Bayam merah dan hijau. (Dok. Pribadi)
Rizal sangat senang karena pohon bayam merahnya sudah siap dipanen. Dipotongnya beberapa bagian dari pohon bayam itu lalu dibawanya ke dapur agar ARTnya bisa mengolahnya menjadi sayur bayam merah yang lezat untuk menu makan siang di hari minggu yang agak mendung udaranya. Rizal membayangkan di suasana mendung hari itu dia dan keluarganya makan sayur bayam hasil dari kebun sendiri. Tak sengaja senyumnya tersungging sendiri membayangkan hal yang menyenangkan itu.
"Kenapa mas tersenyum sendiri?", tanya istrinya Zahra.
"He eh... iya membayangkan Nisa akan suka dengan sayur bayam ini," jawab Rizal sambil menunjukkan daun bayam merah yang baru saja dipetiknya.
"In sya Allah dia suka, karena anak itu kan sekarang senang sayur segar," komentar istrinya.
--
Rizal memang sengaja memanfaatkan pojok-pojok di halaman rumahnya yang tak seberapa luas untuk menanam sayuran dan beberapa tanaman hias. Untuk tanaman sayuran dia termotivasi untuk menghadirkan sayuran sehat tanpa pestisida bagi keluarganya.
Tanaman bayam merah adalah tanaman keempat yang dipanen. Sebelumnya dia memanen Kelor, bayam hijau, dan katuk. Semua tanamannya tanpa pestisida. Untuk mengatasi masalah gangguan hama  dia langsung mengambil hama-hama yang mengganggu. Tiap hari dia periksa dedaunan dari tanaman-tanamannya. Dengan pengontrolan yang ketat, hama tidak ada kesempatan mengganggu tanaman-tanamannya.
Khusus mengenai bayam merah, Rizal sudah beberapa kali mempelajari tentang kandungan gizinya. Dia mencatat kandungan bayam merah, antara lain:
-Beta Karoten 7,3 mg
-Energi 41 kkal
-Fosfor 80 mg
-Karbohidrat 6,3 gr
-Kalsium 520 mg
-Lemak 0.8 gr
-Natrium 20 mg
-Niacin 0,1 mg
-Protein 2,2 gr
-Serat 2,2 gr
-Zinc 0,8 mg
-Tiamin 0,2 mg
-Riboflavin 0,1 mg
-Tembaga 200 mikrogram
-Zat besi 7 mg
Dengan mengetahui kandungan nutrisi seperti demikian maka Rizal tambah mantap hati untuk tetap menanamnya di sudut-sudut rumahnya yang tak luas.
--
Ketika tiba jam makan siang tiba maka Rizal, istrinya, dan putrinya makan siang bersama dengan menu yang cukup spesial yaitu sayur bayam merah, ikan tenggiri goreng, dan tempe goreng, serta nasi merah yang merupakan menu wajib keluarga itu.
"Sayurnya enak, yah," celetuk Nisa,"Seger dan gurih."
"Alhamdulillah, kamu suka ya?" tanya Rizal pada putrinya.
"Iya, suka bingits," kata Nisa sambil sibuk tetap mengambil potongan ikan tenggiri/
"Bingits? Apa itu," tanya Rizal pura-pura bingung.
"Iiiiih ayah, itu artinya sukaaa sekaleeee," jawab Nisa sambil tertawa.
Semua pun tertawa mendengar ocehan Nisa, gadis berumur 9 tahun.
"Kalau itu ayah akan menanam yang banyak deh biar tidak kehabisan stok," komentar Rizal.
"Setujuuuuuu," sahut Nisa dan ibunya.
Rizal sangat bersyukur bahwa keluarganya menyukai sayur-sayur yang dia tanam. Ibarat kata apa yang dia kerjakan bisa diterima oleh keluarganya, apalagi oleh Nisa yang waktu kecilnya ialah seorang "picky eater" garis keras -- kalau tidak mau makan sesuatu ya tidak mau, tapi kalau mau sesuatu, maka harus dipenuhi, meski itu makanan tidak sehat.
Rizal bersyukur bahwa putrinya telah berubah dan bisa menerima makanan sehat. Dalam hatinya dia berkata, "Terima kasih, sayang, yang penting kamu suka."
"Penerimaanmu akan selalu menjadi pupuk bagi ayah untuk terus berkarya."
================
Gonilan, 17 Feb 2023
Fadjar Setyanto
Ikatlah ilmu dengan menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H