"Si Mawar kemarin bolak-balik nawar barang eh akhirnya gak jadi beli."
"Si Anggrek katanya sakit maksa-maksa ke rumah sakit, habis itu diperiksa dokter ternyata tidak ada penyakitnya, bikin sebel aja."
"Eh jangan ngeledek Adenium loh, kan dia kemarin baru pergi ke salon buat bikin kinclong muka."
"Tuh lihat Ara, yang kemana-mana pakai baju itu itu terus, kan bisa irit."
Itulah celoteh ibu-ibu kalau sudah kumpul di pos ronda sore hari. Duduk santai bersosialita di gardu ronda.
Cantik merasa prihatin karena para tetangganya itu, meskipun puasa tapi tidak berhenti berghibah. Ada saja yang menjadi korban ghibah mereka.
"Eh ibu-ibu, jangan nggosipin orang loh, kan kita sedang puasa, puasa kita bisa rusak," begitu Cantik menginterupsi gosip yang sedang dilancarkan para tetangganya.
"Aah, itu kan fakta, Tik," jawab seorang dari mereka,"Berita ini kan kalau digosok makin asik." Disambut ketawa riuh dari orang-orang yang hadir.
Cantik Cuma terdiam saja. Dia tidak merasa ada gunanya  mendebat mereka karena pembicaraan mereka makin seru riuh rendah. Tiba-tiba ada panggilan masuk di HPnya. Ini dimanfaatkannya untuk pergi secara halus tanpa membuat curiga para ibu yang sedang asyik menggosip. "Saya pamit dulu ya, ada telepon masuk."
Kebetulan besok adalah hari Minggu dimana biasanya ada taklim untuk para ibu. Cantik berinisiatif untuk minta bantuan ustaz yang akan berbicara untuk sedikit mengulas masalah menggosip atau meng-ghibah orang lain baik saat puasa atau tidak puasa. Dia pun menyiapkan memo kecil untuk disampaikan kepada ustaz. Memo itu dititipkan pada panitia.
Taklim pun dibuka ustaz.
"Apa kabar ibu?" tanya ustaz.
"Alhamdulillah, baik ustaz," jawab para ibu.
Ustaz pun melanjutkan,"Apakah hari ini sudah berghibah? Kalau belum maka bergegaslah......."
Hadirin pun tertawa riuh dan rendah. "Kok tanyanya begitu ustaz?" tanya seorang ibu.
"Ya iya dong tanyanya begitu, mosok begini....." jawab ustaz sambil mesem-mesem.
"Kok gak dijawab, Bu?" tanya ustaz.
Suasana kembali riuh.
"Kenapa gak dijawab, saya tahu deh sebabnya....." jawab ustaz.
"Karena seandainya ibu sudah berghibah pagi ini, ibu pasti malu cerita di forum ini, iya apa iya?" tanya ustaz.
Suasana ramai kembali.
"Bener, kan, malu kan kalau ngaku sudah berghibah," ustaz melanjutkan.
Ustaz pun selanjutnya menjelaskan mengapa malu mengakui telah berghibah. Hal ini dikarenakan malu telah melakukan sesuatu yang dilarang agama. Sesuatu yang mengakibatkan timbulnya dosa. Kalau sudah terlanjur melakukan perbuatan dosa, dan  disadari bahwa itu tidak diridhoi Allah Swt, lebih baik diam sambil mohon ampun atas kesalahan itu.
"Jadi kalau kita malu kalau diketahui orang bahwa kita telah melakukan sesuatu perbuatan dan kita tidak ingin orang lain melakukan hal yang sama pada kita, itu tandanya perbuatan itu bila dilakukan akan menimbulkan dosa bagi pelakunya."
"Makanya di awal saya tanya, apakah sudah ada yang berghibah hari ini dan ternyata tidak ada yang menjawab : 'sudah', padahal 'intel-intel' saya mengatakan pada saya bahwa telah terjadi ghibah di beberapa titik di area RW 08 Kelurahan Cempaka Baru," kata ustaz sambil mesem-mesem.
"Yang penting kalau sudah terlanjur melakukan ghibah hari ini atau kemarin-kemarin tolong jangan teruskan, mendingan membaca Qur'an apalagi saat ini kita sedang berpuasa."
"Bisa tidak ghibah, bu?" tanya ustaz.
"In sya Allah bisa ustaz," jawab hadirin serentak.
"Alhamdulillah," jawab ustaz.
Setelah membuka pertemuan dengan materi pesanan Cantik, acara taklim pun dilanjutkan sampai akhir.
Sejak saat itu, bila ada yang akan berghibah, alarm para ibu itu sudah memberi peringatan pada masing-masing pribadi agar jangan melakukan hal buruk itu. Jadilah kalau pertemuan, maka yang dibicarakan adalah hal-hal yang berbau bisnis tentang peluang usaha yang menjanjikan.
Gonilan, 6 April 2023.
Fadjar "Pena Manfaat" Setyanto
Ikatlah ilmu dengan menulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H