Bandung, 27 November 2024 -- Warga di kawasan Arcamanik, Bandung, digemparkan oleh penemuan jenazah seorang pria di sebuah kamar kos. Korban, berinisial AS, diketahui berasal dari Jakarta Timur dan lahir pada 10 Oktober 1972. Jenazah ditemukan dalam kondisi mulai membusuk, setelah tiga hari diduga meninggal di kamar kosnya.
Laporan mengenai bau menyengat di lingkungan kos menjadi awal mula penemuan ini. Tetangga melaporkan kepada pemilik kos tentang aroma tidak sedap yang tercium selama dua hari terakhir. Pemilik kos kemudian memeriksa kamar korban bersama pihak berwajib. Ketika pintu kamar dibuka, jenazah AS ditemukan dalam posisi terbaring di atas kasur.
"Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban," ujar seorang petugas dari pihak kepolisian. Penyelidikan awal menunjukkan tidak ada indikasi kekerasan fisik ataupun tindakan bunuh diri. Korban diduga kuat meninggal dunia akibat serangan jantung, penyakit yang diketahui dideritanya.
Pada lokasi kejadian ditemukan juga identitas korban
Pemilik kos, yang merasa terkejut atas kejadian ini, menyatakan bahwa AS sudah menghuni kamar tersebut selama beberapa bulan terakhir. "Tidak ada yang menyangka kalau ia sudah meninggal," ungkap pemilik kos.
Sementara itu, salah satu tetangga mengatakan bahwa korban terakhir terlihat sekitar empat hingga lima hari lalu. Setelah itu, korban tidak pernah terlihat keluar kamar hingga aroma tidak sedap mulai tercium beberapa hari kemudian. Awalnya, penghuni lain mengira bau tersebut berasal dari sampah, tetapi intensitasnya yang semakin kuat akhirnya memicu kecurigaan.
Jenazah telah dievakuasi oleh pihak berwajib untuk proses autopsi lebih lanjut. dugaan awal mengarah pada komplikasi penyakit jantung sebagai penyebab utama kematian.
Pihak kepolisian mengimbau masyarakat, terutama di lingkungan kos-kosan, untuk lebih peduli terhadap sesama penghuni. Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa kesehatan pribadi dan hubungan sosial tidak boleh diabaikan, terutama bagi mereka yang tinggal sendiri.
Kematian AS menyoroti perlunya langkah-langkah preventif, seperti pemeriksaan kesehatan rutin dan mempererat hubungan sosial di lingkungan tempat tinggal. Hal ini juga menjadi tantangan bagi pengelola kos-kosan untuk lebih aktif dalam memantau kondisi penghuni mereka.
Kasus ini menambah daftar peringatan tentang risiko kesehatan yang sering kali tidak terlihat hingga terlambat. Sebagai masyarakat, kewaspadaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar harus menjadi prioritas bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H