Mohon tunggu...
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto Mohon Tunggu... Freelancer - PENA MANFAAT semoga pena ini selalu membawa manfaat.

Al Ghazali : kalau kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hom Pim Pa, TPS Mau Diapakan?

1 September 2022   11:08 Diperbarui: 3 September 2022   09:23 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah hujan semalam, bisa saja tiba-tiba udara di sekitar TPS menjadi bau. Bau itu semakin menyebar karena dibawa angin.

Ada beberapa penyebab TPS menjadi bau :

Sampah Penuh

Sampah di TPS penuh pada saat hujan , maka pagi harinya akan menimbulkan bau yang tak sedap bahkan menyengat. Bagi warga tentu menjadi tidak nyaman, (kecuali bagi yang sedang pilek...hehehehe).

Sedang terjadi pembongkaran sampah.

Saat habis hujan, lalu sampai dibongkar maka akan menimbulkan bau. Sisa sampah yang tak terangkat itulah yang membuat bau.

Sampah yang tak terangkut sekaligus bila terlalu lama di TPS maka akan mencemari air tanah

Tumpukan sampah yang tidak dibersihkan segera akan menyerap ke tanah bila ada hujan, dan ini akan mencemari air di sekitarnya. Ini tentu saja akan berdampak sangat buruk untuk kesehatan. Dampak ini tidak akan hilang sehari dua hari.

Jadi, kalau rumah kita lalu beberapa ratus meter..ya sekitar 500 m - 1 km ada TPS bagus apa tidak? 

Kalau untuk menjawab ini memang sangat relatif, kalau TPS itu dikelola dengan baik maka akan ada keuntungan bagi warga, yaitu kemudahan membuang sampah. Tapi kalau tidak dikelola dengan baik? Ya kewajiban wargalah mengingatkan pengelola untuk mengelola dengan baik.

Apa perlu TPS itu ditutup? Untuk menjawab ini perlu pemikiran yang matang. Kalau sampah diangkut dari rumah ke rumah tiap hari, pastinya tidak masalah. Kalau diangkut seminggu sekali? 

Ada cerita saat saya di kota 021, suatu hari selama 2 minggu petugas sampah tidak ada yang operasi. Hasilnya? Sampah menumpuk sembarangan di berbagai sudut kampung. Ini tentu saja berbahaya untuk warga. Sebabnya sederhana, petugas minta kenaikan biaya pengelolaan sampah, tapi hasil rapat RT RW tidak mengabulkan permintaan itu, hasilnya sampah menggunung di sudut kampung. Bau dimana-mana, lalat berpesta, dan hiiiiii Belatung pun berpesan pora. 

Akhirnya dengan negosiasi yang alot tercapai kesepakatan bahwa ongkos angkut sampah dinaikkan tapi pelayanan ditingkatkan. Saat itu di tahun 2009 ongkos persampahan tiap rumah dipatok Rp. 45.000 entah kalau biaya sekarang mencapai berapa.

Berapa biaya pengelolaan sampah di kampung sidang pembaca? 60.000? 70.000? Coba kita hitung apakah itu murah atau mahal. Mari kita  bagi angka itu dengan 30 hari. 60.000/30 ketemu angka 2000 saja atau 70.000/30 ketemu angka 2.333 saja. Setuju bila dikatakan itu lebih murah dari ongkos parkir mobil atau sama dengan ongkos parkir motor?

Semua memang ada biayanya, apalagi ini menyangkut kesehatan dan kebersihan bersama. Untuk itu pastinya diperlukan kerjasama yang baik antara petugas persampahan dengan warga. Warga tidak mau berkotor-kotor dengan sampah, ya uangnyalah yang keluar. 

Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun