Mohon tunggu...
rumingkang tumarima
rumingkang tumarima Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

saya seorang dosen pada sekolah tinggi ilmu ekonomi di jawa barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Air Mata Surawisesa

6 Februari 2024   18:10 Diperbarui: 6 Februari 2024   18:30 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayahnya kini sudah tiada

meninggalkan nama besar dan harum

kemakmuran dan kejayaan diraihnya

untuk negeri yang telah ditinggalkannya

surawisesa yang menggantikan

memikul beban yang maha berat

bukan beban kesengsaraan dan kesulitan

tapi beban kejayaan yang harus dipertahankannya

kini api membakar negerinya

dari barat, tengah dan timur

perang saudara menjadi menjadi nyata

darah mengalir dipulau jawa

kemakmuranpun mulai sirna

kejayaanpun kian lenyap

yang tersisa hanya airmata dan penderitaan

negeripun diambang kehancuran dan keruntuhan

dia hanya bisa terdiam dan malu

atas apa yang terjadi dinegerinya

penyesalan dan rasa bersalah serta rasa berdosa selalu datang

kepada ayahanda dan rakyatnya

disebuah batu tempat penobatannya dia menulis

rasa kesedihan dan penyesalannya

darah, air mata, angin dan hujan menemaninya

sampai akhir hayatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun