Fulan merasa cuma bisa mengelus dada serasa berkata dalam hati ,"Astaghfirullah hal azhim." Ini terjadi karena orang yang berpengaruh di wa groupnya menyebarkan tulisan yang berisi kebencian pada tokoh yang dibencinya. Seolah mempunyai musuh yang sama lalu banyak komentar yang mendukung dan "like". Mereka nampak begitu bersemangat "menghujani dengan kata-kata hujatan."
Fulan mengetahui benar bahwa apa yang disebarkan itu adalah berita bohong untuk mendiskreditkan tokoh tersebut karena sudah ada berita-berita yang semacam itu yang menyatakan kebalikan dari yang ada di wa groupnya.
"Lebih baik lewati saja dan tidak dibaca,toh dikomentari juga tak ada manfaat bagiku,malah aku bisa dosa karena berdebat," ujar Fulan dalam hati.
Fulan sekarang  terbiasa bertanya pada dirinya sendiri diri sebelum sharing suatu info :"Manfaatnya apa?"
"Kalau tidak karena untuk berbagi ilmu atau manfaat, untuk apa sebar info dukung-dukungan pada tokoh, atau kebencian pada tokoh?"
"Dulu ada yang rela berkelahi, rela bermusuhan dengan saudara sendiri. Padahal tokoh yang dibela mati-matian sedang makan dan bersenda gurau dengan saingannya," Fulan melanjutkan keprihatinannya.
Memang Fulan yang sekarang telah berubah, yang berbeda dengan yang dulu di masa euforia sosial media untuk mendukung calon-calon di Pilkada. Saat ini dia menjadi tidak responsif bahkan cenderung mentertawakan bila di sosial media ada yang menggunakan untuk menjatuhkan orang lain.
Bila ada yang sharing di wa group tentang kejelekan orang lain, ditulis dengan panjang lebar untuk membuatnya masuk akal tapi tak ada nama penulisnya, bisa dipastikan hoaks. Kesimpulan yang sungguh masuk akal sebab ada frase yang mengatakan :"Kalau benar kenapa takut (sembunyi)?"
Perubahan pada Fulan memang terjadi beberapa waktu lalu setelah hiruk pikuk Pilpres usai. Saat itu dia mempelajari buku "Syajaratul Ma'arif" karya Syekh Izzudin bin Abdussalam.
Di buku itu dia menemukan kalimat ayat Qur'an yaitu Surat Al-Hujurat ayat 6 yang artinya "..........Dan jika datang padamu seorang fasik membawa berita, maka telitilah lebih dahulu.............". Dalam buku itu dijabarkan secara jelas.
Bagi Fulan meskipun dia berulang kali membaca Qur'an  karena biasanya dia membaca cepat sehingga tidak mendalami terjemahannya dengan sungguh-sungguh. Namun setelah dia membaca lebih detail lagi dia mendapat  pencerahan yang sangat besar. Dia meresapi kalimat itu dengan sungguh-sungguh sehingga dirinya tidak akan mau kecemplung lagi dalam kubangan penyebar hoaks.
Sejak saat itu Fulan menyadari perlunya membaca buku-buku yang berisi ilmu agama sehingga tidak menjadi bodoh untuk urusan agama.
"Untuk kehidupan yang tak akan berakhir, mosok gak punya ilmu, lha wong untuk lulus SMA, masuk Universitas, dan naik jabatan saja perlu ilmu yang cukup".
Fulan membuat Poster besar di kamarnya :"JANGAN BODOH URUSAN AGAMA."
===
Gonilan, 7 Mar 2023
Fadjar Setyanto
Ikatlah ilmu dengan menulis.
===
Alhamdulillah, today March 7, is my mother birthday. Keep Healthy. Keep Strong.
Semoga kita semua bisa menemui Ramadhan, aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H