Mohon tunggu...
Fadil S. Isnan
Fadil S. Isnan Mohon Tunggu... Konsultan - Teman Bercakap

Semesta Mendukung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Islam (Bukan) "Agama"

14 April 2015   05:51 Diperbarui: 1 Oktober 2020   23:00 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428965475925425912

Islam bukan sekadar agama. Ketika kita menyebutkan agama, maka pikiran kita akan tersetting menjadi spiritual dan kaidah-kaidah beribadah lainnya. Islam sendiri bukan seperti itu. Islam adalah dien. Dien lebih dari sekadar agama, lebih dari sekadar ritual. Islam ialah kehidupan karena kitab sucinya saja langsung dirakit olah Yang Maha Merakit. Maka, bisa dipastikan isinya tidak sembarangan.

Al Quran menjadi guide book yang sangat relevan sampai kapan pun. Bahkan sampai menjelang kiamat. Ketika kita hanya memaknai Al Quran sebatas menghafal, hanya di bibir, maka esensinya tidak kena. Namun, ini lebih baik dari yang tidak menghapal tentunya. Alangkah lebih baik, hapalan itu dipermanis dengan makna yang bisa diimplementasikan di kehidupan sehari-hari.

Pun pada ritual lainnya. Ritual ini hendaknya tidak sekadar ritual penggugur kewajiban. Sangat susah memang, tapi yang penting berusaha. Misalnya salat. Salat adalah gerakan senam paling menyehatkan. Alasan ini logis dengan dalih salat bukan berniat untuk senam, ini hanya nilai tambah. Sudah banyak literatur yang menyebutkan manfaat salat dari A—Z. Pun sama halnya dengan BJ Habibie. Beliau justru menjadi sangat cerdas karena salat. Sujud beliau sangat lama, sekitar 1—2 menit sehingga darahnya mengalir sangat lancar ke otak.

Ada juga ilmuwan yang masuk Islam karena meneliti gerakan sujud salat. Hanya Islam yang memiliki gerakan ritual paling memberdayakan. Beliau berkata bahwa otak jarang sekali meneripa asupan darah. Maka dengan sujud minimal 17 kali sehari, darah mengalir ke otak.

Ketika kita mendalami Islam dan mencoba berpikir lebih jauh tentang rasionalitas dan kita tidak mampu menemukan jawabannya, itu bukan berarti Islam salah dan tidak logis. Bisa jadi, pikiran kita yang belum sampai ke hal paling substansial tersebut. Tak nampak tidak berarti tak ada. Logika manusia berbeda dengan logika Tuhan. Jadi, sebagai insan bersyahadat, kewajiban kita hanya sami’na waatho’na.

Kalau mau mencari hal lebih mendalam, hati-hati. Bisa jadi, kita sendiri yang akan bingung dan ujung-ujungnya meragukan Islam. Kalau sudah seperti itu, setan mudah sekali masuk.

Semoga kita berada dalam lindungan Allah SWT. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun