Mohon tunggu...
Fadila TsaniSalsabila
Fadila TsaniSalsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

draw

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerajaan Sumedang Larang, Mengapa Bukan Kesultanan?

16 Juni 2023   12:09 Diperbarui: 16 Juni 2023   12:14 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berkaitan dengan judul diatas,saya yakin bahwa kita semua sudah tidak asing dengan mata pelajaran sejarah,jika di jenjang SD dan SMP pelajaran sejarah ini ada dalam cakupan mata pelajaran Ilmu Pendidikan Soial.

Pada buku penunjang pembelajaran,disana seringkali kita menemukan pembahasan mengenai sejarah dan perkembangan kerajaan-kerajaan di Indonesia, meskipun memang cakupan didalamnya tidak dibahas secara keseluruhan.

Namun, pastinya disana kita menemukan bahwasanya kebanyakan kerajaan yang awalnya menganut ajaran Hindu-Budha dan beralih kepada ajaran syariat Islam,dalam status politiknya kerajaan tersebut berubah menjadi kesultanan.Misalnya saja seperti Kesultanan Cirebon,Mataram, maupun Kesultanan Banten.

Namun berkaitan dengan hal tersebut,hal ini tidak berlaku di Kerajaan Sumedang Larang,padahal dalam perkembangannya para raja di kerajaan ini banyak yang sudah menganut ajaran syariat Islam,lalu mengapa tidak berubah menjadi kesultanan ? Sebelum kepada inti pembahasan, pertama-tama mari kita bahas beberapa pembahasan mengenai Sejarah Kerajaan Sumedang Larang terlebih dahulu.

Sejarah Singkat Kerajaan Sumedang Larang

Secara historis kerajaan Sumedang Larang merupakan pecahan dari kerajaan Sunda-Galuh. Sejarah kerajaan Sumedang Larang ini berawal dari perjalanan Aria Bima Raksa beserta beberapa anggota keluarganya.Saat itu, sampailah mereka disebuah lahan kosong di daerah Leuwi Hideung kecamatan Darmaraja.

Disana mereka mendirikan sebuah Gubug sebagai tempat berlindung.Saat itu dalam perkembangannya berdilah padepokan Tembong Agung di abad ke-12 di Kampung Muhara yang kelak akan berkembang menjadi kerajaan. Saat itu Prabu Guru Aji Putih mampu membawa perubahan-perubahan dalam tata kehidupan masyarakat setempat yang telah ada dan dirintis oleh Aria Bimaraksa.

Saat itu seiring dengan proses perkembangannya, Kerajaan Tembong Agung berada dalam lingkaran situasi dan kondisi pengaruh kerajaan-kerajaan besar di Tatar Sunda.Saat Prabu Guru Aji Putih meninggal dunia, kepemimpinan kerajaan dilanjutkan oleh Batara Tungtang Buana atau yang lebih dikenal dengan Prabu Tajimalela,yang merupakan anak sulung dari Prabu Guru Aji Putih.Dibawah kekuasaannyalah Kerajaan Tembong Agung berubah nama menjadi Sumedang Larang.

Masuknya Ajaran Islam

Adapun mengenai penyebaran ajaran syariat Islam di kerajaan Sumedang Larang ini,berawal ketika berlangsungnya penikahan antara Pangeran Santri dengan Ratu Pucuk Umun,saat itu intensitas keislaman melonjak lebih tinggi, meskipun memang pada sebelumnya di Sumedang Larang sudah mengenal ajaran ke-Esaan,namun memang dari penyebaran syariat islam ditingkatkan pada masa Pangeran Santri.Berlangsungnya pernikahan ini cukup memiliki pengaruh dalam proses penyebaran syariat Islam di Kerajaan Sumedang Larang dan semakin berkembang di masa-masa berikutnya.

Mengapa bukan kesultanan ?

Berkaitan dengan hal tersebut, sebenarnya pembahasan ini ditulis berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Lucky yang merupakan salah satu nonoman keraton sekaligus ketua Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang Museum Prabu Geusan Ulun di Sumedang.

Menurutnya,saat itu meskipun raja-raja Sumedang larang banyak yang menganut Islam,namun bentuk kerajaannya tidaklah berubah,karena saat itu kerajaan Sunda memiliki esensi nilai dan tata kelola nilai sendiri,selain itu dalam kerajaan Sunda keyakinan seseorang bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan dalam tata kelola negara.Bagi kerajaan Sunda urusan keyakinan adalah urusan individu dengan maha pencipta.

Selain itu sebuah kesultanan pastinya memiliki sebuah visi dan misi tertentu,yaitu islamisasi,karena kesultanan sendiri merupakan bentuk penisbatan dari kerajaan Islam dunia (ottoman).Sedangkan di kerajaan Sunda,hal tersebut tidaklah sesuai dengan esensi nilai-nilai Sunda sendiri,karena sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,dimana dalam ajaran nilai-nilai Sunda keyakinan seseorang tidaklah bisa dipaksakan,karena nafas Islam sendiri tidaklah ada pemaksaan.Saat itu meskipun bukan kesultanan,tapi raja raja Sumedang sudah banyak yang menganut Islam.

Sehingga dalam ajaran Sunda baik agama apapun yang dianut itu adalah pilihan individu tidak harus dipaksakan kedalam satu golongan.Demikianlah pembahasan singkat mengapa Status Politik Kerajaan Sumedang Larang tidak berubah menjadi kesultanan.

Sumber :

Abdullah,Muhlis.2020.Huru Hara Majapahit & Berdirinya Kerajaan Islam di Jawa. Yogyakarta : Araskha Publisher.

Rd.Lucky Djohari.2022."Sejarah Sumedang Larang".Hasil wawancara Kelompok : 22 Juni 2022,Sekertariat Museum Prabu Geusan Ulun.

Thresnawaty,Euis.2011."Sejarah Kebudayaan Sumedang Larang" Jurnal Patanjala.3 (1) :157- 159.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun