Mohon tunggu...
fadilla zennifa
fadilla zennifa Mohon Tunggu... -

jika uang masih berkuasa takkan ada yang namanya damai. jika uang membuat orang terhormat maka korupsi tetapkan menjadi pekerjaan primadona jika uang dianggap tinggi daripada ilmu maka kebodohan akan terus berceceran.. 10 tahun lagi aku akan mendirikan sekolah. sekolah tempat anak-anak yang benar-benar ingin belajar bukan sekedar mencari nilai, sekolah tempat orang-orang cerdas dipinggirkan menjadi membanggakan sekolah tempat anak-anak idiot menjadi jenius sekolah tempat anak-anak autis dapat bangga dengan ciri mereka sekolah tempat orang-orang yang jujur dapat mengembangkan bakatnya.. agar dunia tahu.. uang bukanlah segalanya harta bukanlah segalanya tapi iman cinta ilmu dan kekreatifan yang merupakan penguasa amiin

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Melihat Konser Paramore di Tokyo dari Dekat

23 Februari 2018   10:33 Diperbarui: 23 Februari 2018   19:30 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Sambil nungguin bos Res yang belum datang-datang (plan nya si om ini ganti), saya akhirnya mengatasi kebosanan dengan datang ke lokasi konser. Di sana saya melihat ada antrian, berhubung saya gak bisa baca kanji, saya tanyakan ke bos Res menganai antrian ini.

Antri aja duluan, tiket gw tinggal

Yaudah sih, awalnya kalau memang si bos Res telat banget datangnya saya bakal antri duluan (dengan nekad-nekadtin diri). Ternyata pas ikutan antri, itu adalah antrian untuk beli merchandise. Awalnya saya gak jadi ikut antrian, namun 10 menit setelahnya saya ikutan antri. Kenapa? Bosan. Ya lagian ngapain tanggung-tanggung datang ke konser band favorite yang ga tau kapan lagi bakal saya datangin.  (April ini udah tahun akhir PhD bro, tahun depan mana tau saya udah di tempat lain dengan "penjara" yang lain. Mumpung masih "bebas" yaudah lah ya....)

Antrian dah kelar, merchandise udah di tangan. Dan gak ada berita bahwa konser bakal dibatalkan. Yay!! tebakan bener.. Namun ada yang salah... Ternyata masuk ke area konser beneran berdasarkan nomor tiket yang tertera. Untung aja nomor saya masih di range yang sama dengan nomor bos Res. Jadi bisa bareng dengan Bos Res (yang akhirnya datang juga ke lokasi). Bos Res itu badannya besar, kuat. ciri khas Mensana in corpore sano lah.. :D plus bahasa Jepangnya jauh lebih jago dari saya.

 Nomor apakah ini?

Paramore in action, sumber : twitter paramore music

Berhubung ini pengalaman perdana konser indoor, kami gak tau bagaimana kondisi di dalam ruangan. Setelah membeli minuman, ternyata kondisi di dalam sudah padat oleh penonton. Tapi untung aja kita bisa sampai ke-tengah. Yaa, walau sesuai prediksi saya, badan saya yang kecil ini bakal kehalang makhluk-makhluk tinggi berbatang. Setelah band pembuka beraksi (Survive said the prophet), mulailah Paramore yang beraksi. Pada lagu kedua, saya terpisah dengan bos Res,  saya sempat dengar kata-kata "terakhir" bos res:

ga bisa gerak lu kalau di sana

Dan kejadian.. cukup kampret sih... lagu kedua, dengan musik ignorance yang super itu dan kemeriahan para fans  saya "kegencet". Pengen maju ke depan gak bisa, karena ada besi yang ngalangin  (kampret tuh besi), pengen mundur ke belakang ga bisa. Ada batang!! (if you know what I mean) yaudah dengan kondisi kaya gitu, mampusin aja. Kaya kata bos res

untuk kebahagiaan, gak peduli gender

Sambil loncat-loncat, saya pun mulai atur strategi geser ke kanan. (Karena maju kena, mundur kena), et pas geser ke kanan, ada cewek Jepang dua orang yang ekspresinya nyolot banget, kaya mau dorong saya balik. (sayang ekspresi mereka nempel banget di otak saya, kalau ga inget saya orang asing, residence card lagi ilang, beeh... bakal saya bales). Eh lagi loncat-loncat, taunya ketemu lagi ama bos Res. Yaudah selama konser berlangsung, saya memutuskan untuk gak jauh-jauh lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun