"Anak-anak apakah kamu pernah kehilangan sesuatu?"
Ujang menunjukkan jarinya,"Pernah, Pak Guru."
"Bagaimana kejadiannya?".
"Waktu itu saya pakai sandal baru, ke langgar, eh pas pulang tidak ada sandal saya, yang ada malah sandal jepit jelek."
"Lalu apa yang kamu lakukan, Ujang?", tanya Pak Guru.
"Ya saya pulang pakai sandal butut itu."
"Apa kamu dimarahi olah orang tua kamu?", tanya Pak Guru lagi.
"Ayah saya tertawa, tidak memarahi saya, dia bahkan berkata agar saya mengikhlaskannya karena mungkin orang yang mengambil sandal saya lebih memerlukannya."
"Kamu lega dan senang tidak dimarahi oleh ayah kamu?".
"Senang, Pak," kata Ujang,"Ya lain kali saya harus hati-hati, namun kalau hilang yang sudah itu takdir,"
"Pintar kamu, Ujang, apa itu yang ayah kamu katakan?"
"Ya, Pak".
===
"Nah anak-anak, itu artinya sandal itu bukan rejekinya Ujang, tapi kalau Ujang ikhlas, maka itu kebajikan untuk Ujang."
"Bapak ada cerita yang sudah diperkirakan kehilangan barang ternyata masih manjadi miliknya".
"Suatu hari Ben, selesai sholat langsung keluar masjid. Dia langsung pergi ke tempat tujuannya. 20 menit kemudian, ditengah jalan dia teringat bahwa tablet samsungnya yang ada di dalam tas tertinggal di masjid. Dia langsung putar balik ke masjid dimana dia sholat tadi. Dia bersyukur karena melihat tas dan tabletnya masih ada di tempatnya. Dia sangat bersyukur barang-barangnya masih ada, karena mengingat banyak sekali hasil kerja dia kerjakan hari ini. Dia tidak bisa membayangkan bila tabletnya hilang."
"Cerita lainnya ada lagi,"
"Om Jimmi, teman Bapak, pernah hampir kehilangan uang 40 juta. Saat itu dia membawa uang dalam tasnya sejumlah 40 juta. Saat itu hari masih sangat pagi karena jam 4.00 dia meninggalkan rumahnya untuk menuju tempat kerjanya. Selesai sholat shubuh di masjid, dia mampir ke rumah makan dekat masjid untuk sarapan. Karena naik motor dia membawa serta dua tasnya ke meja makan. Selesai makan dia langsung membayar dan pergi. Dia agak terburu-buru karena ada telephon. Dia menuju motornya dan pergi. Dia tidak sadar tasnya yang berisi uang masih ada di meja makan. 10 menit dia berkendara, tiba-tiba ingat tas uangnya tertinggal. Dia pun segera menuju rumah makan tadi, dan tasnya sudah diamankan oleh pemilik rumah makan. Tas itu pun dikembalikan ke teman Bapak. Dia mengecek tasnya, dan uangnya masih ada di dalam tas. Dia sangat bersyukur karena uang itu masih ada. Kalau hilang pasti sangat repot karena dia harus mengganti uang organisasinya."
"Baik anak-anak, istilahnya 'itu masih milik' dan itu juga adalah rezeki dari Allah."
.
"Bapak sarankan bagi kalian yang beragama Islam, biasakan :"Basahi bibirmu dengan dzikir", in sya Allah, Allah akan memberikan kebaikan kepada kalian."
"Biasakan apa, anak-anak?"
"Biasakan membasahi bibir dengan dzikir".
"Ikuti Bapak ya?" kata Pak Guru,"Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah allahu akbar".
"Coba kalian ulangi ."
"Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah allahu akbar."
"Ucapkan sebanyak-banyaknya sepanjang hari, bisaaaa?"
"Bisaaaaaa," Pak.
"Alhamdulillah, in sya allah kalian bisa."
===
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H