Sebagian besar umat Islam meyakini bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci, laksana kertas putih tanpa sedikitpun noda (QS. Al-Araf:127). Inilah salah satu dalil yang mendasari pandangan bahwa tidak ada konsep dosa turunan dalam Islam, setiap insan bertanggung jawab atas segala tindakannya masing-masing.Â
Dengan demikian para orang tua meyakini, sebagaimana hal dirinya bahwa fitrahnya yang terlahir suci dan bersih tanpa sedikitpun noda, setiap bayi pasti akan tumbuh dengan pengaruh lingkungan sekitarnya, jika ia tumbuh didominasi oleh lingkungan buruk maka seperti itulah ia dengan demikian juga sebaliknya, jika ia tumbuh dengan didominasi oleh pengaruh kehidupan baik maka ia pun akan tumbuh menjadi manusia baik.
Manusia adalah aktor dalam kehidupan di alam ini, kebudayaan bahkan peradaban manusia dibantu dari tindakan-tindakan kecil yang terkumulasi hingga menjadi konsensus bersama yang pada akhirnya menjadi acuan dalam mengontrol tindakan yang muncul belakangan. Sementara itu perilaku manusia sendiri sangat ditentukan oleh kehidupannya ketika anak-anak, itulah sebabnya kepribadian memfokuskan pada masa pertumbuhan anak, Karena saat-saat itulah yang paling menentukan kehidupan manusia selanjutnya, iya masih berada pada posisi dipengaruhi, belum pada tindakan mempengaruhi.Â
Sementara itu dunia pendidikan senantiasa berasumsi bahwa masyarakat dan ilmu pengetahuan senantiasa berusaha berkembang. Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk hidup di masa depan harus senantiasa menyelesaikan dan tidak boleh ketinggalan oleh proses perubahan masyarakat dan ilmu pengetahuan tersebut.Â
Kita ingat bahwa tahun 2014 pemerintah merencanakan kurikulum berbasis kompetensi yang tidak berapa lama kemudian segera diganti dengan KTSP, untuk menghadapi perubahan-perubahan radikal dalam masyarakat. Akan tetapi untuk ini pun perlu perubahan-perubahan mendasar dalam pendidikan dan pengajaran kita.Â
Masalahnya apakah para guru dengan pola pendidikan lama sudah siap dengan rencana baru ini ? , jika menginginkan perubahan ini berhasil tentunya sikap mental para guru harus berubah meninggalkan mental pengajaran tradisional. Pada masa kini persoalan pendidikan menjadi Kian Kompleks seringkali pendidikan menjadi ajang perebutan kepentingan berbagai kalangan negara memaksakan ideologinya melalui pelaksanaan peraturan-peraturan secara ketat seragaman administrasi serta sanksi-sanksi yang seringkali makin menyesakkan sekolah dan membuat iklim pendidikan tambah gerah.Â
Belum lagi kelompok-kelompok agama dan elit pendidikan yang menawarkan ide-ide pendidikan yang juga unggul. Sejauh tawar-menawar kepentingan ini berlangsung sehat Fair, dan bebas jual beli idealisme dalam pendidikan bukan hal yang buruk akan tetapi ide-ide keunggulan ini juga harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H