Di era postmodern ini, pengaruh globalisasi semakin kuat. Kampanye Industri 4.0 yang digaungkan di berbagai negara membuat semuanya menjadi serba mudah karena dunia yang saat ini mengalami kemajuan signifikan, mulai dari kendaraan, gawai, pakaian, serta sarana dan prasarana umum telah berubah mengikuti perkembangan zaman untuk memfasilitasi kehidupan generasi masa kini yang lebih modis dan canggih.Â
Perubahan dari pengaruh globalisasi itu tak hanya mengubah teknologi yang awalnya terkesan kuno dan tertinggal, tetapi juga mengubah gaya hidup masyarakat. Perubahan ini tentu saja membawa dampak positif dan negatif.Â
Dampak positifnya adalah kehidupan menjadi lebih mudah karena semua menjadi serba digital, dapat diakses dan digunakan kapanpun dan dimanapun ketika dibutuhkan, tanpa perlu membuang banyak tenaga dan waktu.Â
Namun, perubahan itu juga membawa dampak negatif, yaitu ancaman kesehatan, gangguan psikis, hingga kehilangan privasi karena semua menjadi serba instant dan transparan.Â
Dan dampak negatif itu menjadi ancaman serius bagi generasi muda yang menjadi tonggak penerus bagi generasi sebelumnya. Para remaja yang menjadi harapan, sedang berada dalam situasi dan kondisi yang tidak baik.
Menurut WHO atau World Health Organization, Rentang usia yang masuk dalam kategori remaja adalah mereka yang berumur 12 sampai 24 tahun. Anak-anak bisa dikatakan telah beranjak remaja ketika telah mengalami fase mimpi basah bagi pria atau fase menstruasi bagi Wanita.Â
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, yang menyebabkan seseorang pada masa ini, memiliki semangat yang tak terbatas, tak suka terikat pada aturan, dan rasa penasaran yang tinggi, hal itu karena mereka baru saja memasuki dunia baru di kehidupannya.
Ketika pandemi covid-19 menyebar ke seluruh dunia, keadaan yang memburuk membuat pemerintahan terpaksa membatasi semua kegiatan masyarakat, mulai dari sektor pariwisata, sektor ekonomi, sektor keagamaan hingga sektor pendidikan, dan memberlakukan aturan lockdown.Â
Mobilitas yang terbatas membuat masyarakat menjadi malas untuk bepergian dan hanya memilih berada dirumah saja, selain alasan keamanan, tapi juga agar ada waktu untuk berleha-leha, rebahan, dan bersantai.Â
Terlebih bagi para remaja, yang sangat menyukai waktu senggang. Mereka sangat bergembira ketika aturan itu diumumkan. Berada di rumah sepanjang waktu, membuat kegiatan mereka semua dilakukan hanya di rumah, mulai dari makan, belajar, ibadah, dan bermain.Â
Area yang terbatas menyulitkan keadaan untuk berolahraga, sehingga mereka hanya memilih rebahan sepanjang hari tanpa berolahraga. hingga aturan itu berlanjut untuk jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan munculnya banyak fenomena baru di masyarakat.
Fenomena yang terjadi ini salah satunya adalah ‘remaja jompo’, mengapa hal itu bisa terjadi? Dan apa yang sebenarnya dialami oleh para remaja saat ini?Â
Istilah ‘remaja jompo’ pertama kali muncul dan disebutkan di platform sosial media tiktok, mereka yang mengaku ‘remaja jompo’ mengalami kondisi lemah fisik, renta, dan cepat lelah.Â
Mereka merasakan nyeri pinggang, pusing, lelah, meriang, masuk angin, mudah lelah, mudah pegal-pegal dan berbagai kondisi lain yang lazim terjadi pada lansia, padahal mereka hanya melakukan aktivitas yang sedikit dan sebentar.Â
Selain itu ada juga mereka yang ketika belajar atau beraktivitas, harus menyediakan koyo, minyak angin, gel anti nyeri, minyak kayu putih, dan lain-lain. Hal itu dilakukan karena mereka merasa cepat lelah, mudah pegal-pegal, serta mudah meriang dan masuk angin.Â
Karena merasakan hal yang dirasa tak lazim bagi seorang remaja, kemudian mereka menceritakan hal tersebut ke platform sosial media mereka, entah itu Instagram, Twitter, Tiktok, atau Facebook.Â
Lalu banyak remaja lain yang juga merasakan hal yang sama hingga terjadilah fenomena ‘remaja jompo’ saat ini. fenomena tersebut bisa terjadi karena para remaja yang mengalami kurang gerak kemudian Kembali menghadapi berbagai kegiatan seperti semula sebelum wabah covid-19 melanda membuat tubuh bekerja lebih keras daripada sebelumnya sehingga memerlukan adaptasi bagi otot-otot tubuh untuk menjalankan aktivitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H