Regulasi terhadap konten manipulatif di media sosial juga perlu diperketat. Pemerintah dan platform media sosial harus bekerja sama untuk memastikan bahwa konten yang tersebar di media sosial sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Dalam hal ini, transparansi algoritma media sosial juga menjadi penting untuk mencegah polarisasi yang berlebihan.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pencitraan politik di era media sosial memiliki dampak yang besar terhadap komunikasi politik di Indonesia. Walaupun media sosial memberikan kesempatan bagi politisi untuk membangun citra positif dan berinteraksi dengan publik, hal ini juga memunculkan tantangan baru, seperti polarisasi dan respons negatif dari masyarakat. Kasus Ridwan Kamil menunjukkan bahwa jejak digital bisa berbalik merugikan politisi, dan pencitraan yang dibangun tidak selalu mendekatkan mereka dengan rakyat.
Perkembangan komunikasi politik di Indonesia melalui media sosial membawa dampak yang kompleks, baik positif maupun negatif. Media sosial memungkinkan politisi untuk terhubung dengan masyarakat secara lebih personal dan interaktif. Namun, kejadian seperti cuitan lama Ridwan Kamil menunjukkan bahwa media sosial juga bisa memperburuk konflik sosial dan memengaruhi persepsi publik dengan cara yang negatif.
Untuk mewujudkan komunikasi politik yang lebih sehat di masa depan, dibutuhkan pendekatan yang bijaksana dari berbagai pihak. Politisi harus lebih hati-hati dalam membangun citra digital mereka dan lebih fokus pada substansi kebijakan daripada hanya mengejar popularitas. Masyarakat pun perlu meningkatkan literasi digital untuk bisa memilah informasi dengan lebih kritis. Dengan langkah-langkah ini, media sosial bisa menjadi alat yang mendukung demokrasi, bukannya merusaknya.
Di Indonesia, komunikasi politik yang sehat sangat bergantung pada kemampuan semua pihak untuk menggunakan media sosial secara bijak. Dengan meningkatkan literasi digital, memperkuat regulasi, dan mendorong transparansi, media sosial bisa menjadi sarana untuk memperkuat demokrasi, bukan melemahkannya. Masa depan komunikasi politik di Indonesia akan ditentukan oleh sejauh mana media sosial digunakan untuk membangun hubungan yang konstruktif antara politisi dan masyarakat, serta untuk mempromosikan dialog yang inklusif dan bermakna.
Sebuah tulisan dari: Fadhlahtul Aliyah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H