Saya sungguh tidak suka dengan pernyataan seorang klien besar saya saat saya bekerja di sebuah pabrik tekstil di Jawa Barat beberapa puluh tahun lalu. Namun karena klien besar saya, dan kondisi kami sedang ngobrol, maka ya saya timpali dengan senyum-senyum kecut  saja.
"Fajar, saya  heran dengan etos kerja pekerja Indonesia, jauh dari produktif."
"Maksudnya?", saya pura-pura tidak tahu maksudnya.
"Waktu saya akan berangkat ke Indonesia, para manajer disana berpesan pada saya : Kalau bekerja dengan orang Indonesia tendang dulu pantatnya, baru jalan."
Saya cuma mendengarkan saja. Saya tidak setuju tapi tidak bisa membantah sebab faktanya yang dibicarakan ialah hasil interaksi juga dengan pekerja Indonesia. Hingga akhirnya dia memiliki kesimpulan apa yang diucapkan para manajer Korea di negaranya adalah benar.
Klien saya ini lanjut bercerita,"Di Korea, pernah terjadi di tempat saya bekerja,  manajer pabrik tidak tepat janji, lalu dia berkata pada manajer pabrik agar tidak pergi kemana-mana. Lalu mereka berdua  berkelahi satu lawan satu sampai lelah. Setelah itu mereka berhenti, si manajer pemasaran kembali ke kantornya".
====
Setelah sekian puluh tahun saya masih belum lupa kata-kata klien Korea saya itu. Itu malah jadi pemacu pola kerja saya. Setelah menjadi wiraswastawan saya terapkan pada diri saya, agar tidak ada yang "menendang pantat" saya dulu baru jalan".
Salah satu penyebab dikatakan rendahnya produktifitas pekerja kita ialah rendahnya kemampuan mendengarkan dan membaca.
Seorang teman menggerutu saat akan operasi. Perawat melalui telepon mengatakan apakah dia bisa memakai kursi roda atau tidak, padahal jelas-jelas si pasien sedang dipasangi kateter.Â