"Cita-cita aku ingin sukses di dunia dan di akhirat.."
Mungkin sebagian pernah menulis kalimat tersebut di biodata pada selembar kertas binder, atau sering juga kita ucapkan kalimat tersebut kalo ditanya soal cita-cita saat masih duduk di bangku sekolah dasar.
Berbicara tentang "kesuksesan", artinya suatu hasil dari proses dan langkah yang kita kerjakan. Tentunya apa yang kita tanam itulah yang kita tuai.
Namun disini yang akan dibahas adalah seperti apa kehidupan yang sejahtera itu?
Dalam Islam, sejahtera atau kesejahteraan dapat digambarkan dengan istilah Al-Falah yang secara bahasa memiliki arti keberuntungan, kesuksesan yang didapat dalam kebaikan dan kenikmatan.
Konsep Al-Falah memiliki dua dimensi, yakni dimensi dunia dan akhirat.
Kebahagiaan kehidupan di dunia yang hanya sementara ini akan hambar bahkan merana tanpa adanya kesuksesan di akhirat yang merupakan kesuksesan yang paripurna. Hal ini menjadi idaman dan impian setiap orang.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa mendamba untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat :
Dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, arti kesejahteraan itu sendiri adalah ketika terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial.
- Kebutuhan Material
Setiap harinya bahkan 24 jam non-stop, setiap orang berjuang hilir mudik menjemput rejeki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang perlu digaris bawahi adalah cara mendapat harta (al-amwal) tersebut. Apakah dengan jalan yang halal atau haram. Tentu saja, kedua jalan tersebut bagai dua persimpangan jalan yang akan membawa kita ke tujuan yang berbeda.
Sumber harta yang haram akan menghancurkan kesejahteraan (al-falah). Bagaimana tidak, harta yang kemudian diberikan pada keluarganya akan merusak bak virus yang mematikan.
Boleh jadi seseorang bergelimang harta dari usaha yang dia lakukan. Namun ternyata usaha tersebut dilakukan melalui jalan syetan, maka sudah dipastikan harta atau materi tersebut tidak bisa membuatnya sejahtera di akhirat kelak.
Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan material dengan cara yang halal adalah salah satu kunci hidup sejahtera: sukses dunia dan akhirat.
- Kebutuhan Spiritual
Hubungan secara vertikal dengan Sang Maha Pencipta adalah salah satu indikator kebahagiaan seseorang. Dengan modal spiritual yang kuat terhadap Allah SWT, maka apa yang dilakukan di dunia ini pun adalah karena Allah.
Ada banyak orang sudah memiliki segudang harta dan popularitas, tapi masih belum mendapatkan ketenangan jiwa, bahkan tak sedikit yang mengakhiri hidupnya karena tidak tenangnya atau banyak ketakutan pada dirinya. Oleh karena itulah, jika kebutuhan spiritual ini tidak terpenuhi, maka upaya kita dalam membentuk kesejahteraan sosial akan sulit untuk dicapai.
Sebaliknya, memiliki keyakinan bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Sang Pencipta dan Pemilik Cinta, kita akan menyadari bahwa kita diciptakan dengan akal dan kemampuan untuk berusaha menjalani hidup dengan sebaik-baiknya hingga tiba di tujuan, yakni sukses dunia dan akhirat (kesejahteraan yang hakiki).
- Kebutuhan Sosial
Kita adalah "makhluk sosial" yang tidak bisa berdiri sendiri. Kualitas hubungan kita dengan manusia lainnya juga bisa menentukan kualitas kebahagiaan kita. Sebagai contoh, ketika kita memiliki keluarga, teman, atau orang-orang disekitar kita dan mereka mampu menjadi support system (memberi dukungan, saling membantu) maka akan terbayang kehidupan kita seperti apa. Tentram bukan?
Namun dalam mendapatkan hal itu, ada hak dan kewajiban yang harus kita lakukan dalam hidup bermasyarakat. Hal-hal tersebut jika kita lakukan sesuai syariat Islam maka akan memberikan dua kesejahteraan. Pertama di dunia, kita akan merasakan hidup rukun dan merasa aman dengan orang-orang di sekitar kita. Kedua, hablu minannas tersebut akan menjadi ladang pahala.
Orang-orang di sekitar kita adalah modal sosial kita untuk menjalani hidup, berjam'iyyah, bermu'amalah, menjalankan prinsip ta'awun (tolong menolong), saling menasehati, yang akan membantu kita mencapai sukses dunia dan akhirat.
Dengan demikian, jika kebutuhan material, spiritual, dan sosial itu kita penuhi dan usahakan sesuai dengan konsep Al-Qur'an dan As-sunnah, maka kita akan mendapatkan dua bentuk sejahtera, yaitu sejahtera di dunia dan di akhirat.
Sungguh, tidak ada yang patut kita perjuangkan selain untuk mendapatkan kesejahteraan yang hakiki. Semoga kita termasuk kepada al-muflihun yang berarti orang-orang yang beruntung.
Semoga cita-cita sukses dunia akhirat tidak hanya diinginkan saat ngisi biodata dulu, tetapi terus digaungkan hingga sekarang, sepanjang hidup di dunia. Tentunya diikuti dengan pedoman D-U-I-T alias Do'a, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakkal untuk mencapai ridho Allah SWT.
Bibliography
Ismail, Asep Usman. (2012). Al-Qur'an dan Kesejahteraan Sosial. Tangerang: Lentera Hati.
Wibhawa, Budhi. (2019). Filsafat Pekerjaan Sosial. Sumedang: Niaga Muda Press.
Sodiq, A. (2016). Konsep Kesejahteraan Dalam Islam. Equilibrium. https://doi.org/http://dx.doi.org/110.21043/equilibrium.v3i2.1268
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H