Kudengar ada perayaan
Dari bocah-bocah yang ingin memberi persembahan
Teruntuk sosok penuh darma
Entah itulah bakti, atau untuk menebus pamrih?
Suatu ketika hening beradu dengan tangis seonggok jasad suci
Sikecil yang belum berdaya mengurus diri
Bahkan untuk menyuarakan ingin
Dahsyatnya, ada jalinan yang membuat ia mengerti isyarat-isyarat sikecil
Bahkan tanda yang tak seorangpun tahu
Ada sejarah, dimana kita menjadi lakon utama
Waktu itu kita belum cukup usia
Sehingga kita pastilah sama sekali lupa
Hanya, orang-orang sering bercerita tentang ini dan itu, begini dan begitu !
Aku memanggilnya Mama
Yang lain memanggilnya dengan sapaan mesra Ibu dan Bunda
Itulah panggilan-panggilan terkasih
Bagiku, Ia setengah dari semesta
Tak usah memberinya tanda kehormatan
Ia hidup bukan untuk menerima hadiah-hadiah nobel
Layaknya pahlawan-pahlawan kemanusiaan dan perdamaian di seberang sana
Ia dicipta sebagai manifestasi dari keagungan Sang Hiyang Taya
Jika harus ada hari yang dipersembahkan untuk dirinya
Itulah hari semesta
Maka, jadilah generasi yang hidup untuk semesta
Kiranya itu, tak lagi perlu ada kata durhaka
Kita seketika itu, telah memenuhi janji dari alam azali
Sabda berbakti ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H