BURHANI
Pendekatan Burhani mengutamakan penggunaan akal, logika, dan metode ilmiah untuk memahami fenomena klimatologi. Dalam pendekatan ini, orang diajak untuk melakukan penelitian, pengamatan, dan analisis ilmiah terhadap perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya. Karena Al-Qur'an dan Hadis telah menjelaskan banyak fenomena klimatologi, pendekatan Bayani menggunakannya sebagai sumber utama untuk memahami mekanisme alam. Alam digambarkan sebagai bukti kekuasaan-Nya dengan cara yang teratur, damai, dan menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Contoh :
Salah satu contohnya yaitu, Pendekatan Burhani dalam klimatologi dapat dilihat dalam penelitian tentang perubahan iklim dan pemanasan global. Ilmuwan menggunakan data suhu dan gas rumah kaca untuk memahami bagaimana tindakan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi meningkatkan suhu bumi, yang dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir, kekeringan, atau badai besar.
Contoh lainnya adalah siklus air dalam atmosfer. Ilmuwan memahami bagaimana air menguap, membentuk awan, dan akhirnya turun sebagai hujan dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika dan meteorologi. Dalam bidang manajemen sumber daya air, seperti perencanaan irigasi dan mitigasi bencana kekeringan, pengetahuan ilmiah ini bermanfaat.
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
- Penggunaan energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin, untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi dampak perubahan iklim
- Menggunakan kendaraan listrik, yang lebih ramah lingkungan daripada kendaraan berbahan bakar fosil karena tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca berbahaya bagi atmosfer.
- Teknologi yang lebih efisien, seperti sistem pengairan tetes pertanian, menghemat air dan energi.
- mengembangkan metode yang ramah lingkungan untuk mengelola limbah dan penggunaan bahan ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari
IRFANI
Pendekatan Irfani berpusat pada pemahaman melalui pengalaman batin, spiritualitas, dan intuisi. Pendekatan ini menekankan bahwa fenomena alam seperti perubahan iklim, hujan, angin, dan bencana alam adalah tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Pendekatan ini mengajak manusia untuk merenung, memahami hikmah, dan lebih menyadari tugasnya sebagai khalifah di bumi. Dengan perenungan spiritual, manusia dapat memahami bahwa menjaga alam adalah bagian dari penghambaan kepada Allah.
Pendapat para ulama :
1. Al-Ghazali: Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa alam semesta adalah gambaran kebesaran Allah dan bahwa setiap fenomena alam mengandung hikmah yang hanya dapat dipahami melalui perenungan batin yang mendalam. Menurut Al-Ghazali, memahami fenomena alam bukan hanya dengan akal (ilmu pengetahuan), tetapi juga dengan hati yang bersih dan menyadari kehadiran Allah.
2. Ibnu Arabi: Alam adalah "tajalli" atau manifestasi dari sifat-sifat Allah. Dengan bantuan intuisi spiritual, manusia dapat memahami bahwa alam adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Fenomena alam seperti hujan, angin, dan bencana adalah tanda kehadiran Allah yang mengajak manusia untuk kembali kepada-Nya.
3. Fazlur Rahman: Fazlur Rahman percaya bahwa pendekatan spiritual atau Irfani harus dikombinasikan dengan pendekatan ilmiah. Ia menekankan bahwa ayat-ayat kauniyah (fenomena alam) harus dipikirkan untuk menemukan hikmah di baliknya. Mereka harus menggunakannya sebagai pedoman untuk menjaga keseimbangan alam sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap Allah.