Mohon tunggu...
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto Mohon Tunggu... Freelancer - PENA MANFAAT semoga pena ini selalu membawa manfaat.

Al Ghazali : kalau kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Angsa Hilang, Emas Hilang

12 Agustus 2022   14:43 Diperbarui: 12 Agustus 2022   15:00 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada cerita yang cukup saya kenal sejak zaman dahulu sekali. "Angsa Bertelur Emas".

Seorang petani mendapat seekor angsa dari kakeknya. Sang kakek berpesan, agar si petani merawatnya dengan baik sebab ia akan memberikan hasil yang sangat baik bagi si petani dalam beberapa tahun ke depan.

Si petani sangat senang, dan berjanji akan merawatnya dengan baik. Tak lama kemudian kakeknya meninggal.

Benar saja setelah beberapa hari dirawat oleh petani itu,  angsa itu bertelur satu butir yang ternyata itu adalah emas!. Petani itu sungguh senang dan bahagia. Setiap hari angsa itu bertelur satu butir emas. Setelah beberapa hari menghasilkan emas, sang petani mulai merasakan nikmatnya memiliki emas. 

Suatu hari ia berfikir bahwa kalau cuma keluar telur  satu butir per hari,  kapan dirinya akan menjadi cepat kaya? Ketidaksabarannya itu membuat dirinya berfikir, kalau tiap hari keluar telur emas, pasti dalam perutnya akan lebih banyak lagi emas bisa ia dapatkan. Akhirnya disembelilah angsa itu. Dilihat isi perut angsa itu, ternyata tidak apa-apa. Menyesallah sang petani. Angsa mati, dan tak ada lagi telur emas dia dapatkan.

Pesan dari cerita yang sering kita dengar saat SD ini ialah banyak orang yang ingin cepat kaya dan tidak bersyukur pada apa yang dimiliki.

Bagi kita yang sudah tidak SD tentu saja kosakata bertambah dengan : Koruptor dan Penjudi. (Kalau istilah Pak Mahfud , hal sensitif bagi yang belum dewasa hehehehe)

Para penjudi dan koruptor adalah contoh yang tepat untuk aplikasi dari cerita ini. 

Para koruptor dengan ringan hati mencuri uang yang bukan miliknya. Tidak peduli halal haram uang itu.  Saat ketahuan perilakunya terbongkar semua menjadi musnah. Keluarganya malu karena sanksi sosial. Itulah karena keserakahan. 

Penjudi, banyak yang menjual rumah dan harta bendanya untuk memenuhi nafsu judi demi mendapatkan uang yang lebih banyak.

Maaf yang ikut-ikutan investasi bodong karena tergiur untung besar dengan cepat juga termasuk kategori petani ini. 

Kalau diruntut masih banyak lagi, tapi 3 itu hanya contoh besarnya.

Singkatnya, orang yang tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini  termasuk petani serakah ini.  

Mari syukuri yang kita miliki. "Siapa yang bersyukur maka Aku akan tambah nikmatnya", janji Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun