Mohon tunggu...
Fadillah MandaPermata
Fadillah MandaPermata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa yang kini tengah menempuh pendidikan di UPI kampus CIbiru. Saya menyukai hal-hal yang bersifat memperjuangkan hak wanita, kesetaraan gender, dan menyuarakan anti kekerasan seksual. " Don't scared, be scared girl "

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perkembangan Budaya sebagai Ruh Pendidikan Manusia

17 Desember 2022   20:18 Diperbarui: 17 Desember 2022   20:25 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam sudut pandangan antropologi, manusia diciptakan menjadi manusia sebagai makhluk biologis dan makhluk  sosial, dimana manusia sebagai makhluk biologis memiliki unsur ruh, jiwa, dan pikiran. Disamping itu manusia yang diciptakan menjadi makhluk sosial selalu ingin menunjukkan eksistensinya dengan kemampuan berbeda-beda, tujuan berbeda, maupun ciri khas suatu manusia yang diberikan tuhan pun sudah berbeda. Cara setiap manusia menunjukkan eksistensinya berbeda karena beberapa faktor yang sudah dijelaskan, makan akan menimbulkan suatu masalah.

Masalah –masalah tersebut sebuah hasil dari orientasi hidup seseorang yang menjalani aktivitas sehari-ahri, dimana di dalam aktivitas tersebut manusia saling berkaitan dengan hidup, manusia berkaitan dengan alam, manusia dengan waktu, dan hubungan timbal balik antara manusia satu dengan manusia lain. Dimana masalah itu bisa diselesaikan dengan pendidikan, pada hakikatnya setiap manusia ingin mengalami perubahan. Perubahan itu sendiri bisa didapatkan melalui proses pendidikan. Melalui pendidikan manusia dapat mengontrol kemampuan, menentukan arah hidup, pengembangan potensi diri menjadi lebih positif serta pendidikan pun merupakan hal yang mutlak dipenuhi sepanjang hayat (Haderani,2018)

Meninjau kembali pendidikan, pendidikan sudah ada sejak zaman kerajaan terutama di Indonesia. Dari proses pendidikan tersebut menghasilkan sebuah budaya yang kita terapkan di kehidupan sehari-hari. Budaya itu sendiri merupakan buah hasil pikiran manusia.  Pendidikan hari ini sudah melupakan nilai-nilai budaya, dimana nilai-nilai tersebut mengandung sebuah moral. Pendidikan kita saat ini hanya terfokus pada kompetensi dan perlahan mulai memudar pendidikan karakter bangsa.

 Akibat krisis moral yang terjadi di sekitar masyarakat, perkembangan sosial dan kemerosotan moral menghalangi siswa untuk memahami dengan baik pentingnya pendidikan yang baik bagi diri mereka sendiri. Akibatnya, hal ini berdampak sangat kuat terhadap pendidikan moral siswa itu sendiri, banyak  putus sekolah, tidak mau sekolah, lebih memilih bekerja menghasilkan uang tanpa mengkhawatirkan pendidikan atau masa depan ,yang terpenting adalah bisa hidup dan menghasilkan uang ( Tanyid, 2014 )

Hilangnya pendidikan karakter tersebut tidak lain dikarenakan penanaman budaya leluhur mulai memudar, sangat disayangkan Indonesia dengan berbagai macam etnis, suku, dan bahasa pendidikan budaya justru melemah ditengah zaman yang kian hilang akal sehatnya. 

Dikatakan budaya merupakan ruh pendidikan, karena nilai terpenting kita melalui proses pendidikan adalah memiliki karakter pemimpin. (Soraya, 2020) Pentingnya pendidikan karakter dilatar belakangi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Sekarang generasi muda (bahkan  generasi yang lebih tua) memiliki kepribadian yang terkikis, keberadaan yang pudar dan kering. (2) Ada devaluasi nilai kehidupan yang diukur dengan uang yang dibutuhkan oleh beberapa alat pembenaran. (3) Karakter merupakan salah satu bagian dari diri manusia yang menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan warga negara dalam suatu bangsa.(4) Oleh karena itu pendidikan karakter menitikberatkan pada nilai-nilai melalui pembudayaan dan kesadaran untuk membentuk manusia seutuhnya.dianggap sebagai suatu proses dari persepsi pribadi.

Profesi guru dan karakter bangsa, serta guru  dengan segala tugas dan peranannya, mempunyai peran strategis dan sangat penting untuk memutuskan dan mempertahankan karakter  bangsa sebagai dasar identitas bangsa  yang bermartabat. Sosok manusia yang menjadi dasar pembentukan karakter bangsa disandang oleh  sosok guru yang menjunjung tinggi profesionalismenya dan menganut sistem nilai yang membimbing bangsa sebagai pendidik karakter. Oleh karena itu, pemuliaan karaktermembutuhkan karakter ( Hanafi, 2017 ).

Karakter pemimpin adalah nilai moral penting yang harus diajarkan kepada anak-anak, terutama mahasiswa dengan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) mendidik bukanlah hanya sekedar mengajarkan pengetahuan lebih dari itu mendidik moral adalah hal terpenting dari tugas seorang guru, karena nilai moral akan dibawa oleh peserta didik kemanapun ia melangkah.Karena pendidikan saat ini hanya terfokus pada kompetensi meninggalkan nilai-nilai pelajaran seperti budaya dan moral. Seorang filsuf pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa untuk menghasilkan seorang manusia yang berinovasi dan memiliki karakter hal pertama yang harus dijelaskan oleh seorang guru adalah moral.

Namun berbeda terbalik dengan keadaan saat ini, dimana nilai moral selalu diabaikan sehingga banyak sekali kasus para manusia bergelar profesor dan doktor terjerat kasus-kasus korupsi, karena nilai moral dalam dirinya sudah hilang. Kurikulum merdeka merupakan gambaran bagaimanan kompetensi dijunjung tinggi, siswa dituntut untuk kritis, kolaborasi, dan kreatif yang mengarah pada pendidikan liberalisme.Selanjutnya kita melupakan budaya leluhur yang mengandung banyak sekali pepatah hidup, apalagi di era sekarang budaya dianggap kuno banyak khalayak muda menghindari hal tersebut dan lebih menyukai budaya kebarat-baratan. Untuk itu sekolah sebagai lembaga pendidikan harus menyuarakan hal-hal tersebut karena manfaatnya dapat dirasakan oleh semua.

Menurunnya peran guru dan kembalinya peran implementers guru memicu dampak negatif dan positif. Salah satu dampak negatif penerapan kurikulum adalah guru cenderung pasif, kurang kreatif dan hanya mengandalkan petunjuk yang disiapkan oleh pusat. Peran guru yang demikian tentu melemahkan kreativitas dan inovasi guru (Alawiyah, 2013).  Terutama tugas guru pada hari ini terkesan seperti operator kurikulum saja walaupun dengan tagline merdeka belajar, dimana guru harus melakukan pelatihan-pelatihan terus menerus ketika adanya perubahan kurikulum dari pemerintah, membuat suasana di sekolah menjadi tidak efektif karena fokus guru terpecah belah dengan adanya pelatihan, pengajaran, dan berbagi tuntutan lain dalam pekerjaan.

Dunia memang menuntut kita untuk terus berkembang akan tetapi, jika Sumber Daya Manusia (SDM) hanya kompeten dibidang kompetensi saja sama saja dengan mengajarkan kemunafikkan, karena dimanapun adab harus tetap lebih tinggi dari ilmu itu sendiri. Adapun faktor- faktor yang bisa memicu lahirnya insan yang tak bermoral.

Keegoisan, egois merupakan lawan kata dari bersama. Dari kata bersama kita sudah diajarkan untuk hidup bergotong royong dengan sesama, namun buktinya nilai tersebut sudah mulai memudar sehingga budaya egois tumbuh diantara generasi sekarang. Keegoisan sendiri sangat berdampak pada buruk pada diri sendiri dan orang lain, bayangkan betapa menyedihkan ketika ada teman sedang kesusahan dan membutuhkan bantuan kita namun dengan sifat egois itu menjadi tembok penghalang untuk saling membantu, karena pikiran dan hatinya tertutup hanya ada untuk diri sendiri.

Arogan, sifat ini menunjukkan kesombongan atas sesuatu yang seharusnya dibicarakan. Karena setiap manusia mempunyai kelebihan masing-masing. Menyombongkan diri dengan memandang rendah orang lain akan membawa kita pada kufur nikmat yang tuhan berikan, bagaimana tidak sifat sombong itu menjadikan orang lain tak mau berhubungan dengan kita, akan berdampak buruk untuk diri sendiri, karena di masa ini kita harus memperluas relasi dimanapun sehingga pribadi dengan sifat seperti itu cenderung tak memiliki banyak relasi.

            Jauh dengan sang pencipta, ini adalah bagaimana hubungan manusia dengan tuhannya. Dimana apapun yang terjadi adalah kehendaknya, sudah seharusnya manusia menjauhi larangannya dan mendekat pada ketaqwaan agar selamat dunia dan akhirat, pribadi yang jauh dengan tuhannya akan mencerminkan bagaimana ia memperlakukan ciptaan tuhan lain senantiasa membawa orang disekelilingnya kepada keburukan.

 Pribadi yang seperti ini selain tidak disukai oleh pribadi lain ia juga tidak disukai oleh tuhannya. Berkat ia hidup selama ini selain campur tangan sekeliling, tuhan lah yang berperan besar. Dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta akan tumbuh karakter baik seorang manusia, karena benteng keimanan yang kuat menjadi pengingat ia untuk terus berbuat kebaikan.

Apatis, sikap acuh tak acuh ini berbahaya sekali karena sempitnya pandangan terhadap wawasan, apapun yang berbeda dari pikirannya akan dianggap radikal. Sehingga membatasi pemikiran-pemikiran untuk membuahkan pengetahuan. Masyarakat apatis ini menganggu sekali untuk kebebasan berpendapat, bisa anda bayangkan jika pribadi apatis berada di lingkungan pendidikan walaupun tak ada larangan dan tak menutup kemungkinan bahwa mereka ada, akan membuat situasi pembelajaran yang menyenangka berubah menjadi ketegangan antara satu sama lain karena tak ada sikap ingin menerima pernyataan dari pribadi lain terkait suatu fenomena yang sedang dibicarakan di kelas.

Tidak toleransi, dihadapkan pada sebuah perbedaan sudah sepantasnya kita menerima perbedaan tersebut, di lingkungan pendidikan seperti universitas yang terdiri dari berbagai macam mahasiswa dari berbagai daerah, tidak membatasi diri untuk mengenal siapapun tanpa memandang etnis, warna kulit, bahasa dan lain-lain kita harus saling menghargai perbedaan tersebut apalagi kita tinggal di Indonesia. Sikap tidak toleransi terhadap sesama akan merugikan diri sendiri. Contohnya dihadapkan pada sebuah kelompok namun terdiri dari berbagai etnis kita tidak boleh memilah siapa yang menjadi anggota kelompok kita, siapapun harus kita anggap jangan terpaku pada teman dengan daerah yang sama. Karena dengan kita mencoba berteman dengan yang lain akan membuka wawasan dan saling bertukar cerita tentang gaya hidup dari daerah masing-masing.

Sikap – sikap diatas sepatutnya tidak kita terapkan dalam sehari-hari maupun dalam proses mengejar karir, karena sifa-sifat tersebut akan menutup diri kita terhadap sesuatu dan menghambat proses karir kita. Untuk mengembangkan pendidikan berlandaskan perkembangan budaya, harus diperhatikan sisi perkembangan moralitas anak dimana hal tersebut merupakan titik vital bagaimana kita mempertahankan bangsa serta kebudayaan yang ada di dalamnya.

Pemerintah, satuan pendidikan, sertaguru memiliki peluang untuk meningkatkan kualitas terutama pada tatanan pembelajaran. Karena bagaimanapun idealnya kurikulum, tidak akan bermakna bila tidak didukung kemampuan guru. Perlu diingat kembali untuk melahirkan seseorang yang berkarakter harus pula di didik dari seorang yang berkarakter, pengembangan profesionalitas guru harus diperhatikan agar proses untuk menghdiupkan kembali nilai moral yang terkandung dalam budaya dapat tumbuh dan terus berkembang ke arah yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

 

Haderani, H. (2018). Tinjauan Filosofis Tentang Fungsi Pendidikan Dalam

Hidup Manusia. Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1).

Tanyid, M. (2014). Etika dalam pendidikan: Kajian etis tentang krisis

moral berdampak pada pendidikan. Jurnal Jaffray, 12(2), 235-250.

Soraya, Z. (2020). Penguatan Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban

Bangsa. Southeast Asian Journal of Islamic Education Management, 1(1), 74-81.

Hanafi, M., & Rappang, S. M. (2017). Membangun Profesionalisme Guru Dalam

Bingkai Pendidikan Karakter. Jurnal Ilmu Budaya, 5(1), 35-45.

Alawiyah, F. (2013). Peran guru dalam kurikulum 2013. Aspirasi: Jurnal 

Masalah-Masalah Sosial, 4(1), 65-74.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun