Mohon tunggu...
GoneGone
GoneGone Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tukang Ketik

Menulis, Membaca, Berpetualang dan Bercinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-Laki Itu Anjing!

1 Februari 2023   14:40 Diperbarui: 1 Februari 2023   14:54 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

Kan sudah saya bilang, laki-laki itu anjing! Mau dilihat dari depan belakang, kiri dan kanan pun, mereka tetap saja anjing.

Sayangnya tidak semua anjing setia. Dia bisa saja pergi ke kandang anjing betina milik tetangga. Mereka asik berdua. Berdua bertukar cerita. Cerita tentang hal-hal lucu lalu tertawa. Tertawa berdua. Berdua lagi bertukar cerita. Cerita tentang seluk beluk kehidupan masing-masing lalu saling bersuka cita.

Anjing yang terlanjur menyukai anjing betina milik tetangga akan kembali ke rumahnya. Di mana dia akan merasa terpenjara karena rindu mengunjungi kandang anjing punya tetangga. Tetangga yang memelihara si anjing betina itu tidak menahu tahu tentang cerita murahan anjingnya.

"Itu bukan urusan saya!" pekiknya.

Pagi, siang, sore, dan malam, anjing-anjing itu kembali bercerita. Cerita mereka semakin melebar panjang. Panjangnya mungkin sama seperti masa ketika si anjing betina kesepian karena ditelantarkan pejantannya.

Mereka lagi-lagi berdua. Berdua bertukar cerita. Cerita tentang manis pahit masa lalu yang terlewatkan, lalu saling memendam rasa: penasaran. Penasaran ingin kembali menyelam. Menyelam bersama pada waktu lampau dengan khayal yang sama-sama beda dari sekarang.

Sekarang mereka masih berdua. Berdua bernostalgia, lalu semakin ingin dan ingin berdua, dan akhirnya berdua juga mereka terluka. Lukanya dalam. Dalam keadaan seperti itu pun, sebenarnya cinta telah tumbuh. Tumbuh dan membunuh. Membunuh lebih banyak cinta di sekitarnya.

Sementara, saya adalah anjing jalang. Setiap sore, acapkali saya menghabiskan waktu di taman penuh anjing. Duduk sendiri menikmati sepoi angin yang menyapu debu. Debu itu menempel di antara bulu-bulu tangan, semakin membuat saya kotor. Kotor menurut anjing-anjing yang mengaku dirinya setia adalah dosa. Dosa adalah ketika anjing tak mampu lagi setia.

Setia? Setia pada siapa? Pada pemiliknya? Siapa sebenarnya pemilik anjing? Tuhan kah? Anjing betina kah? Anjing jalang kah? Atau manusia anjing kah?

"Sekali lagi saya tekankan bahwa, kehidupan tidak lebih dari absurditas." Saya mencintai anjing. Anjing mengkhianati saya, dan saya akan mencintainya lagi, begitu seterusnya. Di mana ada anjing, di situ ada kesetiaan. Maksud saya, kesetiaan saya menunggu anjing-anjing lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun