Di lautan biru, terdapat rahasia,
Sampah plastik, mengalir tanpa kasih.
Terjebak dalam gelombang yang menyapa,
Bisikan laut menangis, alam berduka.
Botol dan kantong, menyatu dalam tarian,
Menyimpan cerita yang tak pernah selesai.
Plastik, simbol zaman yang terus berlanjut,
Meninggalkan jejak di tanah yang resah.
Pantulan cahaya, kini suram dan kelam,
Sampah plastik, karya manusia yang terlupakan.
Bunga-bunga laut tertutup oleh lapisan tipis,
Puisi alam tertutup oleh jeritan kepedihan.
Berkelana melintasi sungai-sungai gelap,
Plastik membawa pesan tanpa suara.
Hewan laut menari di balik tirai air,
Namun dalam senyap, mereka menanggung penderitaan.
Mari kita rebahkan tembok kebingungan,
Menjalin seruan untuk bersatu melawan.
Kurangi, daur ulang, dan lestarikan,
Agar puisi bumi tak lagi diterpa kesakitan.
Sampah plastik, kisah yang tak ingin berakhir,
Namun kita, penulisnya, memiliki kekuatan.
Jadilah pelindung, penjaga puisi bumi,
Agar harmoni alam tetap tercipta di hamparan samudra dan daratan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H