Apakah etika deontologis (non-konsekuensialis) cocok untuk menilai Tindakan Oskar (menyogok tapi menyelamatkan)?
Etika deontologis cenderung tidak sinkron saat dilihat dari sisi Oskar sebagai salah satu perkumpulan Nazi Jerman karena etika deontologis menilai moralitas suatu tindakan manusia berdasarkan kepatuhannya terhadap suatu peraturan yang telah disepakati bersama. Dan sebagai Nazi Jerman, Oskar Schindler tidak memperlihatkan prinsip yang baik dengan membohongi, memanipulasi dan menyogok Nazi Jerman demi menyelamatkan orang orang Yahudi.
Namun saat dilihat dari serangkaian kewajiban utama yang terkandung dalam teori deontologis, Oskar Schindler telah memperlihatkan aksi teori deontologis yang sesungguhnya, yaitu kewajiban atas orang lain. Schindler telah memanipulasi dan membohongi tapi akhirnya pun untuk menyelamatkan dan memberikan manusia hak nya untuk hidup tenang. Terlihat juga bagaimana Oskar Schindler sangat memperlakukan orang orang Yahudi pada zaman itu secara adil, tidak pandang bulu dengan orang orang Yahudi walaupun saat itu, membantu orang orang Yahudi dapat memberikan Schindler sanksi yang serius.
Aksi Oskar Schindler ini pun membawanya untuk mendapatkan gelar kehormatan yang diberikan oleh orang orang Yahudi sebagai "Righteous Among the Nations" atau "Orang Benar di Antara Bangsa-bangsa" yang mempunyai artian bahwa Oskar Schindler telah menjadi salah satu orang yang mempunyai moral yang benar ditengah-tengah rusuhnya negara yang berperang, Oskar Schindlet telah mempertaruhkan nyawanya selama Holocaust untuk menyelamatkan orang Yahudi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H