Saat ini teknologi sedang berkembang pesat yang mengakibatkan limbah elektronik menumpuk dengan signifikan. Mengolah limbah elektronik di Indonesia dengan cara pembakaran dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena mengandung logam yang berbahaya. Limbah elektronik tidak bisa diolah dengan cara yang sama seperti limbah organik yang bisa dijadikan pupuk. Olek karena itu, kondisi ini merupakan permasalahan penting yang membutuhkan solusi bijak. (Ardant.” a et al., n.d., 2020)
Kurangnya edukasi tentang dampak negatif dan bahayanya limbah elektronik kepada masyarakat Indonesia menjadi salah satu sebab minimnya kesadaran masyarakat bahwa pentingnya mengolah limbah elektronik dengan cara yang baik dan benar. Dari kesadaran yang tumbuh, bisa mendorong solusi keberlanjutan dengan menggunakan bahan kimia yang lebih ramah lingkungan dalam mengolah limbah elektronik. Dikutip dari Volinta Kieftiany “Dalam konteks kimia, hal ini mengarah pada penggunaan bahan kimia yang tidak mencemari, menggunakan sumber daya alam yang terbarukan, dan mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses produksi.” (2023:276)
Cara mengolah limbah elektronik dengan menggunakan deep eutectic solvents (DES) adalah cara yang ramah lingkungan. Dilansir dari sainstekno.net deep eutectic solvent (DES) adalah jenis pelarut yang terbentuk dari penggabungan dua atau lebih senyawa, seperti asam klorida, asam lemak, atau glikol, yang menghasilkan titik leleh yang lebih rendah daripada senyawa individualnya.
Disarankan untuk mengolah limbah elektronik menggunakan cara DES dibanding metode konvensional karena material dari DES yang ramah lingkungan sekaligus menghasilkan limbah yang ramah lingkungan bisa membantu mengurangi pencemaran lingkungan. ChCl, Alkohol polihidrat, dan Poliasam adalah beberapa bahan ramah lingkungan yang terkandung di dalam DES.
Seni juga bisa dijadikan solusi keberlanjutan dalam menangani limbah elektronik. Kita bisa membuat kerajinan tangan dari LCD yang sudah tidak terpakai dan Limbah PCB. LCD yang sudah tidak terpakai bisa dijadikan hiasan cermin, hiasan tempat tisu, dan bentuk kipas. Limbah PCB yang bisa dijadikan jam dan tempat pensil. Dari hasil kerajinan tersebut, bisa dijual sehingga dapat membuka peluang usaha sekaligus mengurangi limbah elektronik yang berbahaya.
Limbah elektronik akan memberi dampak negatif kepada lingkungan seperti terjadinya pelapukan batuan tanah akibat pengaruh asam yang menyebabkan rusaknya tanah sehingga tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam ataupun ditinggali. Bagi kesehatan, limbah elektronik juga menyebabkan kanker akibat efek karsinogenik,serta kerusakan organ dalam seperti jantung, hati, dan limpa.
Peran dari setiap lapisan dibutuhkan dalam menghadapi kasus limbah elektronik. Pemerintah bisa memberikan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat bisa mengetahui bagaimana mengolah limbah elektronik dengan baik dan benar. Masyarakat juga diharapkan agar lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan bisa mencoba mengolah limbah elektronik dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H