Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Astuti (2023) menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang tidak sepenuhnya menyadari risiko kesehatan yang terkait dengan rokok, serta dampak sosial dan lingkungan dari kebiasaan tersebut. Oleh karena itu, selain melakukan upaya-upaya di atas, penting bagi mahasiswa itu sendiri untuk memiliki kesadaran penuh akan bahaya rokok dan menjauhi rokok, karena percuma saja jika mahasiswa sudah menyampaikan usulan peraturan larangan merokok kepada pemimpin kampus dan melakukan edukasi mengenai bahaya rokok jika mahasiswa itu sendiri masih merokok. Hal tersebut sama saja tidak ada gunanya, maka penting bagi mahasiswa untuk menghentikan kebiasaan merokoknya karena hal tersebut dapat merugikan banyak orang.
Meskipun mahasiswa memiliki peran vital dalam mewujudkan lingkungan bebas rokok di kampus, hal tersebut tidak dapat terwujud jika tidak diikuti oleh kesadaran dari penghuni kampus yang lain. Anggapan bahwa tanggung jawab menciptakan lingkungan bebas rokok di kampus hanya terletak pada mahasiswa adalah pandangan yang sempit.Â
Kampus berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pengajaran, sekaligus sebagai sumber inspirasi dan ide kreatif. Kampus perlu mendukung tercapainya lingkungan bebas rokok dan menciptakan kenyamanan bagi seluruh penghuninya. Sebagai komunitas, kampus akademik hendaknya menjadi tempat di mana seluruh civitas akademika berkontribusi dalam menjaga kesehatan dan kenyamanan bersama. Oleh karena itu, usaha untuk mewujudkan kampus bebas rokok adalah tanggung jawab kolektif yang melibatkan mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan pimpinan kampus.Â
Setiap pihak memiliki peran penting dalam menciptakan suasana yang mendukung pembelajaran dan aktivitas lainnya, namun kenyataannya masih banyak perokok yang merokok di lingkungan kampus yang disebabkan karena rendahnya kesadaran akan bahaya merokok, terutama di kalangan mahasiswa.Â
Dalam hal ini, himbauan dari dosen selama proses belajar mengajar saja tidak cukup untuk mengubah perilaku, karena masih banyak mahasiswa dan karyawan yang mengabaikan kenyamanan dan keamanan kampus. Keberhasilan upaya penerapan lingkungan bebas rokok di kampus perlu dimaksimalkan dengan dukungan penuh dari pimpinan kampus. Pimpinan kampus memiliki peran kunci dalam merumuskan kebijakan, menyediakan fasilitas yang diperlukan, serta melakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada seluruh anggota civitas akademika. Pimpinan kampus tidak hanya berfungsi sebagai pembuat kebijakan, tetapi juga sebagai penggerak dalam menciptakan kampus yang sehat dan bebas dari asap rokok.
Mewujudkan kampus bebas rokok membutuhkan kerja sama dari semua pihak kampus dan tidak dapat dilakukan perseorangan, karena rokok merupakan tantangan besar bagi generasi zaman ini yang sulit diselesaikan. Hal tersebut dikarenakan limbah puntung rokok yang sulit terurai yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan juga asap rokok yang dapat menyebabkan polutan yang berbahaya bagi kesehatan semua penghuni kampus dan lingkungan kampus.Â
Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan bebas asap rokok di kampus. Dengan menjadi teladan dan berpartisipasi aktif dalam program kampus, mahasiswa dapat menjadi penggerak terciptanya lingkungan yang sehat dan nyaman tanpa asap rokok. Akan tetapi, upaya ini tidak dapat berjalan sendiri, dukungan, kontribusi, kolaborasi, dan kesadaran kolektif dari seluruh elemen kampus sangat diperlukan. Hal tersebut dikarenakan lingkungan bebas rokok di kampus bukan merupakan tanggung jawab mutlak mahasiswa, melainkan hasil kolaborasi antara mahasiswa dengan tenaga kependidikan. Melalui kolaborasi yang baik, maka lingkungan tanpa asap rokok ini dapat berjalan serta mencerminkan komitmen bersama terhadap kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik.
Referensi
Irianty, H., & Hayati, R. (2019). Gambaran perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Kampus XXX. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(2), 306-321. https://doi.org/10.31850/makes.v2i2.175Â
Siagian, H., Imran, L., Nirawaty, N., & Perwitasari, P. (2024). Analisis Perilaku Merokok, Dampak Kesehatan dan Strategi Pengendalian Tembakau. Jurnal Kesehatan Terapan, 11(1), 29-40.
Anantama, A., Wantoro, A., Ahmad, I., Puspaningrum, A. S., Deviana, L. P., & Maharani, M. B. (2022). Implementasi Metode Fuzzy pada Sistem Sirkulasi Udara Berbasis Internet of Things. Jurnal Teknik dan Sistem Komputer, 3(2), 56-66. https://doi.org/10.33365/jtikom.v3i2.2346