“Fir, baru sampai”, Anto mengabari Fira melalui WA,”Kamu udah sampai juga?”
“Sudah, To, baru aja selesai mandi”, jawab Fira di seberang sana.
“OK deh ya, cu”, balas Anto.
Percakapan via WA pun berhenti untuk malam itu. Anto pun mandi lalu disusul membuat segelas kopi. Dia melepas penat malam itu dengan menonton TV dan berbaring di sofa. Dia pun memastikan bahwa pintu-pintu telah dikunci dengan baik. Dia merebahkan dirinya di atas sofa coklat di ruang tamunya. Tak lupa dia membaca novel kesukaannya yang ditulis Jhon Grisham. Dia memiliki hampir semua seri dari novel Jhon Grisham. Acara TV pun sudah tidak dipedulikannya. Dia tenggelam asyik dengan novelnya hingga secara perlahan matanya mulai mengantuk hingga menutup sama sekali.
---
Anto pun berada di mobil bersama Fira dalam suatu perjalanan di suatu pedesaan yang sepi. Tiba-tiba ada pemandangan yang luar biasa indah, sawah yang diterangi sinar bulan. Sawah itu dikelilingi pegunungan yang indah, sementara sinar bulan bersinar dengan terang. Sebagian sinar rembulan membentuk shiluet pohon-pohon dan pegunungan. Anto pun menghentikan mobilnya. Berdua mereka menikmati indahnya sinar bulan. Lampu mobil dimatikan. Nampak jelas sinar purnama merayapi persawahan yang ada di hadapannya.
Tiba-tiba Anto merasakan tangan Fira memegang tangannya. Makin lama usapan tangan Fira makin terasa di kulit Anto. Anto pun membalasnya dengan memegang tangan Fira. Anto melingkarkan tangan kirinya di pundak Fira. Fira pun membaringkan kepalanya di lengan Anto. Anto mencium dahi Fira, lalu turun ke pipi Fira. Fira memejamkan mata menikmati apa yang dilakukan Anto. Anto pun kemudian mencium bibir Fira. Fira pun membalasnya begitu seterusnya untuk beberapa saat. Tiba-tiba Anto merasakan semua berubah menjadi gelap gulita dan dia pun tidak bisa melihat apa-apa.
Anto tersadar dari mimpinya. Ruangan di rumahnya gelap gulita. Rupanya terjadi mati listrik. Anto pun segera mengambil hp-nya yang dia letakkan di meja. Setelah meraba-raba meja, dia menekan tombol lampu di hpnya. Dia menyoroti ruangannya dengan hp. Dia pergi ke meja kerjanya. Dia mengambil power bank sambil memasang lampu baca. Dimasukan lampu itu ke power bank. Ruangannya pun menjadi terang.
Anto mengambil hpnya. Dia melihat ada pesan WA di hpnya. Rupanya WA dari Fira. Dikliknya pesan tersebut. Nampaklah gambar Fira dengan baju tidurnya. Rupanya Fira berselfie ria. Ada pesan di bawahnya,”Selamat tidur, To, mimpi indah ya? Mau ajak aku di mimpi kamu?”, goda Fira melalui pesan WAnya. Anto pun pun melihat jam di hpnya. Jam menunjukkan jam 02.15.
Anto tersenyum lihat pesan masuk dari Fira. Dibalasnya pesan WA tersebut.
“Tadi aku mimpi pergi bersama kamu, Fir”, balas Anto.
“Kita di mobil, berdua, dan biasa deh kita melakukan ritual kita waktu di SMA dulu he he, mau lagi dong….”, tulis Anto sambil menggoda lalu mengklik tombol “send”. Anto pun tersenyum mengingat masa-masa itu.
Anto pun segera menuju kamarnya, diambilnya power bank lain tak lupa dipasangkan dengan lampu baca. Dia menuju kamarnya, untuk melanjutkan tidurnya.
----
Persis jam 5 listrik menyala. Rumah Anto pun berubah menjadi terang benderang, karena semalam dia tidak mematikan alat-alat elektronik pada saat akan tidur. Anto pun ikut terbangun. Hal yang pertama dilakukannya ialah mengecek handphonenya. Dia melihat ada pesan WA masuk dari Fira,”Nakal ya??? Aku juga kangen kok sama ritual itu, To”.
Anto kaget dengan jawaban Fira, yang diluar dugaannya, dilihat jam masuk WAnya ialah jam 4.30. “Kapan bisa ketemu lagi, Fir?”, tanya Anto.
Anto mengharapkan jawabannya segera dibalas, namun menunggu-nunggu dari 15 menit, 30 menit, 45 menit hingga 1 jam lebih tidak ada jawaban dari Fira. Anto pun mempersiapkan diri untuk pergi ke kantornya. Dia berharap jawaban Fira akan masuk siang nanti.
Tak berapa lama Anto mengendarai mobilnya, tiba-tiba ada sms masuk, sms dari Fira,”Lusa To, aku libur, kita jalan yuk?”
Anto membaca sms itu berkali-kali. Dia sungguh tidak percaya bahwa Fira akan mengajaknya pergi. Anto Cuma bisa menjawab,”Siaaaap, Fir”.
“Kemana kamu mau pergi, Fir?”, tanya Anto.
“Kemana saja, terserah kamu, yang penting gak hektik dengan kendaraan dan lalu lalang kendaraan”, jawab Fira.
Pagi itu serasa pagi yang sangat menggembirakan bagi Anto, karena Fira mengajaknya pergi di akhir pekan. Anto yang merasa sangat gembira membaca berkali-kali sms itu.
Anto pun sepanjang perjalanan memikirkan kemana mereka akan pergi. Dia mulai memunculkan imaginasi beberapa daerah wisata, apakah akan ambil di pegunungan atau pantai. Kalau di pegunungan, ada banyak restaurant dan tempat nyaman di puncak. Tetapi untuk mencapai puncak, harus siap melewati macet yang parah. “Puncak, nggak deh, macetnya nggak bisa diduga”, gumam Anto.
“Bagaimana kalau Bandung?”, tanya Anto pada dirinya sendiri.
“Tapi kota Bandung udah kayak di Jakarta, hektik, paling-paling kalau mau ke Lembang”, gumam Anto lagi.
“Tapi berapa jam jadinya dibutuhkan untuk mencapai Lembang, jauh pula dan waktunya banyak pula”, gumam Anto,”Rasa-rasanya nggak deh, capek di jalan”.
Anto pun mengarahkan fikirannya ke daerah pantai. “Daerah Anyer sepertinya ideal, disana ada pantai Sawarna dan Tanjung Lesung”.
“Tanjung Lesung sepertinya bagus, karena airnya masih jernih dan ada hotel buat makan siang dan santai”, Anto berbicara pada dirinya sendiri.
Tak terasa Anto pun mulai masuk ke halaman parkir kantornya. Dia melihat jam menunjukkan 7.30 pagi. Dia masih memilik waktu 60 menit sebelum masuk kantor. Anto pun tidak bergegas turun dari mobil, tapi mulai mencari informasi tentang Tanjung Lesung. Diambilnya gawainya sebuat tablet. Dia pun mulai browsing. Setelah mendapatkan tempat yang dicari, Anto menelpon petugas di Tanjung Lesung.
Melalui beberapa kali percakapan, Anto akhirnya memutuskan untuk memesan tempat di restaurant dan tempat santai di pantai dengan pemandangan pantainya yang indah dan jernih. Anto membayar DP agar pihak pengelola menganggap ordernya itu adalah bukan sembarangan, tapi sangat serius.
Setelah mendapatkan apa yang dia cari, mulailah Anto keluar dari mobilnya dan menuju ruangan kerjanya. Wajahnya sangat gembira. Orang-orang sekitarnya pun heran dengan penampilan wajah Anto yang tidak seperti biasa, ngelangut sungut dan kusut.
“To, lu kenapa, gak biasa-biasanya cerah banget?”, tanya teman seruangannya Beni.
“Gue hepi Ben, gua weekend besok ada acara sangat khusus, lu jangan telpon gue ye?”, begitu jawabnya.
“Je illeeee yang punya acara khusus, pasti deh sama seseorang yang khusus juga ye?’, ledek Beny.
“Ben, dia sangat khusus buat gue”, jawab Anto.
“Seberape khusus sih”, tanya Beny penasaran.
“Pokoknya ibarat permata, permata ini adalah permata super buat gue”, jawab Anto dengan gaya yang lebay,”Permata yang hilang, Ben, sudah gue temukan kembali”.
“Jieeeeee, ya udah kalau udah ketemu, nyimpennye yang bener, jangan seenaknya, ntar hilang lagi nangis lagi loh”, jawab Beny dengan senyuman yang besar.
“Ok bro, siaaaap gue ikutin saranlu, makasih ya”, jawab Anto.
Mereka berdua pun kembali ke meja kerjanya masing-masing, karena jam sudah menunjukkan jam 8.30.
Bersambung…….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H