Mohon tunggu...
Fadil S. Isnan
Fadil S. Isnan Mohon Tunggu... Konsultan - Teman Bercakap

Semesta Mendukung

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perjalanan Awal Karier sebagai Fresh Graduate

13 April 2021   11:33 Diperbarui: 13 April 2021   12:33 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan monev proyek di lapangan November 2020, sumber: dok. pribadi

Langkah Percobaan

Sampai dengan bulan ini April 2021, sudah kurang lebih 3 tahun terhitung sejak mulai bekerja di Jakarta. Dalam keberjalanannya dimulai dari peristiwa hukum rimba di ibu kota yang aku alami langsung. Pada saat itu April 2019, ada informasi lowongan pekerjaan bidang Teknik Lingkungan di anak perusahaan salah satu industri perminyakan BUMN melalui grup alumni. Posisi saat itu juga baru lulus kuliah.

Selain melakukan pendaftaran untuk seleksi penerimaan pekerjaan tersebut, aku juga melamar di beberapa perusahaan lain, salah satunya perusahaan pertambangan. Sembari menungu adanya panggilan, aku sempatkan pulang ke rumah. Pada saat aku berada di rumah, lamaran di anak perusahaan perminyakan BUMN tadi tembus dan ada yang menghubungi untuk menyampaikan jadwal wawancara. Memang dasar belum memiliki pengalaman bernegosiasi dan posisi sedang di kampung halaman, aku coba untuk melakukan penawaran pergantian jadwal.

Posisi saat itu hari Jumat kalau tidak salah. Jadwal wawancara adalah hari Senin. Aku sampaikan posisinya sedang di kampung halaman dan meminta pergeseran jadwal menjadi hari Rabu. Di hari Minggu aku sampaikan informasi akan menginap di kos salah satu kawanku hari Selasa. Kawanku ini menanyakan alasan menginap dan aku sampaikan bahwa akan ada wawancara. Setelah aku ceritakan semua, tanpa memberitahuku dia juga mendaftar di lowongan tersebut.

Hukum Rimba

Sampailah hari Selasa pada perjalananku menuju Jakarta menggunakan travel. Kondisi saat itu sedang macet sekitar pukul 2 siang. Tiba-tiba kawanku ini menyampaikan kepadaku bahwa wawancaranya sudah ditutup. Dalam hati aku bertanya, tahu dari mana kalau wawancaranya sudah ditutup? Ternyata saat dikonfirmasi benar adanya bahwa wawancara telah ditutup dikarenakan telah adanya kandidat lolos. Dia adalah temanku sendiri. Sore itu menjadi salah satu sore terburuk yang pernah aku alami. Langit cerah dan suasana segar seakan tidak bisa lagi menghidupkan semangat. Kepalaku hanya tersandar ke kaca travel. Sambil memejamkan mata, aku menarik napas panjang.

Setelah pikiran cukup jernih, aku tetap melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Aku tiba di malam hari, sembari mencari tempat kos kawanku. Muncul lah dia dari kejauhan. Aku langsung tegur dia kalau aku tidak suka sikapnya yang seperti itu. Memang benar dalam hal pekerjaan seperti hukum rimba, siapa cepat dia dapat. Tetap saja aku merasa kecewa karena tahu bahwa dia kawanku. Rekan satu rumah pada saat kuliah. Tapi yasudahlah. Aku tetap jadi menginap di kosannya, entah untuk apa.

Sekali Kawan Tetap Kawan

Sejenak, dia kemudian mencoba membantuku mencarikan pekerjaan lain. Dia lalu memberikanku sebuah lowongan menjadi konsultan individu di salah satu kementerian. Saat itu, sama sekali belum ada bayangan ke depan akan melakukan apa. Aku hanya mencoba untuk melamar di lowongan dari kawanku. Dia juga masih mau membantu untuk menyiapkan persyaratan. Pada malam yang sama, aku langsung kirimkan persyaratan lowongan tersebut.

Di pagi harinya, kawanku mulai bekerja. Aku memutuskan untuk tetap keluar kosan sembari mencoba angkutan umum di ibu kota. Aku mencoba rute busway dari kosannya menuju tempatnya bekerja. Aku sempatkan untuk berjalan-jalan sendirian di trotoar jalan Sudirman-Thamrin sampai Bundaran HI.

Aku menunggu seharian berharap ada salah satu panggilan lain dari sekian banyak lowongan yang aku lamar. Aku sempatkan mengunjungi masjid untuk sekadar melepas lelah dan menunggu waktu salat. Selepas salat dhuhur kalau tidak salah, aku menerima informasi panggilan wawancara dari lowongan konsultan individu yang aku lamar di malam sebelumnya. Jadwal wawancara tersebut di hari yang sama, namun di sore hari. Aku siapkan sebaik mungkin.

Di sore harinya, aku sampai di gedung kementerian tersebut. Ada satu orang lain yang mengikuti wawancara. Ternyata dia satu alumni tapi berbeda tingkat. Dia 3 tahun di atasku. Jadilah kami mengikuti wawancara bersama. Sebelum pelaksanaan wawancara, kami harus mengerjakan seleksi tertulis terlebih dahulu.

Kami mengerjakan seleksi tertulis selama 2 jam. Dari sore sampai menjelang senja. Baru malam harinya kami diwawancarai oleh Ibu Ketua. Baiknya, kami diberikan makan malam berupa nasi goreng. Soal seleksi tertulis tersebut berisi materi teknis dan keproyekan, sedangkan wawancara terkait kepribadian, kompetensi, dan pengembangan diri. Alhamdulillah aku di terima dan masih bekerja di tempat yang sama sampai sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun