Mohon tunggu...
Fadiatul Ismaniah
Fadiatul Ismaniah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Universitas Jember

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Money

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indonesia Mengimpor Kedelai Luar Negeri

18 Juni 2020   00:24 Diperbarui: 18 Juni 2020   00:29 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan 

Kedelai merupakan tanaman pemenuh kebutuhan pangan yang memiliki banyak kandungan gizi. Namun, kedelai bukan merupakan komoditas asli Indonesia. Kedelai merupakan komoditas negara subtropis seperti Amerika, Brazil, China, dan India (Mahdi N.N. dan Suharno, 2019). Oleh karena itu, produksi kedelai di Indonesia tidak terlalu tinggi.

Selain itu, kedelai bukan merupakan budidaya utama petani dalam pemenuhan kebutuhan pangan seperti padi dan jagung. Hal tersebut karena kurangnya minat petani dalam membudidaya tanaman kedelai.

Kurangnya minat petani dalam membudidaya kedelai mengakibatkan produksi kedelai di indonesia belum mampu untuk memenuhi permintaan kedelai dalam negeri.

Konsumsi kedelai di Indonesia sangatlah tinggi. Konsumsi kedelai di Indonesia terbilang tinggi karena setiap tahun terjadi peningkatan permintaan kedelai untuk diolah menjadi bahan pangan sumber protein nabati.

Tingginya permintaan tidak diimbangi dengan produksi yang dihasilkan di Indonesia sehingga Indonesia banyak mengimpor kedelai dari negara luar seperti Amerika.

Tentu hal ini mempengaruhi tingkat permintaan kedelai dari negara luar. Impor kedelai ini tidak serta merta tanpa adanya pertimbangan.

Tentunya Indonesia memiliki alasan mengapa harus mengimpor dari negara luar. Alasan-alasan tersebut menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap harga serta penjualan kedelai lokal di Indonesia. Berikut data konsumsi kedelai di Indonesia.

Tabel 1.1 Data Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2015-2020

Berdasarkan data diatas, pertumbuhan konsumsi kedelai meningkat setiap tahunnya, meskipun tidak terlalu signfikan. Perkembangan penduduk juga meningat seiring dengan meningkatnya konsumsi nasional yang meningkat drastis dari tahun 2019 sampai 2020.

Peningkatan konsumsi kedelai meningkatkan impor kedelai di Indonesia. Faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia banyak mengimpor kedelai dari luar negara. Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia mengimpor kedelai dari luar negara.

Pembahasan

Kedelai merupakan bahan pokok olahan yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Olahan kedelai beragam, dari tempe, tahu, kecap, dan lain-lain. Banyaknya olahan dari kedelai ini meningkatkan permintaan para konsumen sepanjang tahun. Tingginya permintaan ini tentu harus diimbangi dengan produksi kedelai yang tinggi juga di Indonesia.

Namun, produksi kedelai di Indonesia belum cukup memenuhi kebutuhan permintaan. Hal ini terjadi karena daya tarik petani dalam membudidaya kedelai juga masih kurang. Selain itu kualitas juga mempengaruhi permintaan kedelai lokal.

Masyarakat lebih senang menggunakan kedelai luar negeri dibanding dengan kedelai lokal. Kualitas kedelai luar lebih unggul dan menjamin apabila dikelola ulang. (Budhi G. S dan Aminah M, 2010). Berikut data impor kedelai di Indonesia berdasarkan negara asal.

Tabel 2.1 Data Impor Kedelai Berdasarkan Negara Asal.

Sumber: Badan Pusat Statistik
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat impor kedelai tiap tahunnya mengalami peningkatan. Negara Amerika Serikat menjadi penyumbang impor tertinggi diantara negara lainnya dengan total 2.513.311,4 pada tahun 2019. Produsen kedelai menaruh minat yang cukup tinggi terhadap kedelai luar negeri dengan banyak pertimbangan di banding dengan kedelai lokal.

Kedelai luar negeri memiliki polong yang lebih banyak dibanding lokal. Selain itu, biji kedelai luar negeri lebih besar dibanding dengan biji kedelai lokal. Perbedaan polong kedelai antara lokal dengan luar dipengaruhi dengan genetik kedelai sendiri.

Kedelai luar negeri memiliki genetik kedelai unggul dibanding lokal. Selain itu, lebih murah, ketersediaan di pasar melimpah, kualitas warna dan ukuran biji seragam, serta biji tidak tercampur kotoran. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para produsen olahan kedelai (Elisabeth D.A.A., Ginting E., dan Yulifianti R, 2017).

Faktor lain kurangnya edukasi kepada petani dalam teknik pembudidayaan kedelai menjadi daktor penghambat dalam menghasilkan kedelai yang berkualitas. Tidak sedikit petani yang mengalami gagal panen akibat kurangnya pengetahuan dalam membudidaya kedelai. Apabila Indonesia menginginkan kedelai dengan genetika unggul, maka harus menyilangkan dengan kedelai luar negeri. Hal ini tentu memakan waktu yang sangat lama. Bahkan dapat memakan waktu 10 tahun untuk menghasilkan kedelai unggul. Salah satu upaya untuk mengurangi konsumsi kedelai impor adalah dengan meningkatkan produksi kedelai nasional melalui pembudidayaan kedelai bervarietas unggul.

Pembudidayaan kedelai perlu ditingkatkan agar Indonesia tidak terus mengimpor kedelai dari luar. Hal ini harus diimbangi dengan adanya peningkatkan kualitas kedelai melalui pengedukasian kepada petani agar kedelai yang dihasilkan berkualitas meskipun tidak seunggul kedelai impor. Peran pemerintah dalam meningkatkan bahan pangan sangatlah penting. Dukungan dengan adanya penyuluh pertanian sangat membantu petani dalam mendapatkan informasi seputar pertanian. Penyuluh pertanian dapat dengan langsung datang ke desa-desa dengan memberikan informasi kepada petani guna meningkatkan skill dan pengetahuan petani, karena skill tanpa pengetahuan tidak akan seimbang dalam menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.

Kesimpulan

Tingginya konsumsi kedelai setiap tahunnya meningkatkan permintaan terhadap kedelai. Hal ini tidak diimbangi dengan produksi kedelai di Indonesia sehingga Indonesia harus mengimpor kedelai dari luar. Kedelai impor di Indonesia dipengaruhi hal hal berikut diantaranya, kualitas kedelai di Indonesia jauh berbeda dengan luar negeri seperti Amerika. Kedelai Amerika memiliki polong lebih banyak dan biji yang lebih besar, lebih murah, ketersediaan di pasar melimpah, kualitas warna dan ukuran biji seragam, serta biji tidak tercampur kotoran. Selain itu, kurangnya edukasi bagi para petani membuat komoditas yang dihasilkan tidak memuaskan sehingga dalam pemenuhan permintaan para konsumen tidak dapat terpenuhi secara menyeluruh. Pemerintah harus turut andil dalam meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri agar pemenuhan permintaan dapat di jangkau oleh seluruh produsen maupun petani di Indonesia.

Daftar Pustaka

Mahdi N.N dan Suharno. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Kedelai di Indonesia. Forum Agribisnis. 9 (2): 160-184.

Budhi G. S dan Aminah M. 2010. Swasembada Kedelai: Antara Harapan dan Kenyataan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 28 (1): 55-68.

Elisabeth D.A.A., Ginting E., dan Yulifianti R. 2017. Respon Pengrajin Tempe Terhadap Introduksi Varietas Unggul Kedelai untuk Produksi Tempe. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 20 (3): 183-196.

Riniarsi T.D. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2016.

Badan Pusat Statistik Indonesia. Data Impor Kedelai Berdasarkan Negara Asal.

#EkonomiPertanian #FakultasPertanianUniversitasJember #TraditionOfExcellence

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun