Itulah dengungan dari orang-orang yang melihat kejadian itu.
Pak Mamat pun dibawa ke tempat tidur. Petugas Puskemas dipanggil untuk memeriksa kondisi Pak Mamat dan mengobati luka-lukanya karena terjatuh tadi.
"Kondisinya tidak apa-apa dan tidak serius," kata petugas,"Saya kasih obat supaya istirahat, tolong dijaga supaya dia tidak mengulangi percobaan bunuh dirinya."
Setelah beberapa jam tidur, Pak Mamat sadar. Pak Mamat menangis disaksikan istri dan anaknya. "Maafkan bapak karena putus asa dan mencoba bunuh diri."
Anak dan istrinya mendengarkan dengan seksama dan melihat penyesalan yang mendalam dari Pak Mamat. Bapak janji tidak akan mengulangi. Baru jatuh dari kursi saja sakitnya minta ampun, apalagi siksa Allah karena bunuh diri. Bapak putus asa, karena sakit Bapak tidak kunjung sembuh."
Ujang, Ibunya, dan Pak Mamat saling bertangis-tangisan. "Pak, setiap sakit ada obatnya Pak, jangan kuatir, insya Allah kita usahakan bersama," kata Ujang pada Bapaknya.
"Allah masih sayang pada Bapak, jadi usaha bunuh diri dibikin gagal. Plafon untuk tali dibikin patah", kata ujang.
Pak Mamat menangis mendengar perkataan Ujang. Anak ABGnya ternyata jauh lebih bijaksana daripadanya. Mungkin ini seringnya ikut pengajian di masjid dan di sekolahnya.
"Pak, penyakit itu adalah makhluk Allah juga, janganlah kita tunduk atau kalah dengan sesama makhluk Allah. Mintalah pada pemilik nya agar mengangkat penyakit itu dari tubuh kita."
"Baik Jang....bantu Bapak ya....."
"Insya Allah, Pak".