TEMA : Peran operator dalam memajukan pendidikan dan perekonomian di daerah pinggiran kota dan pedalaman Kategori : Umum
[caption id="" align="aligncenter" width="265" caption="xl award 2011"][/caption]
“Sebuah peran dalam bentuk apapun di mulai dengan tumbuhnya budaya yang tiap langkahnya dibarengi dengan tindakan baru dalam sebuah inovasi sehingga hasil yang ingin di peroleh sesuai dan dapat memperbaiki pola kehidupan yang ada sebelumnya” – fadli jabir. Menapak Tilas Menjadi anggota dari himpunan pemuda atau mahasiswa pencinta alam membuka cakrawala pandangku kepada keindahan pegunungan daerah sendiri yang biasa di sebut dengan pegunungan Bawakaraeng, dengan ketinggian 2871 M dibawah permukaan laut menjadikan daerah tersebut memiliki cuaca yang sejuk sekitar 15 – 20 derajat celcius, disamping itu keunikan air terjun serta areal perkebunan teh yang sering dikujungi masyarakat wilayah Sulawesi dalam mengakhiri masa liburan. Belasan tahun yang lalu saya pijakkan kaki untuk pertama kali ke wilayah ini, Bawakaraeng merupakan gunung dengan koordinat geografis 119°56′13″ BT- 05°21′25″ LS yang terletak pada bagian selatan wilayah Makassar, pegunungan ini menjadi pilihan favorit para pendaki gunung local maupun dari daerah lain karena rute pendakian yang bervariasi sesuai dengan kondisi vegetasi dan kontruksi alam yang beragam pula. Luas gunung ini adalah 82.77 km2 menjadikan wilayah ini kaya akan keanekaragaman flora dan fauna, Hutan gunung Bawakaraeng termasuk dalam vegetasi hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan Atas. Tumbuhan yang banyak ditemui adalah jenis Podocarpos (konifer Asli), Arega sp. Pohon Mapel (Acercaesicum), Rotan, Paku Tiang, Paku Besar, Lantana camara verb, Tahi angin (Usnea/Lumut kerak/Lychenes), Azalea (Rhododendron), Arbei (Morus alba), Gaultheria celebica, Gaultheria viridifloria, Buni (diplycosi / berbau seperti gandapura), Lumut Aerobryum, Edelweis (andaphaus javanicum), dan sebagainya. Sedangkan faunanya adalah Anoa (Bulbalus depressicrnius), babi hutan, babi rusa, burung coklat paruh panjang, elang sulawesi dan semut Crematosaster. Orang yang pertama mendaki gunung ini adalah seorang pendaki berasal dari Inggris bernama James Brooke pada tahun 1840. James Brooke akhirnya menjadi Raja Serawak (Sumber Ekologi Sulawesi), sejak saat itu tradisi pendakian gunung Bawakaraeng berlangsung hingga kini, “Kampong Beru” sebutan para penduduk pedalaman wilayah bawakaraeng sebagai tempat atau base camp para pendaki gunung sebelum menjajaki pos demi pos pendakian gunung tersebut, wilayah perkampungan yang hanya terdiri 80-an kepala keluarga saat itu masih jauh dari sentuhan perkembangan zaman. Tepat pukul 01.00 dini hari kami turun dari “pete pete” (sebutan untuk angkot dalam bahasa masyarakat Makassar) tepat digerbang kampong beru bersama beberapa orang teman dengan tas ransel yang padat terisi persediaan makanan dan beberapa helai pakaian serta perlengkapan mendaki gunung, kala itu sangat gelap karena listrik belum menjangkau daerah ini, jarak 1 km kami tempuh dari tepi jalan poros malino - sinjai menuju kampong beru dengan berjalan kaki dan alat penerang seadanya, maklumlah karena fasilitas jalan dan lampu jalan juga belum tersedia. Penduduk di daerah ini menyadari betul kekurangan infrastruktur alam mereka sehingga terkesan lamban dalam mendapatkan sentuhan perkembangan masyarakat perkotaan, menurut salah seorang warga kampong beru yang merupakan pemilik rumah base camp kami yaitu Wahana Pemuda Pecinta Alam “tata’ Rabbani” (tata’ merupakan sebutan untuk orang yg dituakan) mengatakan hal ini dipengaruhi oleh sarana jalan yang sama sekali belum memadai juga kondisi alam dari pemukiman warga tersebut yang di kelilingi oleh ngarai pegunungan sehingga akses utama menuju perkampungan tersebut setiap memasuki musim penghujan pasti mengalami kerusakan karena arus sungai yang melewati jalan menuju perkampungan tersebut. Bapak dari dua orang anak ini pun menceritakan tentang ketertinggalan daerahnya dibalik bajunya yang lusuh dan kulit yang berwarna coklat tua khas masyarakat yang gemar akan berkebun dan bertani di daerah tersebut, Menurutnya apa yang ada saat ini merupakan swadaya masyarakat perkotaan khususnya para pendaki gunung yang memilih rumah-rumah mereka menjadi markas ataupun tempat persinggahan mereka sebelum melakukan pendakian ke puncak gunung Bawakaraeng. Bukan hanya itu, rasa penasaran kami akan kondisi perekonomian dan pendidikan daerah tersebut tak luput dari bahasan pembicaraan kami kala itu. “sekolah disini hanya ada satu yaitu sekolah dasar” tandas tata’ Rabbani, jika ingin melanjutkan kejenjang berikutnya meski menimbah ilmu ke kota tambahnya. Arti penting pendidikan dihargai oleh para penduduk melalui animo yang besar untuk paling tidak bisa membaca dan menulis, hal ini tampak dari banyaknya kaum usia dewasa bahkan orang tua yang juga sama – sama belajar pada sekolah dasar yang tanpa dinding dan tak diharuskan untuk memakai seragam sekolah, menurut petugas lurah setempat, kondisi ini hampir sama seperti keadaan perekonomian penduduk kampong beru, melalui berkebun dan bercocok tanam hanya untuk biaya sehari – hari kemudian menjual hasil tanaman tersebut ke pasar terdekat ataupun langsung di jajakan dipinggir jalan. Kolaborasi telekomunikasi untuk pendidikan dan perekonomian Pada awal abad millennium dan reformasi membawa berkah tersendiri bagi masyarakat Indonesia dan penduduk kampong beru secara khusus, tentunya dengan harapan untuk mempercepat perkembangan sektor pendidikan di Indonesia juga perekonomian dengan metode yang berjalan kearah desentralisasi, manajemen berbasis sekolah, dan pemberdayaan sekolah serta masyarakat untuk mempengaruhi hasil (outcomes) sekolah, juga kesatuan tujuan-tujuan dari semua sektor pendidikan. Sekarang telah dibentuk sistem komunikasi yang efisien dan efektif untuk menyebarkan informasi ke berbagai semua sektor di kalangan pendidikan. Desentralisasi pendidikan akan membutuhkan paradigma dan peran baru untuk administrasi pendidikan. Komponen utama dalam peran baru ini yaitu meliputi ; monitoring yang efisien, pengidentifikasian kebutuhan dan menempatkan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain untuk menghadapi kebutuhannya. Pada umumnya masalah-masalah utama pendidikan berdasarkan sistemnya, dan sekarang potensi sumber daya manusia disemua sektor tidak dimanfaatkan secara penuh. Kebanyakkan penelitian dan pengembangan yang dimulai pada masa transisi baru ini seharusnya diarahkan pada pengembangan sitem komunikasi yang memberdayakan beberapa sektor pendidikan untuk membantu pengembangan dan arah masa depan pendidikan di Indonesia. Pemerintah mengatur regulasi sektor telekomunikasi, terutama melalui Menkominfo. Pada awalnya Pemerintah memberlakukan monopoli atas layanan telekomunikasi di Indonesia, kemudian reformasi telah menciptakan kerangka regulasi yang mendorong tumbuhnya persaingan dan percepatan pembangunan fasilitas dan infrastruktur telekomunikasi. Reformasi regulasi berikutnya bulan September 2000, ditujukan untuk meningkatkan persaingan dengan menghapus monopoli, meningkatkan transparansi dan kepastian terhadap kerangka regulasi, menciptakan peluang bagi aliansi strategis dengan mitra asing dan memfasilitasi masuknya pemain baru (infestor) dalam industri telekomunikasi. Pada saat itu, deregulasi sektor telekomunikasi sangat erat kaitannya dengan program pemulihan ekonomi nasional yang didukung oleh International Monetary Fund (”IM F”). 1.Pendidikan Adanya penghapusan monopoli pemerintah atas layanan telekomunikasi berdampak paling tidak adanya geliat para pelaku telekomunikasi untuk turut berperan dalam membangun citra positif dalam dunia pendidikan melalui cara yang masing – masing di tempuh oleh pihak penyedia layanan telekomunikasi sehingga tanggung jawab akan masalah pendidikan di Negara kita bukan hanya menjadi milik pemerintah semata tanpa mengurangi peran dan fungsi pokok dari pemerintah dalam menetapkan arah dan tujuan pendidikan nasional. Kecenderungan akan hal tersebut tampak dari pembangunan gedung sekolah baru di kawasan kampong beru Bawakaraeng yang merupakan hasil dari berbagai pihak dengan dukungan penuh untuk mencerdaskan masyarakat secara menyeluruh. 2.Perekonomian Peningkatan taraf perekonomian masyrakat juga dirasakan meningkat, sesuai dengan penjelasan langsung para penduduk sekitar bahwa saat ini banyak mitra – mitra usaha yang memasuki daerah kampong beru yang berasal dari penyedia layanan telekomunikasi banyak bermunculan bukan hanya menciptakan peluang bisnis yang berskala kecil dan menengah saja, namun hingga memfasilitasi terciptanya lapangan kerja baru. Hal tersebut diatas menunjukan pertumbuhan telekomunikasi yang berkesinambungan akan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diharapkan dapat merata keseluruh lapisan masyarakat bukan hanya di kota namun hingga di pelosok, daerah pinggiran dan pedalaman. Operator dalam Dunia Telekomunikasi Menurut undang – undang telekomunikasi, penggolongan penyedia layanan telekomunikasi terbagi atas tiga yaitu : ·Penyedia jaringan telekomunikasi ·Penyedia layanan telekomunikasi ·Penyedia telekomunikasi khusus Masing – masing diberikan lisensi tersendiri dalam menjalankan ataupun mengoperasikan jaringan telekomunikasi tentunya sesuai dengan kapasitas penyedia layanan yang bersangkutan Lisensi telekomunikasi khusus diperlukan untuk penyedia layanan telekomunikasi privat untuk tujuan yang terkait dengan penyiaran dan kepentingan keamanan nasional. Keputusan Menkominfo No. 01/PER/M.KOMIN FO/01/2010 tanggal 25 Januari 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi dan Keputusan Menhub No. KM . 21/2001 tanggal 31 Mei 2001 mengenai Operasi Layanan Telekomunikasi (yang diubah berdasarkan Keputusan Menhub No. KM . 30/2004 tanggal 11 Maret 2004, Peraturan Menkominfo No. 07/P/M.KOMIN FO/04/2008 tanggal 4 April 2008 dan Peraturan Menkominfo No. 31/PER /M.KOMIN FO/09/2008 tanggal 9 September 2008) melaksanakan ketentuan Undang-undang Telekomunikasi mengenai kategori baru atas jaringan telekomunikasi dan layanan operasi. Dari tahun ke tahun perusahaan telekomunikasi di Negara kita mengalami kemajuan yang sangat pesat, perusahaan inilah yang lazim disebut dengan istilah “Operator” yang khusus menangani telekomunikasi baik dari segi cakupan bandwidth frekuensi yang berlisensi, cakupan jaringan, pangsa pasar, hingga pencapaian target perolehan pelanggan ditiap tahunnya, perkembangan ini pula berdampak positif untuk masyarakat pegunungan Bawakaraeng dengan bantuan social yang nyata untuk pembangunan infrastruktur perkampungan tersebut. Faktor risiko operasional telekomunikasi Kerawanan Indonesia terhadap bencana alam dan kejadian unpredictable situations dapat berdampak negatif terhadap bisnis dan hasil oprasional jasa pelayanan telekomunikasi. [caption id="" align="aligncenter" width="342" caption="xl award 2011"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H