Pernah mendengar istilah santet ? pasti langsung terlintas fikiran “ membunuh tanpa menyentuh “ sangat mengerikan bukan?. Santet sendiri dapat diartikan sebagai upaya seseorang dalam mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam ( teluh ). Santet dilakukan menggunakan beragam jenis media antara lain rambut, foto, boneka, dupa, rupa-rupa kembang, paku dan lain-lain. Seseorang yang terkena santet hendak mempunyai akibat cacat atau berpulang. Santet sering di lakukan orang yang mempunyai dendam karena sakit hati kepada orang lain.
Di Banyuwangi, ada satu suku yang paling disegani, bahkan sampai ke luar negeri loh. Suku Osing, namanya. Suku Osing merupakan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Konon asal muasal suku ini adalah keturunan rakyat Kerajaan Blambangan yang mengasingkan diri pada zaman Majapahit. Ilmu santet suku osing biasa digunakan untuk tujuan balas dendam sampai si musuh meninggal (santet merah), bikin orang lain suka (santet kuning), dan melancarkan usaha (santet putih).
Bagi Suku Osing budaya santet ini masih melekat di kehidupan masyarakat saat ini. Bahkan, Suku Osing ini dikenal dengan kekuatan santet yang mengerikan sampai dijuluki sebagai kota santet. Dikarenakan sejak peristiwa memilukan, yaitu 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.
Mantra – mantra masyarakat Banyuwangi ini memiliki keunikan yang berbeda dari mantra-mantra etnik lain, yaitu terletak dalam pembagian mantranya yang tidak hanya dibagi berdasarkan ( magi hitam & magi putih ) melainkan dibagi 4 macam mantra .
4 jenis mantra santet Banyuwangi :
Santet hitam
Mantra magi hitam yaitu mantra yang dijiwai dengan nilai-nilai kejahatan dan digunakan untuk kejahatan pula. Korban dari mantra magi hitam ini tidak hanya akan kehilangan nyawanya, tetapi juga harta bendanya.
Yang tergolong dalam mantra magi hitam adalah bantal nyawa, bantal kancing, cekek, sebul dan setah kuburan.
Santet merah
Mantra magi hitam ini tidak didasari oleh hati nurani tapi biasanya didorong oleh hawa nafsu. Tujuannya yaitu agar si korban tersiksa batin maupun fisiknya, tapi kefatalannya tidak semengerikan magi hitam.
Yang tergolong mantra magi merah adalah jaran goyang, siti henar, semut gatel, bantal guling, gombal kobong dan polong dara.
Santet kuning
Mantra magi kuning adalah mantra yang didasari ketulusan hati dan maksud yang baik, biasanya hanya terbatas hubungan antarindividu. Mantra ini biasanya digunakan agar disenangi dan dicintai manusia / binatang.
Yang tergolong mantra magi kuning adalah sabuk manggir, si gandrung mangu-mangu prabu kenya, puter giling, semar mesem, damar wulan, ambar sari, si kumbang jati dan tes putih – tes abang.
Santet putih
Mantra magi putih Adalah mantra yang dijiwai oleh nilai-nilai kebaikan dan digunakan untuk tujuan kebaikan.
Mantra ini digunakan untuk menetralisasi praktik mantra magi hitam dan merah, baik untuk penyembuhan maupun penolak bala.
Mantra yang tergolong magi putih adalah semua mantra yang digunakan untuk penyembuhan atau pengobatan dan pencegahan atau penolak bala.
Ada beberapa cara penanggulangan santet, antara lain:
Pertama, dengan cara tidur di lantai yang langsung menyentuh bumi. Jika menggunakan alas tidur tidak lebih dari 15 cm. Dengan tidur di lantai, maka santet kesulitan masuk karena terhalang muatan (-) dari bumi.
Kedua, membuat alat elektronik yang mampu memancarkan gelombang bermuatan (-). Mahluk halus, jin, santet, dan lain-lain akan menjauh jika terkena getaran alat ini. Tetapi kelemahan alat ini tidak mampu mendeteksi makhluk baik dan jahat ia akan mengenai mahluk apa saja.
Ketiga, melakukan gerakan senam khusus, yakni tapak kaki harus menyentuh bumi. Gerakan senam ini hanya punya satu gerakan inti. Jadi, mudah sekali dilakukan oleh anak-anak hingga orang tua. Selain untuk penyembuhan berbagai penyakit medis yang sulit sembuh, senam ini cukup banyak menyelesaikan kasus santet juga. Gerakan ini murni senam, tanpa mantra atau pernafasan khusus.
Keempat, menanam pohon atau tanaman yang memiliki muatan (-). Bagi yang peka spiritual, aura tanaman ini adalah terasa “dingin”. Pohon yang memiliki muatan (-) di antaranya: dadap, pacar air, kelor, bambu kuning, dan lain-lain. Tanaman sejenis ini sangat tidak disukai mahluk halus. Biasanya tanaman bermuatan (-) ini tidak mencengkram terlalu kuat di tanah (bumi) dibandingkan dengan tanaman bermuatan (+). Lain halnya dengan pohon yang memiliki muatan (+) seperti pohon asem,beringin, belimbing, kemuning, alas randu, dan lain-lain akan menarik mahluk halus dan sering kali dijadikan tempat tinggal. Hal ini dikarenakan ada gaya tarik-menarik antara pohon (+) dan makhluk halus (-) sesuai hukum C Coulomb.
Suku Osing yang kental dengan adat, tradisi, dan budayanya hingga saat ini masih menjaga dan mempertahankan nilai-nilai leluhur mereka. Termasuk tradisi ilmu santet Banyuwangi yang dikatakan memiliki kekuatan supranatural yang luar biasa.
Lebih dari itu, percaya atau tidak semua kembali pada diri dan kepercayaan masing-masing. Budaya dan tradisi tidak pernah salah, dan kita sebagai pengedali estafet budaya Indonesia lebih baik jika menjaganya.
Sumber Bacaan :
[1] Saputra, Heru S.P. 2001. “ Tradisi Mantra Kelompok Etnik Osing Banyuwangi “ dalam Humaniora Volume XIII.
[2] Suprapto, Hadi. 2020. Mengenal Suku Osing di Banyuwangi, dari santet hingga jaran goyang.
https://www.hops.id/jaran-goyang-suku-osing/ ( diakses tanggal 13 Oktober 2021 )
[3] Herniti, Ening.2012. “KEPERCAYAAN MASYARAKAT JAWA TERHADAP SANTET, WANGSIT, DAN ROH MENURUT PERSPEKTIF EDWARDS EVANS-PRITCHARD ” dalam Jurnal Bahasa Peradaban Dan Informasi Islam Vol 13, no 2. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisutjipto Yogyakarta 55281.
Profil Penulis
FADILA MITA SOFIANA, lahir di Boyolali, 09 Juli 2003. Mahasiswa S1 Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. WA: 0881 2875 181 , IG: @fad_msa.. Surat menyurat : fd441219@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H