Mohon tunggu...
Intasya Nurfadilla
Intasya Nurfadilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya tertarik dengan konten-konten mengenai hukum dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Sex Education dalam Mencegah Tindakan Sexual Harassment di Kalangan Mahasiswa UNAIR

9 Juni 2022   20:04 Diperbarui: 9 Juni 2022   20:09 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah seharusnya menjadi tempat paling aman dan nyaman bagi seluruh siswa. Sekolah juga berkewajiban untuk menciptakan generasi muda yang menghormati dan menghargai sesamanya. Sekolah merupakan tempat untuk membangun mental dan kecerdasan, fenomena pelecehan seksual di lingkungan kampus seharusnya tidak pernah terjadi. Namun, belakangan sedang marak terjadi kasus pelecehan dan kekerasan seksual di kampus. Kasus pelecehan dan kekerasan seksual ini tidak hanya menimpa korban wanita saja, tidak sedikit pria yang mengalami pelecehan di lingkungan kampus. Pelaku pelecehan dan kekerasan seksual di kampus bukan hanya dari kalangan dosen atau staf civitas akademika, tetapi juga dari teman seangkatan, dan kakak tingkat. Pelaku bisa siapa saja, apalagi korban pelecehan.

"Fetish Kain Jarik" sempat ramai di media sosial pada tahun 2020. Kasus ini menjadi viral berawal dari unggahan thread akun Twitter @m_fikris pada bulan Juli 2020. Ia menyebutkan menjadi korban dari predator Fetish Kain Jarik yang berkedok Riset Akademik dari mahasiswa PTN di Surabaya. Gilang, pelaku, awalnya mengirim pesan melalui DM Instagram dan berlanjut melalui Whatsapp. Pelaku membujuk dan meyakinkan korban dengan beralasan untuk riset hingga akhirnya korban meng-iya-kan ajakan tersebut. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata Gilang merupakan mahasiswa Universitas Airlangga, jurusan Sastra Indonesia. Gilang sudah di-drop out dari Universitas Airlangga sejak tahun 2020 setelah Rektor Universitas Airlangga menghubungi orang tua pelaku.

Dari hasil survei yang kami lakukan, sebanyak 76 dari 100 responden dari mahasiswa Universitas Airlangga mengungkapkan bahwa pendidikan seksual masih dianggap tabu di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Kemudian, sebanyak 50 mahasiswa mengaku belum pernah diberikan pendidikan seksual dari orang tua dan 68 mahasiswa belum pernah mendapatkan sosialisasi pendidikan seksual di lingkungan sekolah. Sebanyak 95 mahasiswa berpendapat bahwa lingkungan sekolah perlu untuk mengajarkan pendidikan seksualitas. Namun, hasil survei mengejutkan bahwa sebanyak 13 responden masih memberikan stigma negatif terhadap korban pelecehan seksual, sekali pun itu adalah temannya. Pendidikan seksualitas di Indonesia memang masih dianggap tabu sehingga tidak heran jika masih banyak mahasiswa yang masih awam mengenai hal ini. Korban pelecehan seksual biasanya juga tidak sadar apa yang dialaminya adalah pelecehan. Rendahnya pengetahuan mahasiswa mengenai pendidikan seksual ini dapat meningkatkan korban pelecehan seksual di lingkungan kampus. Dari hasil survei yang kami lakukan juga, 93 mahasiswa menganggap pendidikan seksual efektif dan harus diajarkan di lingkungan sekolah untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.

Pendidikan seksual ini dapat juga diartikan dengan suatu pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat yang memungkinkan untuk menyampaikan sebuah pengenalan anatomi tubuh laki-laki dan tubuh perempuan, terutama mengenai alat kelamin, untuk menanamkan moral dan memberikan pengetahuan tentang fungsi-fungsi dan organ reproduksi sehingga dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pada organ reproduksi tersebut. Namun sayangnya, di Indonesia sendiri masih sangat kurang perihal pendidikan seksual ini dan masih dianggap tabu. Persepsi publik bahkan masih menganggap bahwa pendidikan seksual ini lebih membawa dampak negatif daripada dampak positif.

Universitas Airlangga memiliki layanan help center untuk membantu dan mendampingi permasalahan yang dihadapi sivitas akademika UNAIR, salah satunya mengenai kasus pelecehan seksual yang terjadi baik di dalam maupun luar kampus. Mahasiswa dapat berkonsultasi secara gratis yang dapat dihubungi melalui Whatsapp atau dapat langsung datang ke kantor administrasi help center yang terletak di gedung Student Center lantai satu, kampus C Universitas Airlangga.

Oleh karena itu, sebagai seorang remaja khususnya mahasiswa di UNAIR ditekankan untuk lebih banyak menggali informasi mengenai pendidikan seksual, sebab tidak sedikit yang menganggap hal ini tabu. Sebenarnya pendidikan seksual merupakan suatu pendidikan yang penting untuk ditanamkan sedari dini, karena menjaga diri sendiri dari berbagai jenis pelecehan seksual merupakan hal yang sulit. Meskipun seorang mahasiswa dikatakan sebagai perkembangan menuju dewasa, tetap saja pendidikan seksual harus diberikan, dengan tujuan untuk memberikan pembekalan pengetahuan serta membuka wawasan yang lebih luas bagi mahasiswa seputar pendidikan dan pelecehan seksual.

Di tengah perdebatan apakah pendidikan seksual itu sebenarnya penting atau tidak, perlu diketahui bahwa kita perlu meluruskan banyak sekali hal. Kita dibiasakan untuk tidak bertanya macam-macam, dilarang untuk mencari tahu perihal pendidikan seks. Seakan ketidaktahuan itu tidak apa-apa dan wajib untuk tidak mengetahui apa-apa. Padahal, ketidaktahuan kita bisa berakibat fatal pada keputusan-keputusan yang kita ambil seiring beranjak dewasa.

Semakin maraknya sosialisasi mengenai pendidikan seksual, maka akan semakin menurun juga kecenderungan seseorang dalam melakukan kekerasan seksual. Pendidikan seksual yang dilakukan secara komprehensif sejak dini hingga anak masuk ke perguruan tinggi akan menjadi strategi efektif untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan seksual, termasuk di kampus. Dengan adanya pendidikan tersebut, kita akan dengan mudah memahami dan mengetahui mana-mana saja perilaku yang termasuk ke dalam pelecehan seksual sehingga memiliki keterampilan untuk menolak dan melawan pelaku. Selain itu, pendidikan seksual yang berfokus pada persetujuan ketika bersentuhan maupun berhubungan dengan orang lain atau yang umumnya disebut consent juga berperan penting, karena pendekatan yang dilakukan berbasis pada hak asasi manusia. Hasilnya, pendidikan seksual di kemudian hari akan mampu melahirkan generasi muda yang mandiri dalam menentukan pilihan dan berani bertanggung jawab.

Maka dari itu, sangat penting untuk mengajarkan kepada anak pentingnya pendidikan seks sejak dini dengan harapan agar dapat diingat sampai mereka beranjak dewasa nanti. Dalam pendidikan seks anak-anal dibekali dengan akibat, resiko, dan bahaya dari tindakan pelecehan seksual, penyakit menular seksual, hingga hamil di usia muda. Berbagai hal ini dapat membuat anak belajar menolak saat berhubungan seks beresiko, dan mengurangi terjadinya pelecehan seksual.

Selain pendidikan mengenai kesehatan fisik maupun mental yang akan terganggu, pendidikan mengenai pentingnya berani melaporkan dan menindaklanjuti sebuah kasus yang terjadi juga harus ditanamkan. Karena permasalahan seperti itu, dimana terdapat pihak-pihak yang mampu melapor memutuskan untuk tidak melapor karena rasa takut, hal itu menyebabkan permasalahan pelecehan seksual tidak dapat segera dituntaskan dan terus terjadi secara berkelanjutan. Pada dasarnya, yang dapat berperan untuk menuntaskan permasalahan seperti ini bukan hanya pihak kepolisian, namun juga ada peran masyarakat yang memberanikan diri untuk speak up dan melaporkannya pada pihak yang berwajib.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun