Mohon tunggu...
Fadli Jabir
Fadli Jabir Mohon Tunggu... -

“Sebuah peran dalam bentuk apapun di mulai dengan tumbuhnya budaya yang tiap langkahnya dibarengi dengan tindakan baru dalam sebuah inovasi sehingga hasil yang ingin di peroleh sesuai dan dapat memperbaiki pola kehidupan yang ada sebelumnya”

Selanjutnya

Tutup

Nature

Infrastruktur Vs. Signal untuk Penduduk Pelosok Gunung Bawakaraeng

10 Oktober 2011   13:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:07 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TEMA             : Peran operator dalam memajukan pendidikan dan perekonomian di  daerah pinggiran kota dan pedalaman Kategori               : Umum

[caption id="" align="aligncenter" width="265" caption="xl award 2011"][/caption]

“Sebuah peran dalam bentuk apapun di mulai dengan tumbuhnya budaya  yang tiap langkahnya dibarengi dengan tindakan baru dalam sebuah inovasi sehingga hasil yang ingin di peroleh sesuai dan dapat memperbaiki pola kehidupan yang ada sebelumnya” – fadli jabir. Menapak Tilas Menjadi anggota dari himpunan pemuda atau mahasiswa pencinta alam membuka cakrawala pandangku kepada keindahan pegunungan daerah sendiri yang biasa di sebut dengan pegunungan Bawakaraeng, dengan ketinggian 2871 M dibawah permukaan laut menjadikan daerah tersebut memiliki cuaca yang sejuk sekitar 15 – 20 derajat celcius, disamping itu keunikan air terjun serta areal perkebunan teh yang sering dikujungi masyarakat wilayah Sulawesi dalam mengakhiri masa liburan. Belasan tahun yang lalu saya pijakkan kaki untuk pertama kali ke wilayah ini, Bawakaraeng merupakan gunung dengan koordinat geografis 119°56′13″ BT- 05°21′25″ LS yang terletak pada bagian selatan wilayah Makassar, pegunungan ini menjadi pilihan favorit para pendaki gunung local maupun dari daerah lain karena rute pendakian yang bervariasi sesuai dengan kondisi vegetasi dan kontruksi alam yang beragam pula. Luas gunung ini adalah 82.77 km2 menjadikan wilayah ini kaya akan keanekaragaman flora dan fauna, Hutan gunung Bawakaraeng termasuk dalam vegetasi hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan Atas. Tumbuhan yang banyak ditemui adalah jenis Podocarpos (konifer Asli), Arega sp. Pohon Mapel (Acercaesicum), Rotan, Paku Tiang, Paku Besar, Lantana camara verb, Tahi angin (Usnea/Lumut kerak/Lychenes), Azalea (Rhododendron), Arbei (Morus alba), Gaultheria celebica, Gaultheria viridifloria, Buni (diplycosi / berbau seperti gandapura), Lumut Aerobryum, Edelweis (andaphaus javanicum), dan sebagainya. Sedangkan faunanya adalah Anoa (Bulbalus depressicrnius), babi hutan, babi rusa, burung coklat paruh panjang, elang sulawesi dan semut Crematosaster. Orang yang pertama mendaki gunung ini adalah seorang pendaki berasal dari Inggris bernama James Brooke pada tahun 1840. James Brooke akhirnya menjadi Raja Serawak (Sumber Ekologi Sulawesi), sejak saat itu tradisi pendakian gunung Bawakaraeng berlangsung hingga kini, “Kampong Beru” sebutan para penduduk pedalaman wilayah bawakaraeng sebagai tempat atau base camp para pendaki gunung sebelum menjajaki pos demi pos pendakian gunung tersebut, wilayah perkampungan yang hanya terdiri 80-an kepala keluarga saat itu masih jauh dari sentuhan perkembangan zaman. Tepat pukul 01.00 dini hari kami turun dari “pete pete” (sebutan untuk angkot dalam bahasa masyarakat Makassar) tepat digerbang kampong beru bersama beberapa orang teman dengan tas ransel yang padat terisi persediaan makanan dan beberapa helai pakaian serta perlengkapan mendaki gunung,  kala itu sangat gelap karena listrik belum menjangkau daerah ini, jarak 1 km kami tempuh dari tepi jalan poros malino - sinjai menuju kampong beru dengan berjalan kaki dan alat penerang seadanya, maklumlah karena fasilitas jalan dan lampu jalan juga belum tersedia. Penduduk di daerah ini menyadari betul kekurangan infrastruktur alam mereka sehingga terkesan lamban dalam mendapatkan sentuhan perkembangan masyarakat perkotaan, menurut salah seorang warga kampong beru yang merupakan pemilik rumah base camp kami yaitu Wahana Pemuda Pecinta Alam “tata’ Rabbani” (tata’ merupakan sebutan untuk orang yg dituakan) mengatakan hal ini dipengaruhi oleh sarana jalan yang sama sekali belum memadai juga kondisi alam dari pemukiman warga tersebut yang di kelilingi oleh ngarai pegunungan sehingga akses utama menuju perkampungan tersebut setiap memasuki musim penghujan pasti mengalami kerusakan karena arus sungai yang melewati jalan menuju perkampungan tersebut. Bapak dari dua orang anak ini pun menceritakan tentang ketertinggalan daerahnya dibalik bajunya yang lusuh dan kulit yang berwarna coklat tua khas masyarakat yang gemar akan berkebun dan bertani di daerah tersebut, Menurutnya apa yang ada saat ini merupakan swadaya masyarakat perkotaan khususnya para pendaki gunung yang memilih rumah-rumah mereka menjadi markas ataupun tempat persinggahan mereka sebelum melakukan pendakian ke puncak gunung Bawakaraeng. Bukan hanya itu, rasa penasaran kami akan kondisi perekonomian dan pendidikan daerah tersebut tak luput dari bahasan pembicaraan kami kala itu. “sekolah disini hanya ada satu yaitu sekolah dasar” tandas tata’ Rabbani, jika ingin melanjutkan kejenjang berikutnya meski menimbah ilmu ke kota tambahnya. Arti penting pendidikan dihargai oleh para penduduk melalui animo yang besar untuk paling tidak bisa membaca dan menulis, hal ini tampak dari banyaknya kaum usia dewasa bahkan orang tua yang juga sama – sama belajar pada sekolah dasar yang tanpa dinding dan tak diharuskan untuk memakai seragam sekolah, menurut petugas lurah setempat, kondisi ini hampir sama seperti keadaan perekonomian penduduk kampong beru, melalui berkebun dan bercocok tanam hanya untuk biaya sehari – hari kemudian menjual hasil tanaman tersebut ke pasar terdekat ataupun langsung di jajakan dipinggir jalan. Kolaborasi telekomunikasi untuk pendidikan dan perekonomian Pada awal abad millennium dan reformasi membawa berkah tersendiri bagi masyarakat Indonesia dan penduduk kampong beru secara khusus, tentunya dengan harapan untuk mempercepat perkembangan sektor pendidikan di Indonesia juga perekonomian dengan metode yang berjalan kearah desentralisasi, manajemen berbasis sekolah, dan pemberdayaan sekolah serta masyarakat untuk mempengaruhi hasil (outcomes) sekolah, juga kesatuan tujuan-tujuan dari semua sektor pendidikan. Sekarang telah dibentuk sistem komunikasi yang efisien dan efektif untuk menyebarkan informasi ke berbagai semua sektor di kalangan pendidikan. Desentralisasi pendidikan akan membutuhkan paradigma dan peran baru untuk administrasi pendidikan. Komponen utama dalam peran baru ini yaitu meliputi ; monitoring yang efisien, pengidentifikasian kebutuhan dan menempatkan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain untuk menghadapi kebutuhannya. Pada umumnya masalah-masalah utama pendidikan berdasarkan sistemnya, dan sekarang potensi sumber daya manusia disemua sektor tidak dimanfaatkan secara penuh. Kebanyakkan penelitian dan pengembangan yang dimulai pada masa transisi baru ini seharusnya diarahkan pada pengembangan sitem komunikasi yang memberdayakan beberapa sektor pendidikan untuk membantu pengembangan dan arah masa depan pendidikan di Indonesia. Pemerintah mengatur regulasi sektor telekomunikasi, terutama melalui Menkominfo. Pada awalnya Pemerintah memberlakukan monopoli atas layanan telekomunikasi di Indonesia, kemudian reformasi telah menciptakan kerangka regulasi yang mendorong tumbuhnya persaingan dan percepatan pembangunan fasilitas dan infrastruktur telekomunikasi. Reformasi regulasi berikutnya bulan September 2000, ditujukan untuk meningkatkan persaingan dengan menghapus monopoli, meningkatkan transparansi dan kepastian terhadap kerangka regulasi, menciptakan peluang bagi aliansi strategis dengan mitra asing dan memfasilitasi masuknya pemain baru (infestor) dalam industri telekomunikasi. Pada saat itu, deregulasi sektor telekomunikasi sangat erat kaitannya dengan program pemulihan ekonomi nasional yang didukung oleh International Monetary Fund (”IM F”). 1.Pendidikan Adanya penghapusan monopoli pemerintah atas layanan telekomunikasi berdampak paling tidak adanya geliat para pelaku telekomunikasi untuk turut berperan dalam membangun citra positif dalam dunia pendidikan melalui cara yang masing – masing di tempuh oleh pihak penyedia layanan telekomunikasi sehingga tanggung jawab akan masalah pendidikan di Negara kita bukan hanya menjadi milik pemerintah semata tanpa mengurangi peran dan fungsi pokok dari pemerintah dalam menetapkan arah dan tujuan pendidikan nasional. Kecenderungan akan hal tersebut tampak dari pembangunan gedung sekolah baru di kawasan kampong beru Bawakaraeng yang merupakan hasil dari berbagai pihak dengan dukungan penuh untuk mencerdaskan masyarakat secara menyeluruh. 2.Perekonomian Peningkatan taraf perekonomian masyrakat juga dirasakan meningkat, sesuai dengan penjelasan langsung para penduduk sekitar bahwa saat ini banyak mitra – mitra usaha yang memasuki daerah kampong beru yang berasal dari penyedia layanan telekomunikasi banyak bermunculan bukan hanya menciptakan peluang bisnis yang berskala kecil dan menengah saja, namun hingga memfasilitasi terciptanya lapangan kerja baru. Hal tersebut diatas menunjukan pertumbuhan telekomunikasi yang berkesinambungan akan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diharapkan dapat merata keseluruh lapisan masyarakat bukan hanya di kota namun hingga di pelosok, daerah pinggiran dan pedalaman. Operator dalam Dunia Telekomunikasi Menurut undang – undang telekomunikasi, penggolongan penyedia layanan telekomunikasi terbagi atas tiga yaitu : ·Penyedia jaringan telekomunikasi ·Penyedia layanan telekomunikasi ·Penyedia telekomunikasi khusus Masing – masing diberikan lisensi tersendiri dalam menjalankan ataupun mengoperasikan jaringan telekomunikasi tentunya sesuai dengan kapasitas penyedia layanan yang bersangkutan Lisensi telekomunikasi khusus diperlukan untuk penyedia layanan telekomunikasi privat untuk tujuan yang terkait dengan penyiaran dan kepentingan keamanan nasional. Keputusan Menkominfo No. 01/PER/M.KOMIN FO/01/2010 tanggal 25 Januari 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi dan Keputusan Menhub No. KM . 21/2001 tanggal 31 Mei 2001 mengenai Operasi Layanan Telekomunikasi (yang diubah berdasarkan Keputusan Menhub No. KM . 30/2004 tanggal 11 Maret 2004, Peraturan Menkominfo No. 07/P/M.KOMIN FO/04/2008 tanggal 4 April 2008 dan Peraturan Menkominfo No. 31/PER /M.KOMIN FO/09/2008 tanggal 9 September 2008) melaksanakan ketentuan Undang-undang Telekomunikasi mengenai kategori baru atas jaringan telekomunikasi dan layanan operasi. Dari tahun ke tahun perusahaan telekomunikasi di Negara kita mengalami kemajuan yang sangat pesat, perusahaan inilah yang lazim disebut dengan istilah “Operator” yang khusus menangani telekomunikasi baik dari segi cakupan bandwidth frekuensi yang berlisensi, cakupan jaringan, pangsa pasar, hingga pencapaian target perolehan pelanggan ditiap tahunnya, perkembangan ini pula berdampak positif untuk masyarakat pegunungan Bawakaraeng dengan bantuan social yang nyata untuk pembangunan infrastruktur perkampungan tersebut. Faktor  risiko operasional telekomunikasi Kerawanan Indonesia terhadap bencana alam dan kejadian unpredictable situations dapat berdampak negatif terhadap bisnis dan hasil oprasional jasa pelayanan telekomunikasi. [caption id="" align="aligncenter" width="342" caption="xl award 2011"]

[/caption] Pada bulan Maret 2004 terjadi musibah tanah longsor di pegunungan Bawakaraeng dengan nilai kerugian mencapai Rp 22 milyar. Kerugian terbesar berasal dari tertimbunnya  270 hektar perkebunan rakyat yang ditaksir sekitar Rp 10,08 milyar. Hal tersebut dikemukakan Bupati Gowa, Hasbullah Djabar, dalam pemaparannya kepada Menteri Koordinaor bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla di Sungguminasa, Gowa, Minggu (28/3) malam. Beliau mengemukakan, bencana itu telah menyebabkan terkuburnya 800 ekor ternak, 12 unit rumah, satu sekolah dasar, 160 hektare persawahan, 160 hektare tanaman persawahan, 270 hektare areal perkebunan, 300.000 bibit pohon, jalan desa sepanjang 3.000 meter, dan satu masjid. Hasbullah juga memperkirakan, lebih 30 warganya yang hingga kini belum ditemukan dan diperkirakan tewas tertimbun. Tim SAR Gabungan kesulitan untuk melakukan pencarian korban yang tertimbun lantaran tebal tanah longsoran mencapai sekitar 500 meter. Longsor itu sendiri disebut-sebut sebagai terbesar di Indonesia. Signal jaringan telekomunikasi pada waktu itu juga terganggu yang berdampak pada lambatnya proses evakuasi korban yang menyebabkan sedikitnya 60 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal. Hasbullah mengatakan, kemungkinan 60 KK itu akan direlokasi ke tempat lain yang aman. Terlepas dari kondisi alam tersebut beberapa hal lain juga menjadi faktor risiko dalam pelaksanaan pelayanan jasa telekomunikasi sepeti : ·Kondisi sosial politik Negara Indonesia ·Kondisi Ekonomi global ·Fluktuasi nilai tukar Rupiah ·Kondisi likuiditas pasar keuangan Indonesia ·Kemempuan perusahaan dalam kompetisi yang semakin ketat ·Dampak kegiatan terorisme yang sangat mengganggu dalam dunia bisnis Indonesia serta beban dalam mengembalikan kepercayaan publik dunia untuk melakukan penanaman modal di Negara Indonesia. Operator Telekomunikasi Mewujudkan Mimpi Masyarakat “tak ada kesuksesan yang instant. Penolakan dan kegagalan sering kali mewarnai perjalanan hidup, tapi janganlah semua itu membuat kita terhenti” – Steve Jobs (penggagas Apple Computer) Walaupun telah diberlakukan terminasi atas hak eksklusivitas, Pemerintah tidak melarang atau mencegah operator untuk mempertahankan posisi dominan berkenaan dengan layanan telekomunikasi. (Peraturan pelaksanaan Undang-undang No. 5/1999, anti monopoli dan persaingan tidak sehat), yang memberlakukan larangan atas penyalahgunaan posisi dominan bagi penyedia jaringan dan layanan. Penyedia yang dominan ditentukan berdasarkan atas sejumlah faktor seperti lingkup bisnis, area cakupan layanan dan apakah mereka mengontrol pasar. Keputusan tersebut secara khusus melarang penyedia yang dominan terlibat dalam praktik seperti dumping (penurunan harga besar-besaran), penetapan harga yang semenamena, subsidi-silang, memaksa pelanggan menggunakan layanan penyedia tersebut (dengan mengesampingkan sama sekali para pesaing) dan menghambat kewajiban interkoneksi (termasuk diskriminasi terhadap penyedia layanan tertentu). Berdasarkan hal tersebut pihak penyedia layanan telekomunikasi saling bersaing positif dengan masing – masing kemampuan yang unggul yang telah menjadi budaya dalam pelayanan kepada masyarakat antara lain : ·Komitmen Kegiatan menjaga kepercayaan pelanggan secara berkesinambungan yang tidak hanya berasal dari puncak pimpinan sebuah perusahaan namun karyawan pada jajaran terbawah memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga hal tersebut, kecenderungan ini tampak pada tiap gerai pelayanan telekomunikasi yang selalu memberi kemudahan pada setiap pengunjungnya, bahkan dalam bentuk pelayanan  kendaraan multifungsi sebagai fasilitator dalam memasarkan produk sekaligus memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang fitur-fitur terbaru dalam layanan telekomunikasi. ·Innovasi Seperti yang kita ketahui bersama,  terobosan dalam pencarian sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya terlihat langsung dalam menunjukkan peran operator tersebut untuk dunia pendidikan dan perekonomian masyarakat, para pelajar yang awalnya memperoleh sumber pengetahuan hanya melalui buku dan guru, kini memiliki segudang motivasi dalam menggali ilmu tentunya dengan memanfaatkan layanan telekomunikasi. Bentuk dan jenis innovasi telekomunikasi ini pun sangat beragam mulai metode pembelajaran jarak jauh hingga bagaimana melakukan transaksi online yang menjanjikan kemudahan dalam aktifitas masyrakat sehari-hari. Hal ini juga dirasakan oleh masyarakat pegunungan bawakaraeng dengan kemudahan komunikasi kepada pihak penyedia modal dan lahan pertanian yang mereka garap, hingga mempermudah pemasaran hasil perkebunan mereka yang bahkan telah melintasi pulau Sulawesi. ·Berimbang Adanya hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan antara pihak penyedia layanan telekomunikasi dan masyarakat dalam memberi dampak positif bukan hanya dari segi pendidikan dan perekonomian semata namun membangun kemitraan untuk perkembangan Indonesia kearah tujuan nasional bersama. Dengan banyaknya kemajuan dalam layanan telekomunikasi maka setiap pelayanan pihak operator membuktikan kepastian standar pelayanan jasa telekomunikasi serta standar kualitas masing – masing produk mereka sehingga memberikan jaminan kepada tiap konsumen akan kenyamanan penggunaan fasilitas telekomunikasi tersebut. Biaya layanan yang wajar atau murah juga sering menjadi pilihan operator dalam menarik minat dari konsumen tentunya akan berdampak langsung terhadap kondisi perekonomian masyarakat, selain itu perlindungan konsumen juga di terapkan oleh setiap penyedia layanan telekomunikasi dengan konpensasi atas pelanggan yang di rugikan akibat kelalaian operator dalam menjalankan usahanya dapat mengajukan tuntutan terhadap operator dimaksud. ·Aksi Dampak ekonomi yang didasarkan kewirausaan dapat dirasakan lebih baik karena setiap perusahaan mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan yang terbaik dalam waktu yang cepat sehingga tindakan dalam bentuk nyata lebih dapat dirasakan misalnya melakukan percepatan dalam memperluas jaringan telekomunikasi atau memasang BTS baru pada daerah pinggiran kota dan pedalaman yang diharapkan dapat memberikan solusi langsung terhadap kekurangan fasilitas infrastruktur jalan maupun bangunan melalui akses komunikasi yang cepat dan mudah. ·Relationship & Responsibility Kerjasama dalam sebuah hubungan baik antara pelaku bisnis dengan para costumernya yang biasa kita dengar dengan istilah B2C ataupun sesama penyedia layanan telekomunikasi B2B serta tanggung jawab bersama akan permasalahan nasional bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi faedah besar pihak penyedia layanan telekomunikasi kepada masyarakat khususnya kawasan pegunungan Bawakaraeng dengan peran yang nyata mengatasi masalah bencana alam serta permasalahan infrastruktur yang menjadi kekurangan penduduk pinggiran kota dan pedalaman dalam menikmati pemerataan pembangunan dengan penggunaan fasilitas telekomunikasi mulai dari alat berupa handphone hingga layanan jaringan operator seluler yang telah tersedia di daerah ini. Tahun 2011 akan menjadi tantangan berat bagi tiap – tiap penyedia layanan telekomunikasi (operator) dalam menunjukkan eksistensi dan peranan masing – masing kepada masyarakat dengan tingkat rivalitas yang juga semakin meningkat, sehingga operator perlu cermat, kreatif, dan sungguh-sungguh dalam pelayanan tentunya dengan perluasan sayap perusahaan yang senantiasa ber- “KIBAR” (komitmen, innovasi, berimbang, aksi, relationship dan responsibility). Naskah ini di ikutkan dalam lomba karya tulis XL Award 2011 Anda boleh mempublikasikan kembali tulisan ini pada BLOG ataupun WEBSITE milik anda tanpa dikenakan biaya alias GRATIS selama : 1. Anda tidak mengubah baik sebagian atau pun keseluruhan tulisan. 2. Anda harus mencantumkan 'tentang penulis' di bagian bawah artikel, dan memuat link aktif menuju XL Award 2011 atau Fadli Jabir

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun