Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) pada tahun 2020 lalu, jumlah sampah yang dihasilkan sebanyak 67,8 juta ton dengan persentase sebesar 57% untuk sampah organik, 15% sampah plastik, 11% sampah kertas serta 7% untuk jenis sampah lainnya.Â
Pembalut sendiri merupakan produk sanitasi berbentuk lembaran yang digunakan bagi kaum perempuan untuk menyerap cairan menstruasi.Â
Sebagian besar perempuan memilih penggunaan produk pembalut sekali pakai apabila telah memasuki masa menstruasi. Pemilihan pembalut sekali pakai ini dianggap jauh lebih praktis jika dibandingkan dengan menggunakan pembalut kain.
Akan tetapi, tahukah kamu bahwa sampah pembalut sekali pakai merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia?
Sebuah studi yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pada tahun 2015 lalu menyatakan bahwa limbah pembalut diperkirakan mencapai 1,4 Miliar dalam setiap bulannya.Â
Dibalik tingginya angka penggunaan pembalut sekali pakai, terdapat fakta yang harus diketahui oleh masyarakat khususnya perempuan. Penguraian pada jenis limbah pembalut sekali pakai ternyata membutuhkan waktu sekitar 250-500 tahun lamanya. Hal ini dikarenakan adanya kandungan plastik dalam pembalut yang menyebabkan limbah tersebut sukar terurai.
Oleh karena proses penguraian yang lama tersebut, menyebabkan terjadinya timbunan sampah pembalut di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain membutuhkan durasi waktu yang panjang untuk penguraiannya, dalam sebuah study yang dilakukan oleh University of Exeter menyebutkan bahwa dalam durasi waktu penguraiannya tersebut, pembalut juga dapat mengeluarkan gas metana yang juga berdampak negatif bagi lingkungan.Â
Gas metana sendiri merupakan salah satu unsur gas yang terdapat dalam rumah kaca. Â Meningkatnya gas metana dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan kenaikan temperature suhu bumi. Hal ini terjadi karena gas metana tidak dapat diserap secara alamiah dalam proses fotosintesis.
Selain dampak tersebut, penggunaan produk pembalut sekali pakai dinilai juga dapat menimbulkan masalah kesehatan pada organ reproduksi wanita. Hal ini dikarenakan bahwa bahan utama yang digunakan dari produk pembalut sekali pakai mengandung bahan berupa klorin, dioxin, serat sintetis dan juga aditif petrokimia.Â
Proses pembuatan pembalut sekali pakai juga melibatkan proses kimiawi yang mana dalam proses produksinya digunakan bahan kertas yang berasal dari kertas daur ulang dan dicuci serta disterilisasi menggunakan bahan kimia lainnya.
Oleh karena dampak yang ditimbulkan baik dalam aspek kesehatan maupun lingkungan hidup, penggunaan pembalut sekali pakai kini digantikan dengan produk inovasi terbaru yaitu menstrual cup.Â
Penggunaan menstrual cup sendiri menjadi salah satu cara dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui program zero waste. Program zero waste merupakan suatu program yang dilakukan dengan meminimalisir penggunaan produksi sampah.Â
Melalui program ini, terjadi pergeseran nilai-nilai kebudayaan masyarakat, yang mana dengan adanya program ini, masyarakat menjadi lebih aware dan kritis dalam penggunaan suatu produk dan dampak yang diberikan oleh produk tersebut terhadap lingkungan.
Saat ini, inovasi produk menstrual cup menjadi trend terkini di kalangan wanita. Hal ini terjadi karena sejak diluncurkan program zero waste tersebut, semakin banyak masyarakat yang mulai mengerti dan paham akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, sehingga masyarakat tersebut merubah kebiasaan pola hidupnya dengan menerapkan nilai-nilai penggunaan produk yang ramah lingkungan.
Penggunaan menstrual cup sendiri juga dinilai lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan pembalut sekali pakai. Hal ini karena daya tampung menstrual cup cenderung lebih besar dibandingkan produk lain dan dapat bertahan hingga 6-7 jam. Oleh karena daya tampung yang lebih besar tersebut, juga semakin memudahkan kaum perempuan, dikarenakan mereka tidak harus repot untuk ke kamar mandi hanya untuk mengganti pembalut.
Selain itu, penggunaan penggunaan menstrual cup sendiri dianggap lebih ramah terhadap lingkungan karena menggunakan bahan utama dari silikon. Hal ini dikarenakan pada produk menstrual cup sendiri dapat dibersihkan secara langsung setelah selesai penggunaan dan nantinya dapat dipergunakan kembali.Â
Produk menstrual cup juga dinilai lebih efektif karena mampu bertahan hingga 5-10 tahun pemakaian, yang mana hal ini dapat mengurangi tumpukan sampah, khususnya sampah yang bersifat anorganik.
Seiring dengan perkembangan zaman disertai ilmu pengetahuan dan teknologi, diharapkan munculnya produk-produk inovasi terbaru dengan mekanisme penerapan gaya hidup zero waste seperti halnya pada produk sanitasi perempuan yaitu produk menstrual cup. Hal ini diharapkan mampu meminimalisir terjadinya peningkatan populasi sampah masyarakat.