Kita tidak tahu apa yang ada di benak Yok Koeswoyo saat menciptakan lirik lagu ini. Namun satu hal yang pasti ini adalah pujian untuk negara kita Indonesia yang subur dan bisa memenuhi kebutuhan makanan para penghuninya.
Bahkan gegara kekayaan alam yang ada di dalamnya Belanda dan Jepang datang ke sini menjajah Indonesia beberapa abad. Jutaan orang meninggal menjadi korban tanam paksa dan kerja paksa serta berjuang untuk memerdekakan negara ini dari penjajah.
Dua fenomena, lagu Koes Plus dan datangnya penjajah di atas menunjukan bahwa Indonesia memiliki tanah dan alam.yang luar biasa. Yang seharusnya bisa menghidupi seluruh warganya.
Peristiwa pahit pernah dialami petani Jeruk Pontianak dan Petani Cengkeh. Dua komoditas itu sangat membanggakan saat itu. Di tengah kebahagiaan menanam Jeruk Pontianak dan Cengkeh, tiba-tiba anak pejabat mendompleng kekuasaan bapaknya, membuat tata niaga.
Gara-gara tata niaga jeruk, maka petani jeruk Pontianak tidak bisa lagi menjual jeruk langsung ke pasar. Gara-gara BPPC, petani cengkeh tidak bisa menjual cengkehnya langsung ke pabrik, harus lewat BPPC. Kedua tata niaga tersebut  di era Orba, membuat petani jeruk dan cengkeh sungguh frustrasi dan marah, karena harga yang biasanya sangat bagus, tiba-tiba harus dipangkas begitu saja oleh tata niaga. BPPC mengambil margin keuntungan yang cukup besar, sedangkan petani cengkeh hanya dapat sekedar "uang lelah". Akhirnya, ribuan pohon cengkeh ditebang paksa oleh para petani karena bukan membuat mereka untung tapi buntung.
Indonesia yang subur makmur yang seharusnya bisa menjadi unggulan di kawasan Asia Tenggara, bukan cuma menjadi pembeli produk negara lain. Mirisnya itu adalah  produk pertanian!
Kedelai, yang seharusnya bisa diproduksi di dalam negeri masih saja impor. Dari 10 negara produsen kedelai terbesar dunia, Indonesia tidak termasuk. Mereka adalah :
1. Brasil
2. Amerika serikat
3. Argentina
4. Tiongkok