang hanya tamat SD atau dengan level pendidikan rendah lainnya.

Bagaimana mungkin seseorang yang tidak tamat SD tapi berpenghasilan puluhan juta rupiah per bulan, sedangkan masih banyak lulusan sarjana yang menjadi pengangguran?

Dan jawabannya adalah, mereka tidak pernah menolak kesempatan sekecil apapun, pekerjaan dengan gaji berapapun. Tapi, para sarjana? Mereka memiliki kriteria untuk mencari pekerjaan, dengan standar gaji mereka sendiri (meskipun mungkin belum berpengalaman), sebagian dari mereka menolak pekerjaan yang ada di depan mata dengan alasan gaji kecil dan lain-lain, tapi ada juga beberapa yang menerima.

Padahal sebenarnya di sinilah letak proses untuk mencapai kesuksesan itu, jangan pernah melewatkan kesempatan sekecil apapun karena pengalaman akan membuatmu menjadi besar. Seorang tukang ojek yang memiliki banyak pengalaman akan lebih diterima  dibandingkan supir taksi yang tidak tahu rute perjalanan. Jadi, jangan pernah menyepelekan segala sesuatu yang nampak kecil karena mungkin saja dia akan membawa sesuatu yang besar di kemudian hari, kerja keras akan menaikkan derajatmu meskipun tidak dengan cara instan.

Kita harus membentuk diri kita masing-masing. Karena sebenarnya diri kita sendirilah yang akan membentuk karakter, karena pendidikan adalah sebagai media untuk mengasah kemampuan kita baik di bidang seni, sastra, politik, ekonomi dan sebagainya. Pendidikan akan membuka wawasan kita dan ketika itu kita akan berpikir dan menilai sendiri apa pentingnya pendidikan.

Kesuksesan datang dari kerja keras dan usaha tanpa henti bukan hasil dari mengemis dan belas kasihan. Menjadi sukses atau tidak itu ditentukan dari usaha kita sendiri bukan titel dan lain sebagainya.

Orang yang tidak berpendidikan yang kemudian menjadi sukses merupakan hasil dari gemblengan kerja keras mereka yang pantang menyerah. Mereka harus memulai dari Nol dan tidak tahu apa-apa, berbeda dibandingkan orang-orang yang berpendidikan yang sudah diajari dari dasar.

Akan tetapi jangan pernah menganggap pendidikan bukanlah hal yang penting. Karena pendidikan adalah salah satu yang memungkinkan kita untuk berpikir dan menerapkan apa yang telah kita pelajari.

Meski sekolah formal tidak bisa menjamin kesuksesan dalam hidup, setidaknya dengan bersekolah saat ini masih cukup layak sebagai instrumen mencerdaskan kehidupan bangsa (meski banyak yang belum memuaskan).

Paling tidak dengan bersekolah, kita bisa memperoleh beberapa hal penting, yaitu:

1.Menambah pengetahuan sebagai dasar wawasan kita.

2.Memperoleh dasar berpikir yang logis, sistematis, metodologis,sehingga bisa memberi kita arahan dalam menjalani hidup.

3.Interaksi sosial di mana kita bisa belajar akan persamaan dan perbedaan.

4.Bagaimanapun juga dalam format pergeseran masyarakat dari yang bersifat agraris ke industri, masih ada orang yang belum menghargai orang lain berdasarkan karya, kredibilitas dan kapabilitasnya. Masyarakat masih mempertimbangkan aspek-aspek atribut/titel latar belakang pendidikan formal.

5.Pendidikan bisa menjadi jembatan kita menuju kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun